40. Tun(j)angan

3.7K 441 47
                                    

Kebaya berwarna abu-abu yang melekat dengan sempurna di tubuh Hera membuat gadis itu merengut. Mamanya sudah kesal merapikan kain bawahan yang gadis itu terus lebar-lebarkan sebab terlalu sempit menutup kaki panjang gadis itu. Hera bukannya tak suka pakai kebaya atau berdandan layaknya putri, namun kain yang ia pakai hari itu sangat sempit. Rasanya dia hanya bisa berjalan selebar 5 senti sekali langkah, untung ada Marvin yang kali itu memakai kemeja batik senada dengan kainnya. Lelaki itu terus menggenggam tangan Hera, takut kekasihnya itu jatuh. Sebab kain dan juga sepatu berhak tinggi yang ia pakai.

Hera dituntun oleh Marvin menuju kursi plastik yang dihiasi kain dan bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hera dituntun oleh Marvin menuju kursi plastik yang dihiasi kain dan bunga. Disana para sahabatnya sudah duduk rapi dengan senyuman lebar. Satu persatu keluarga besar dari kedua belah pihak sudah mulai mengisi kursi kosong yang ditata rapi di depan rumah keluarga Jo.

"Cakep amat pake kebaya Ra." Ucap Nana dibalas tawa geli oleh Aruna. Hera manyun, padahal jelas dia kesal dengan kebayanya hari itu. Namun demi hari bahagia keluarga, tentu Hera tak akan banyak protes.

"Enak belum duduknya?" Ucap Marvin di telinga Hera sebab suara MC sudah mulai terdengar. Gadis itu mendekatkan telinganya yang terbuka, karena rambutnya di sanggul ke atas dengan model modern.

"Pegangin tanganku bentar, aku mau benerin bagian belakangnya." Marvin meraih tangan Hera, menjadikan tangan besarnya untuk tumpuan, sedang sebelahnya berada di belakang tubuh Hera berjaga-jaga apabila gadis itu oleng. Hera sudah duduk dengan nyaman, tentu dengan gaya duduk menyamping rapat.

"Berasa kita yang mau lamaran ya." Bisik Marvin lagi. Hera terkekeh.

"Sabar, gantian ya sayang." Ucap Hera. Marvin tersenyum lalu kembali menatap Hezki dan calonnya yang tengah malu-malu melempar senyuman di depan kedua orangtuanya.

Beberapa kawan kuliah dan kerja empunya acara juga datang, memenuhi bangku deretan belakang. Sengaja diatur disana, takut pada ribut. Beberapa wajah bisa Marvin kenali dengan baik, sebab ada teman bandnya yang tadi sudah bertegur sapa dengannya. Hera dan Marvin terkekeh saat Hezki si hiperaktif menjadi super pendiam hari itu. Tak ada lawakan garing abangnya, pun celetukkan iseng dan tingkah aneh. Hezki benar-benar gugup menatap gadis cantik yang ia kenal dari tempat kerja. Jomblo bertahun-tahun, sekalinya dapat langsung lamaran.

Beberapa hari sebelum lamaran, Hezki sudah meledek Hera dan Marvin. Katanya pacaran 5 tahun tapi gak nikah-nikah. Padahal keduanya sengaja menunggu Hezki yang duluan. Mereka sama-sama tak enak melangkahi sang kakak. Tapi ya biar sajalah, jangan sampai itu jadi luka hati untuk Hezki yang sedang berbahagia.

"Tuh Vin, kapan?" Ledek Leksi yang sedang menggendong balita perempuan yang tengah tertidur pulas.

"Lo gak usah banyak bertingkah, gue males ribut. Lo lagi gendong anak, jangan sampai ni anak lo bangun tahu bapaknya gue tabok." Balas Marvin kesal. Bukan Leksi namanya kalau mudah menyerah.

"Ya justru itu, gue sengaja ngeledek lo pas lagi gendong Kiara. Biar omnya gak berani macem-macem ke bapaknya." Aruna yang kesal karena suaminya berisik langsung mengambil alih putri kecilnya. Kalo nangis bisa ribet urusannya. Leksi dan Aruna jadi menikah 2 tahun yang lalu.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang