39. Berita Bahagia

4K 432 36
                                    

Soal cuti yang Marvin bicarakan 2 bulan lalu, di malam fine dining ternyata benar terjadi. Hera makin yakin kalau karier lelaki itu sepertinya akan memuncak dalam waktu dekat. Siapa sih Marvin sampai bisa membantu Hera mengurus cuti? Padahal kerja belum genap 6 bulan. Kalau lancar 2 bulan lagi Hera akan diangkat sebagai karyawan tetap. Dan hak cutinya baru akan didapat setelah pembaruan kontrak itu. Namun ketika Bu Andira datang ke kubikelnya dan memberinya ijin untuk pulang selama 3 hari, Hera benar-benar dibuat bingung. Cuma kalimat Marvin udah kasih alasan kok Ra, Andira semudah itu memberi Hera cuti.

Ia tahu, Marvin dekat dengan para petinggi perusahaan itu. Namun bukankah artinya itu Marvin memanfaatkan jabatan dan relasi?

"Ini beneran boleh cuti?" Lelaki itu mendengus sebal, sebab itu pertanyaan kesekian kali yang Hera ucapkan padanya. Catat, pertanyaan yang sama.

Kini Marvin lelah menjawabnya, ia lebih memilih membenarkan posisi tas ransel yang ia bawa di punggung. Lelaki itu melirik kekasihnya yang cemberut sebab Marvin enggan menjawab pertanyaannya barusan.

"Mau aku telepon Bu Andira, biar kamu tanya sekali lagi biar yakin?" Hera menggeleng pelan. Wanita itu pasti sibuk meeting, Hera tak mau mengganggunya.

"Beliin roti yang biasanya dong, tapi yang ada kejunya." Pinta gadis itu. Marvin terkekeh menatap wajah murung Hera. Lagi bad mood, obatnya makan. Ia meminta Hera membawakan tasnya terlebih dahulu, lalu berjalan melewati peron yang masih kosong. Tuntas dengan tugasnya, Marvin kembali ke tempat Hera duduk.

Hera tersenyum lebar saat kekasihnya membawa paper bag berisi roti-roti berbentuk setengah tempurung dengan mentega kering di atasnya. Ia menggelengkan kepalanya senang saat mencium bau wangi khas roti tersebut. Marvin meletakkan paper bag itu di bangku, mengambilnya satu dan menyodorkannya ke mulut Hera. Dengan senang hati Hera menerimanya, menggigitnya besar-besar lalu mengunyahnya perlahan.

"Enak banget~" Marvin terkekeh, ia ikut menggigit roti yang sama sebelum kembali menyuapi kekasihnya yang mulai membaik suasana hatinya.

Panggilan penumpang kereta yang akan ditumpangi Hera dan Marvin mulai terdengar. Marvin mengambil alih tas yang berada di pangkuan Hera, lalu mengangkat tas milik kekasihnya di dada dengan tangan kiri menggandeng Hera. Gadis itu tak dibiarkannya membawa barang berat. Hanya tas selempang yang berisi ponsel, dompet, pokoknya segala harta berharga miliknya sendiri dan Marvin. Oh dan tangannya yang tak digandeng Marvin menenteng paper bag berisi roti hangat.

Keduanya masuk ke gerbong eksekutif, mencari nomor tempat duduknya lalu menata barang bawaannya serapi mungkin. Marvin menyuruh Hera duduk di dekat jendela. Lalu Hera menyalakan earphone bluetoothnya, memasangnya di telinganya sendiri dan satu lagi di telinga Marvin. Lelaki itu terkekeh saat lagu  Gelora Asmara terputar. Lagu yang beberapa hari ini selalu Marvin nyanyikan saat mandi.

"Kok lagu ini?" Hera tertawa pelan.

"Kamu kalo sehari gak dengerin lagu ini kayanya kurang semangat, makanya aku kasih lagu ini dulu." Marvin tertawa, lalu menggenggam sebelah tangan Hera. Matanya terpejam ikut bernyanyi saat memasuki chorus. Sesekali mereka saling menatap, melempar senyum, dan mengusap rambut satu sama lain.

Hanya duduk diam selama berjam-jam membuat keduanya mulai merasa mengantuk. Hera menyandarkan kepalanya di pundak Marvin, memejamkan matanya menikmati perjalanan yang diperkirakan akan terjadi selama 2 jam. Marvin memilih terjaga meski kantuk membuainya dengan sangat hebat. Beberapa kali ia menampar pipinya sendiri. Alasannya satu, kalau dia tidur misalnya ada orang jahat tak akan ada yang melindungi Hera. Setidaknya salah satu dari mereka tak boleh tidur.

Sayangnya Hera terlalu pulas tidur, dan Marvin kini sangat mengantuk. Semilir angin dari pendingin udara makin buat matanya berat. Ia menguap untuk kesekian kalinya, namun segera mengerjapkan matanya beberapa kali saat matanya mulai menutup. Semua usaha agar tak tertidur sudah ia lakukan. Gelengan kepala yang Marvin lakukan membuat Hera terganggu. Ia membuka matanya perlahan, melirik Marvin yang tampak mempertahankan kesadarannya.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang