21. Cobaan

4.6K 456 32
                                    

Warning!
Part ini mengandung kata kasar dan adegan dewasa, bagi yang tidak nyaman dan berusia dibawah 18 bisa melewati bagian tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ruang himpunan mesin jauh lebih ramai dari
biasanya. Para pengurus berkumpul melingkar pada lantai yang sudah digelari karpet. Marvin dan Jona berada di sana duduk di tempat paling dekat pintu masuk. Ada Kama juga yang tampak sibuk sendiri mengerjakan tugas di laptop. Tugas kuliah tetap prioritas. Ditambah patah hati, makin rajin kuliah lah dia. Rapat makrab akan dimulai 10 menit lagi, masih menunggu beberapa anggota yang belum datang.

"Vin, lo telepon lah anak buah lo yang belum datang." Perintah Anggun. Nama saja Anggun tapi kelakuan gak ada anggun-anggunnya. Seangkatan dengan Marvin, salah satu srikandi teknik mesin yang ditakuti adik tingkat. Kalau ngeospek disiplinnya bukan main.

"Udah Nggun, ada yang masih kelas sama masih pada otw." Anggun menghembuskan nafasnya kasar.

"Ini kelasnya siapa sih kok pada belum keluar?" Tanya Bagas sebagai ketua panitia.

"Kelasnya Pak Jarot bang. Tau sendiri Pak Jarot kalo gak diingetin jamnya suka kebablasan." Jawab Dewa adik tingkat setahun di bawah Marvin.

"Waduh kalo gitu gak berani ngomel gue." Balas Bagas diikuti gelak tawa teman-temannya.

"Vin Leksi kemana sih? Jangan bilang pacaran, si kampret udah 2 kali skip rapat. Kalo Bagas tahu bisa dikick dia." Bisik Jona.

"Gak tahu, tadi katanya ke toilet sebentar. Ini udah 30 menit gak muncul-muncul anaknya."

Beberapa waktu kemudian, mahasiswa yang ditunggu mulai berdatangan. Adik tingkat muncul dengan tatapan tak enak, korban kelas Pak Jarot jadi dimaklumi oleh Bagas. Namun Leksi yang ikut masuk dengan jalan yang sedikit mencurigakan membuat Bagas menghentikan teman seangkatannya itu.

"Dari mana lo njing, kelas kelar siang baru dateng." Leksi meringis.

"Ada keperluan mendadak." Leksi berjalan lagi dengan gerakan yang sedikit aneh, seperti tak nyaman dengan sesuatu di bawahnya.

"Abis ngewe ya lo!" Teriak Kama yang sudah menutup laptopnya. Seketika tawa ruang himpunan pecah, para mahasiswi khususnya adik tingkat yang belum familiar dengan candaan semacam itu sampai malu sendiri melihatnya. Leksi yang jadi sumber candaan hanya melengos tak peduli.

Bagas membuka rapat, satu persatu penanggung jawab tiap divisi diminta melaporkan progres dari pekerjaannya. Marvin baru saja selesai melaporkan progres divisi keamanan. Tinggal hari-h nya saja sebab semua persiapan sudah beres ia urus. Saat mau duduk Leksi menarik tangan Marvin mendekatinya.

"Vin, lo balik sama Hera?" Marvin mengangguk.

"Kenapa?"

"Sama gue aja, please tolong banget. Antara hidup dan mati nih gue." Marvin menarik tangannya yang masih dipegang Leksi.

"Gak lah! Udah 2 hari Hera gue tinggal ngurusin makrab. Cuma ada waktu hari ini gue bisa jalan sama Hera, besok udah Jumat. Kita harus ke villa buat ngecek tempat terakhir kalinya sama angkutin barang kebutuhan. Sabtu kan udah acara." Leksi menekuk bibirnya, tangannya ia satukan di depan wajahnya seperti memohon pada Marvin.

"Vin gue juga udah 2 hari gak ketemu Aruna, tolong banget kali ini aja lo pulang sama guee~"

"Lo kan gak ngapa-ngapain selama 2 hari kemarin, ngapain juga pake gak ketemu Aruna. Bukan masalah gue lah." Jawab Marvin sewot.

"Kenapa sih?" Tanya Jona yang mendengar perdebatan lirih keduanya.

"Nah, lo berdua deh balik bareng gue. Temen bukan sih! Anjing! Gue diambang kematian nih!" Jona dan Marvin terbelalak.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang