12. Melawan Dunia

5.2K 551 51
                                    

Marvin bersiap-siap untuk menjemput Hera. Lelaki itu sedikit merapikan dirinya dan memakai parfum baru yang belum pernah ia buka. Setelahnya ia mengelap motor kesayangannya dan memolesnya menggunakan cairan pembersih agar motornya mengkilap. Sudut bibirnya terus tertarik, tak sabar bertemu Hera. Dari dalam bangunan kos, Leksi keluar dengan wajah mengantuk.

"Rajin amat pagi-pagi lap motor." Marvin melirik sahabatnya sekilas.

"Ya biar bersih lah, lama gak gue lap kotor banget." Leksi mengendus bau menyengat dari arah Marvin.

"Ini kalo bau parfum ini kenapa nih? Lama gak dipake terus sayang?"

"Kepo lo! Dah lah gue berangkat duluan!" Marvin melempar kanebo dan cairan pembersih motornya pada Leksi. Lelaki itu mendelik lalu mengumpatinya dalam hati. Ia bawa motornya melaju kencang menuju bangunan kos 2 lantai yang ditinggali Hera.

Sampai di depan gerbangnya, ia menelepon gadis itu untuk segera keluar. Dari dalam Hera muncul dengan Aruna di belakangnya. Gadis itu tampak menatapnya sinis. Tak seberapa lama, Leksi datang dengan mobilnya. Aruna berjalan melewati Marvin langsung masuk ke mobil Leksi. Ia jadi canggung dengan Aruna.

"Ayo Vin." Marvin kembali menatap Hera. Ia terpaku, meneguk ludahnya kasar. Entah mengapa dia merasa akhir-akhir ini Hera sangat menggoda imannya. Tank top putih dipadukan blouse abu berbahan tipis, ditambah high waist jeans yang jelas mencetak lekuk kaki jenjang gadis itu, benar-benar membuat Marvin terpana. Dia sadar Hera itu cantik, badannya pun bagus terutama kaki. Namun dia tak pernah sememperhatikan itu pada setiap penampilan Hera selama ini.

"Marvin?" Hera menyentuh lengannya, menggoyangkan tubuh yang kaku itu agar tersadar dari lamunannya.

"Ra, kenapa pakai baju itu?" Ucap Marvin lirih dengan suara beratnya. Hera mengerutkan keningnya melihat perubahan ekspresi Marvin, yang tampak aneh.

"Ya gak apa-apa, soalnya kan cuma di lab aja nanti ngerjain project."

"Itu dikancingin aja Ra. Bagusan dikancingin." Balas Marvin sambil menunjuk blouse abu Hera. Gadis itu mengernyit.

"Kata Nana bagusan gini tahu, udah ah. Ayo berangkat." Marvin memejamkan matanya. Tak bisa ia membawa Hera ke kampus dengan penampilan cantiknya itu. Memang benar apa kata Nana bagusan seperti itu, tapi yang jadi masalah Marvin tak mau banyak yang salah fokus dengan penampilan gadis itu.

"Nggak. Gue gak mau berangkat kalo lo belum kancingin bajunya. Atau kalo nggak lo ganti baju aja, pakai kemeja kotak-kotak lo yang biasanya." Ucap Marvin tegas. Hera mengerucutkan bibirnya.

"Gak mau! Jelek tahu kalo pakai itu terus! Gue jadi gak cantik!" Marvin melongo.

"Kata siapa gak cantik? Lo pakai apapun cantik tahu!"

"Ya udah kalo gitu pakai ini aja." Rengek Hera. Marvin makin pusing dibuatnya. Lelaki itu memegang kedua sisi lengan Hera.

"Hera dengerin gue baik-baik. Gue sangat setuju lo cantik banget pakai ini. Tapi yang jadi masalah adalah penampilan lo bisa bikin orang lain salah fokus. Emm gimana ya gue ngomongnya." Hera mengerutkan keningnya menatap Marvin yang menggaruk hidungnya tampak kebingungan.

"Ada suatu hal yang gak bisa lo tunjukin gitu aja ke banyak orang, apalagi di depan cowok."

"Lo mikir aneh-aneh ya? Tadi kata Nana masih wajar kok gini, temen-temen gue juga biasa gini. Nana sama Aruna juga, katanya yang penting percaya diri tahu Vin! Jangan dengerin kata orang!" Marvin mendesah kasar.

"Iya emang bener yang penting percaya diri. Tapi gue turn on liat lo Ra!" Jawab Marvin kesal. Hera terbelalak tak percaya. Marvin merutuki kebodohan ucapannya. Bisa-bisa Hera berpikir dia lelaki mesum.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang