17. Malam (minggu) Pertama

5.4K 486 47
                                    

"Vin, melek dong. Tidur mulu! Malam minggu nih."

Goyangan di tubuh Marvin terasa semakin kencang. Leksi tak mau berhenti mengganggu Marvin dari tidur siangnya. Sebenarnya tidak bisa dikatakan tidur siang juga sih, sudah hampir 5 jam Marvin tak beranjak dari ranjangnya. Sekarang pukul 12. Setelah sidang besar yang ia hadapi tadi, Marvin segera mengecek keadaan Hera. Bagaimanapun juga Marvin tentu khawatir dengan keadaan gadis itu. Menangis karena dirinya mau dipukul Leksi. Lucu, namun kasihan dalam satu waktu.

Entah sejak kapan Leksi sudah bertandang ke ruangannya. Memainkan bola basket yang sengaja ia letakkan di atas lemari. Mendribble bola itu sampai berbunyi berisik. Marvin sudah bangun sejak suara bola itu menyentuh lantai. Siapa yang sanggup tidur dengan gangguan seperti itu? Membuka matanya terlalu berat, sebab Leksi akan menanyakan segala rasa penasarannya yang memenuhi kepalanya.

"Gue hitung sampai 3 gak buka mata, siap-siap bola ini melayang ke muka lo." Marvin tak bergeming. Paling hanya gertakan.

"Satu" Kelopak matanya bergerak, ingin membuka mata tetapi malas dengan Leksi.

"Dua!" Suara Leksi terdengar lebih nyaring.

"Beneran ya, jangan ngamuk kalo beneran kena muka. Tiga!" Secepat kilat Marvin bangun dari tidurnya menghindari bola besar yang kini memantul dari atas ranjangnya. Leksi memang sinting.

"Anjing! Leksi babi! Lo mau bikin hidung gue patah ya!" Maki Marvin. Leksi terkekeh, memamerkan deretan gigi rapinya.

"Gue kan udah ngasih peringatan."

"Ya tapi lo gak ada otak! Ngapain sih lo ganggu aja!" Leksi tertawa keras, lalu melemparkan tubuh besarnya ke atas ranjang Marvin.

"Otak lo kemana sih bangsat!" Maki Marvin lagi.

"Iyaa sorry galak amat. Orang habis jadian tuh auranya harusnya bagus, berbunga-bunga, penuh kasih sayang dan kehangatan." Tatapan tajam melayang ke arah Leksi.

"Lo sini gue kasih bunga-bunga. Bunga tabur!" Leksi tertawa keras lagi.

"Buset serem amat. Marvin galak amat, semalam jatahnya kurang ya?" Ledek Leksi. Wajahnya tampak iseng, kedua alis dinaik turunkan, bibir yang manyun-manyun, tangan kanan yang bergerak menyolek dagu Marvin yang saat ini duduk di pinggir ranjang.

"Kepo!" Jawab Marvin ketus. Dia itu masih mengantuk. Bangun jam 5 pagi di saat weekend sangat berat untuknya. Rasa-rasanya segala rasa lelah selama seminggu itu menumpuk di hari itu.

"Cerita dong, udah ngapain aja sama ayang. Malam pertama kan?" Marvin memutar bola matanya jengah.

"Malam pertama pala lo! Gue pacaran bukan nikahan!" Leksi mencebikkan bibirnya.

"Lah emang kalo pacaran gak boleh malam pertama?" Rusak memang Leksi.

"Jangan samain lah gue sama lo! Lo tiap ganti cewek juga malam pertama mulu!" Leksi menatap Marvin dengan tatapan tersakiti. Segitu rendahkah Leksi di mata sahabatnya?

"Mulut lo emang perlu disekolahin Vin. Gue cover doang suka main sana sini, aslinya mah main cuma sama ayang Aruna doang! Gue setia sama satu sarang doang bangsat!" Marvin memijit keningnya keras. Leksi ini mulutnya rombeng, terlalu terbuka dalam segala hal. Makanya Marvin jarang cerita hal yang berbobot padanya kecuali kepepet.

"Gue gak butuh informasi itu! Gak usah ngomongin kehidupan ranjang lo." Leksi berdecih.

"Seriusan gue nanya, lo ngapain sama Hera semalem sampe kancut ketinggalan depan kamar? Quicky ya? Apa niatnya mau public sex tapi begitu lihat gue masuk jadi malu?" Marvin menggelengkan kepalanya heran.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang