20. Merebut Hati Nana

4K 432 22
                                    

Sarapan pagi adalah agenda wajib yang jadi kebiasaan geng gadis cantik Kos Hera. Kali ini jauh lebih ramai, ada tambahan pasukan baru yang berkumpul di ruang makan minimalis bangunan kos. Tinggal lebih dari setahun bersama membuat penghuninya mulai lupa dengan rasa canggung. Paling hanya satu dua penghuni baru yang masih malu-malu untuk ikut nimbrung dalam perkumpulan itu. Lea masuk dalam satu dua penghuni baru tersebut.

Kali ini sarapan mereka disponsori bubur ayam Kang Beben yang sudah hampir sebulan tak lewat gang kos mereka. Oleh sebab itu sekost pada kompak untuk sarapan bubur. Gerobak berwarna biru cerah itu sudah hampir 15 menit parkir di depan gerbang kos, silih berganti penghuni kos membawa mangkok kosong untuk membeli sarapan praktis tersebut. Hera yang pertama kali menghentikan Kang Beben tentu sudah terlebih dahulu menghabiskan buburnya. Seminggu tak sarapan bubur, membuat gadis itu kalap dengan rasa gurih dari perpaduan beras yang dimasak bersama santan, dengan kuah kaldu keruh yang rasanya digadang-gadang mengalahkan warung bubur legendaris di kota mereka. Kalau kata Kang Beben, pelopornya sebenarnya dirinya cuma kalah modal saja.

Nana yang hendak masuk ke dalam ruang makan dengan mangkuk bubur di tangannya, berpapasan dengan Lea. Keduanya tampak tak bertegur sapa. Tentu pemandangan itu cukup mengundang rasa penasaran dalam hati para penghuni kos. Bahkan Lea tampak memasang wajah juteknya.

"Sst Ra, itu pada kenapa?" Tanya Mbak Dona, penghuni kos terlama yang kebetulan bekerja sebagai teller bank daerah. Jarang-jarang mereka sarapan dengan Mbak Dona, sebab wanita itu selalu berangkat kerja pagi-pagi sekali.

Aruna menggeser kursinya, merapatkan duduknya bersama geng ghibah kos. Pasalnya sejak semalam Hera dan Aruna dibuat bingung dengan perubahan sikap Nana. Kalau ditanya alasannya sedang haid hari pertama makanya moodnya sedang buruk.

"Dari semalam Mbak dia begitu. Gue juga bingung kenapa." Jawab Hera dengan suara lirih.

Sasya yang sadar ada bahasan seru ikut merapat. "Berantem ya? Kan Lea kemarin ikut kalian jalan."

Bak menemukan jawaban, Aruna dan Hera memekik heboh. Untung Nana tak memilih makan bersama mereka. Tuh kan aneh, biasanya juga kemana-mana bertiga.

"Gue pernah ketemu Nana sama cowok yang kemarin sama Lea, di mall. Siapa? Jona kan?Kayanya sih abis nonton ya soalnya keluar dari bioskop gitu." Juwita ikut menambahi. Pokoknya geng ghibah Aruna dan Hera sedang full squad. Minus Nana yang sedang dijadikan bahan ghibah. Gak lucu dong yang diomongin diajak ngobrol.

"Serius Mbak? Lo sapa gak?" Tanya Aruna mendelik heboh.

"Gue sapa, tapi dia kaya menghindar gitu. Cowoknya diseret gitu." Sambung Juwita.

Sasya menggebrak meja makan membuat mereka terlonjak kaget, "Selingkuh!"

Delikan tajam melayang pada Sasya yang masih tampak antusias dengan analisanya.

"Ngaco! Kalo beneran yang Mbak Juwi lihat cowok yang kemarin, ya jelas gak selingkuh. Orang mereka gak ada hubungan apa-apa." Jawab Hera.

"Lah yakin banget Ra? Emang kalian gak ngerasa ada yang aneh sama Nana?" Tanya Dona.

"Ada sih Mbak, malam sabtu kemarin tau-tau dia pulang ke rumahnya. Dua hari dua malam lagi! Aneh banget kan?" Mereka mengangguk menyetujui ucapan Aruna.

Nana itu paling anti pulang ke rumah kecuali ada urusan mendadak dan dipaksa pulang. Malam liburan soalnya dia akan lebih bebas di kos, tapi ini tau-tau pulang begitu saja. Mana kata Nana cuma pengen pulang saja.

"Sst diam, diam. Lea mau masuk." Ucap Juwita tiba-tiba. Kelima gadis itu langsung pura-pura makan dan mengobrol.

Lea yang baru saja masuk langsung mengambil tempat di samping Sasya. Gadis itu tersenyum ramah pada kelima gadis itu. Makin aneh. Tadi saat berpapasan dengan Nana, Lea terlihat begitu jutek.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang