4. Anting Bunga

4.3K 548 94
                                    

Nana terperanjat saat membalikkan badannya dan bertemu Hera dengan masker berbentuk muka panda di wajahnya. Gelas di tangannya nyaris saja merosot ke lantai. Hera melewatinya lalu membuka kulkas yang baru saja ditutup Nana. Gadis itu mengeluarkan kotak susu stroberinya, lalu mengambil gelas dan menuang sampai setengah dari tinggi gelas. Ia meminumnya rakus, Nana sampai terbengong melihatnya. Lalu tangannya meraih sepotong roti bakar berisi selai coklat milik Nana yang belum ia makan, lalu ia gigit setengahnya.

"Punya gue!" Protes Nana.

"Bagi dikit." Nana menutup mulutnya, takut kalau Hera lagi mode bad mood.

"Gue bonceng ya ke kampusnya."

"Motor gue kan masih di bengkel Ra."

"Pakai motor gue, tapi lo yang di depan." Nana menghela nafasnya.

"Iya deh, daripada gue kenapa-napa diboncengin orang galau." Hera melirik tajam pada Nana.

"Buruan lo mandi, gue gak mau telat kelas." Nana mengerutkan keningnya. Gak salah ini Hera bilang begitu? Yang suka telat kan dia bukan Nana. Baru mau memprotes ucapan Hera, gadis itu sudah keburu masuk ke kamarnya lalu membanting pintunya. Aruna yang baru keluar kamar sampai terlonjak kaget.

"Masih galau itu anak?" Nana mengangguk.

"Ya selama dia masih belum dikasih kepastian sama Marvin, siap-siap aja deh kita patungan beli pintu baru buat gantiin pintunya si Hera." Aruna meringis, sekritis itu kah hati Hera saat ini?

"Jodohin aja kali Na sama anak bahasa!" Seru Nana.

"Anak bahasa mana ada yang jomblo tapi kualitasnya kaya Marvin sih Na. Yang cakep-cakep udah pada punya pacar." Nana mendengus kesal.

"Terus maksudnya lo masuk ke anak bahasa berkualitas?" Aruna tersenyum angkuh.

"Jelas lah, pacar gue aja Leksi salah satu idaman anak Teknik." Ucapnya bangga.

"Iya idaman tapi cabangnya banyak! Ibaratnya lo ini kantor pusat." Aruna menatap sebal ke arah Nana, lalu memilih untuk mencomot roti panggang yang ada di piring Nana.

"Itu punya gue!"

"Bagi dikit!" Setelahnya Aruna kembali ke kamarnya.

"Bagi dikit tapi setengah-setengah, gue yang bikin cuma dapat baunya doang. Emang anak setan!" Dumalnya kesal.

Hera sudah siap dengan pakaian dan tasnya. Kali ini ia tak pakai kemeja lusuh, celana jeans belel, dan tote bag andalannya. Pokoknya hari ini dia mau tampil cantik biar dipuji banyak orang, terus kegalauannya sedikit membaik. Catat, buat dipuji bukan buat Marvin. Tapi kalo dipuji Marvin itu lebih bagus.

"Widih bidadari darimana nih? Anak elektro punya cewek cakep juga ternyata." Hera mendengus mendengar suara Leksi yang sedang bersandar di mobilnya.

"Ngapain lo pagi-pagi kesini?"

"Jemput pacar lah, masa kuliah berangkat sendiri. Gak dijemput Marvin lo?"

"Gak usah bahas-bahas soal dia!" Leksi tersenyum meledek.

"Loh kenapa? Kirain tadi Si Marvin dandan cakep-cakep karena mau jemput ayang." Mendengar ucapan Leksi, Hera jadi penasaran. Biasanya Marvin itu ngampus pakai kemeja himpunan, ini dia dandan artinya gak pakai kemeja itu. Hera menggerakkan kakinya mendekat ke arah Leksi yang masih menatapnya dengan tatapan menyebalkan.

"Emang dia mau kemana gak pakai seragam himpunan?" Leksi terkekeh.

"Tadi katanya jangan dibahas?" Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, Hera jadi malas mau tanya-tanya.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang