Sepuluh tahun lalu, Anne masih gadis berusia 17 tahun yang duduk di bangku SMA. Saat ia difitnah dan dikeluarkan dari sekolah, ia masih tetap bungkam dengan apa yang terjadi. Tapi kini, saat usianya sudah dewasa, Anne menggenggam dendam yang begitu besar di hatinya kepada salah satu guru. Dan wanita yang Anne benci itu duduk di hadapannya saat ini.
"Anne, kamu pikirkan lagi ya, Nak. Persiapan pernikahan kalian hampir 90 persen. Gimana bisa kamu mau batal gitu aja? Pikirkan orangtua kamu juga, Nak," ujar wanita yang Anne benci itu.
"Aku gak bisa, Bu. Aku udah berusaha buat naruh hati ke Mas Galih." Anne menggeleng pelan, "tapi aku tetap gak bisa. Aku gak bisa membayangkan kami nikah nanti gimana. Aku gak mau jadi istri yang durhaka juga," lanjut Anne.
"Anne, kamu pandang keluarga kamu. Kamu pandang keluarga saya. Kita dua keluarga yang dipandang baik oleh semua orang. Bagaimana--"
"Keluargaku iya. Tapi aku enggak, Bu. Apa Ibu lupa gimana dulu aku difitnah jadi selingkuhan kepala sekolah hanya karena aku les sepulang sekolah di ruangannya? Bahkan Ibu tahu fakta itu, tapi Ibu milih diam dan ngelihat aku dikeluarin begitu aja," jelas Anne yang sudah tidak tahan dengan pembicaraan mereka sore ini.
"Itu masa lalu, Anne. Jangan diingat lagi. Kamu udah besar. Udah dewasa. Lagi pun, masalah itu juga sudah selesai sejak lama."
Iya, Anne tahu. Tapi sebagai korban, Anne merasa minder sampai sekarang. Bahkan ketika ada pria yang mendekatinya, Anne merasa tidak pantas. Masa lalu yang wanita itu bilang memberikan bekas trauma padanya.
"Aku permisi, Bu, maaf," pamit Anne meninggalkan meja bulat dengan dua kursi saling berhadapan.
Anne menghela napas lega. Menikah dengan anak gurunya itu sama saja menyiksanya. Ia akan lebih sering bertemu dan berinteraksi dengan wanita itu nantinya. Anne tidak mau itu terjadi.
Sejak awal tujuan Anne hanya membalas dendam. Anne hanya ingin membuat wanita jahat itu merasakan sakit hati juga seperti yang dulu pernah Anne rasakan.
Sekarang sudah impas. Anne harus melanjutkan hidupnya dengan tenang tanpa bayang-bayang masa lalu menakutkan itu. Bahkan semua teman seangkatannya kala itu menatap jijik pada Anne. Tatapan yang sampai saat ini masih tidak bisa Anne lupakan.
"Aku harus hidup senang dan jauh dari orang-orang jahat seperti mereka," gumam Anne.
Kakinya melangkah memasuki sebuah taksi yang akan membawanya kembali ke rumah. Bukan rumah orangtuanya, melainkan rumah suaminya.
Ya, suami. Anne sudah menikah sejak setahun lalu. Hanya saja, pernikahan ini tidak diketahui publik karena ia merupakan istri kedua seorang bos besar.
"Mbak?"
Anne mendekati seseorang yang tengah duduk di sofa bersama seorang wanita paruh baya yang ia kenal. Anne menatap keduanya dengan pandangan menelisik. Sepertinya ada masalah kali ini. Raut wajah kedua wanita itu tidak baik.
"Ada apa? Mas Bagas gak ada di sini," kata Anne.
"Aku gak nyari Bagas, Ne. Aku nyari kamu," jelas wanita itu.
"Kenapa, Mbak?" Anne mulai merasa tidak nyaman.
"Bagas selingkuh sama sekretarisnya. Itu alasan dia gak pulang ke rumah aku ataupun ke sini selama berhari-hari."
Anne mengernyit. Suaminya selingkuh? Dengan sekretaris? Yang benar saja. Sekretaris Bagas adalah sepupu Anne. Yang merekomendasikan wanita itu juga Anne.
"Gak mungkin, Mbak. Seharusnya Mbak yang lebih tahu Mas Bagas gimana. Waktu dia suka sama aku, dia gak ngajak selingkuh, tapi langsung bawa Mbak ke rumah orangtuaku buat dilamar. Mas Bagas gak mungkin--"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...