31. Keberangkatan

4.2K 432 9
                                    

Warning!
Ada adegan dewasa, yang belum cukup umur dan kurang nyaman bisa skip part ini.
.
.
.
.
.
.
Pagi-pagi Hera sudah bertandang ke rumah kekasihnya untuk mengantar Marvin berangkat ke kota sebelah. Sejak tadi ia terdiam mengawasi Marvin yang sibuk mengecek barang bawaannya.

"Masih kurang banyak?" Marvin menggeleng.

"Udah kok, cuma ini aja. Sisanya udah di mobil."

"Kamu bawa mobil?" Marvin mengangguk.

"Kalo bawa motor susah, kata papa gak apa-apa bawa mobil aja."

"Sedih deh mau ditinggal pacar." Marvin menghentikan kegiatannya, lalu menghampiri kekasihnya. Lelaki itu mengusap rambut Hera lembut.

"Aku nanti rajin pulang deh kalo dapat libur." Hera cemberut lalu menarik tubuh kekasihnya untuk dipeluk.

"Peluk aku dulu dong yang lama." Marvin terkekeh, lalu menuruti permintaan kekasihnya. Memeluk erat tubuh gadis itu, sambil mengecup pucuk kepalanya berkali-kali.

"Sayang jaga diri ya disini. Kalo ada apa-apa kasih tahu aku. Kirim foto setiap hari." Hera terkekeh.

"Iyaa Marvinn bawel." Lelaki itu tertawa.

"Kok Marvin sih? Sayang dong."

"Iya sayang. Semangat kerjanya yaa."

Keduanya melepas pelukannya lalu saling menatap satu sama lain. Marvin mengecup lembut bibir Hera, sebelum akhirnya melumatnya dengan penuh rasa kasih sayang.

"Bakal kangen banget ini pasti." Bisik Marvin di depan bibir gadis itu, lalu kembali melumatnya lembut.

Ketukan di pintu kamar lelaki itu menyudahi afeksi keduanya. Marvin dan Hera mulai mengangkat satu persatu barang yang belum Marvin masukkan dalam mobilnya. Tiana terkekeh menatap wajah-wajah lesu yang muncul dari balik pintu.

"Ini kaya mau ditinggal ke luar negeri aja." Komentar Tiana.

Hera menghampiri wanita itu lalu memeluknya dari samping. Iya, sedekat itu Hera pada calon mertuanya.

"Mama gimana nih, Hera udah kangen masa sama Marvin." Tiana mengelus pipi anak gadisnya.

"Aduh, emang kalo bucin susah lah ldr begini. Apa kamu mau temenin Marvin dulu sana beberapa hari." Hera mengangkat kepalanya lalu mengangguk heboh.

"Boleh ma? Nanti mama yang bilang ke mama sama papaku ya?" Tiana menyentil jidatnya pelan.

"Enak aja, pacarmu aja tuh suruh ijin. Kalo mama sih yakin gak akan dibolehin. Tahan aja dulu, kamu sama cari kerja nanti juga terbiasa." Hera mengerucutkan bibirnya.

"Hera cari kerja di kota yang sama kaya Marvin kali ya Ma." Wanita itu terkekeh.

"Ya terserah kamu Ra. Kalo rejekinya disana ya bagus dong malah dekat sama Marvin."

"Bener juga ya Ma. Kok aku gak kepikiran. Ok deh aku usaha cari kerja disana. Kayanya banyak tuh perusahaan besar disana." Tiana terkekeh lalu menggandeng Hera untuk keluar rumahnya untuk mengawasi Marvin yang dibantu Javier menata barang-barangnya.

"Itu Mama bawain rendang sekilo, bisa kamu pakai makan seminggu Vin." Marvin melotot. Bisa kolesterol dia makan daging seminggu, mana santannya bukan main.

"Banyak banget Ma." Tiana terkekeh.

"Ya awalan merantau pasti kan belum punya banyak duit buat foya-foya. Makanya mama bawain bahan makanan banyak. Ada mi instan, sarden, kornet, banyak deh gampang masaknya." Marvin mencebikkan bibirnya.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang