35. Hari Pertama

3.9K 407 22
                                    

Tak seperti hari biasanya, paginya Marvin terasa begitu indah. Lupa kapan terakhir kali Marvin memiliki semangat untuk bekerja sepagi ini. Jam 5 dia sudah mandi. Kalau biasanya ia cuma pakai kemeja itu itu saja, kali ini lelaki itu memakai pakaian yang jarang ia kenakan karena malas mencarinya. Ia menata rambutnya menggunakan gel rambut, kemudian memakai parfum yang kerap kali ia lewatkan pada ritual pagi harinya. Dengan riang ia memainkan kunci mobilnya, menyapa penghuni kos yang tengah mencuci motor dan memakan sarapannya.

"Pagi banget bang, gue aja masih sarapan belum mandi." Sapa tetangga kos Marvin yang memang tengah magang di kantornya.

"Gak berangkat sendiri soalnya, gue duluan ya. Jangan sampe telat, nilai magang lo bisa jelek."

"Siap bang, hati-hati. Salam buat calonnya." Marvin terkekeh lalu berlari kecil menuju mobilnya yang subuh tadi sudah ia panaskan.

Marvin memang benar-benar beda pagi itu. Bahkan ia tak mengumpat saat ada motor yang hampir menyerempet body mobil kesayangannya. Lagu Can't take my eyes off of you versi Frankie Valli mengiringi perjalanannya. Hatinya berbunga-bunga seperti pertama kali berpacaran dengan Hera. Garis lengkungan di bibirnya tercetak ketika dari kejauhan ia menangkap seorang perempuan dengan setelan kerjanya dan rambut yang digerai menutupi leher jenjangnya. Heranya tampak begitu cantik.

Ia bunyikan klakson mobil beberapa kali, menyambut kehadiran si cantik yang tengah kesulitan masuk ke dalam mobil, sebab sepatunya yang tampak lebih tinggi dari biasanya.

"Morning sayang." Sapa Marvin disertai senyuman lebar. Gadis itu melirik kekasihnya keheranan, namun senyuman Marvin terlalu sayang untuk tak dibalas. Maka sebuah senyuman di bibir berpoles lipgloss berwarna merah muda itu kini beradu dengan senyuman si lelaki.

"Pagi~" kecupan ringan mendarat di pipi Marvin, membuat lelaki itu makin jumawa.

"Disini belum." Pintanya sambil menunjuk bibirnya. Hera terkekeh.

"Nanti lipgloss ku berantakan." Marvin tak peduli, ia hanya menginginkan ciumannya.

Lelaki itu melepas seatbeltnya kemudian menggeser tubuhnya dan mengecup bibir sang kasih dengan begitu cepat, hingga si pemilik sumber lisan itu hanya tertegun. Memang si lelaki sangat tidak bisa dilarang.

"Kaget tahu!" Protes Hera.

Kekehan kecil lolos dari bibir Marvin. Ia mengecap bibirnya beberapa kali sebab rasa lengket hasil dari sentuhan bibir milik kekasihnya. "Sarapan dulu yuk?" Hera mengangguk setuju.

Ia bawa kemudinya memutar meninggalkan halaman kos yang tampak sepi. Jelas, jam setengah 7 terlalu pagi untuk berangkat kerja bagi pegawai daerah kota tersebut. Kira-kira masih ada waktu 1,5 jam sebelum panik takut terlambat.

Sebuah warung kecil di pinggir jalan jadi pilihan Marvin. Kuah soto pagi tak pernah salah untuk mengawali hari. Malah jadi suatu kebiasaan sepasang kasih itu menjadikan soto sebagai sarapan favorit kala pagi. Hera meninggalkan tasnya di dalam mobil, sebab kekasihnya minta seperti itu. Rawan copet.

Dua mangkuk kecil soto telah tersaji di hadapan mereka. Semilir angin meniupkan aroma harum dari rempah-rempah yang jadi andalan si kuah soto. Gadis itu memejamkan matanya, menghirup dalam-dalam aroma nikmat yang menguar. Bak kecanduan ia sudah menyeruputnya sebanyak tiga kali, melupakan perasan jeruk nipis yang biasanya ia sukai. Marvin tersenyum, ia yang memeraskan potongan kecil jeruk berasa asam itu.

"Sedikit aja, aku gak mau rasa kuah sotonya beda." Marvin mengangguk. Dengan peka Hera mengambil tisu yang terdapat di depannya, lalu mengusap jari kekasihnya yang tampak basah sebab sari jeruk yang mengalir disana.

"Nanti dilap pakai tisu basah, aku bawa di tas." Lelaki itu mengangguk, salah satu bentuk perhatian Hera yang lama tak ia rasakan. Dan kini akan selalu ia rasakan lagi.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang