34. Rumah Lama Di Tempat Baru

3.7K 419 17
                                    

Sejak pagi Jo sudah ribut sebab putrinya yang sibuk mencari dokumen diri yang hilang. Pria itu sampai cuti kerja demi membantu anak persiapan merantau. Namun saat niat hati ingin berlama-lama dengan sang putri sebelum ditinggal jauh, putrinya malah berulah dengan mencari ijazah kuliahnya.

"Papa sudah bilang, dokumen penting itu disimpan yang benar. Kalo ilang begini gimana? Untung selama lamar kerja kamu pakai softcopy."

Hera mengerucutkan bibirnya, ia sibuk membolak-balik map dokumen penting yang disimpan mamanya. Seingat dia, setelah wisuda itu dia berikan ke mamanya semua kok dokumen-dokumen penting. Mulai dari surat keterangan lulus sementara, sampai ijazah asli. Dia kan bawanya fotocopyan dan softcopy saja.

"Coba ma kamu buka di map punya Hezki, siapa tahu Hera salah masukin ke map punya Hezki." Cita ikut pusing, lalu mengambil map besar berwarna hitam yang berisi dokumen-dokumen Hezki mulai dari akta kelahiran sampai ijazah kuliah.

Jo berkacak pinggang, ia berjalan menuju kamar Hera. Putrinya itu suka teledor, kadang bilangnya sudah disimpan ternyata masih berada di atas meja. Hera langsung beranjak dari duduknya, bahaya kalau sampai yang menemukan Jo. Bisa ngomel sejam gak selesai-selesai nanti.

"Ini meja belajar tuh diberesin jangan berantakan begini. Yang gak penting dibuang aja, nih kabel apa nih dibuang aja. Anak teknik elektro kok gulung kabel aja berantakan begini. Kan kamu tahu kalo kabel begini itu bahaya." Kan sudah mulai.

Hera pasrah, ia memunguti kabel-kabel yang diberikan papanya. Ia gulung rapi lalu ia jadikan satu dengan kabel ties yang selalu ia letakkan di tempat pensilnya.

"Nih botol gelas yang udah selesai dipakai tuh balikin ke dapur, dicuci. Papa sampai bingung kalo mau minum gak ada semua gelasnya, ternyata dibawa ke kamar semua. Ish kamu nih cewek kok jorok banget sih, papa jadi ragu biarin kamu ngekos lagi."

Ucapan papanya benar-benar menohoknya. Ya salahnya dia juga sih malas mengembalikan gelas-gelas bekas pakai ke dapur, makanya meja belajarnya penuh dengan kotoran.

"Ini baru meja belajar, belum meja rias. Itu yang gak kepakai dibuang Hera, kamu nih sama aja kaya mamamu. Semua yang gak penting dibeli, habis itu menuh-menuhin rumah. Kalo gak dipakai lagi buang, apa kasih ke orang. Nih buang nih." Hera mendelik saat papanya menurunkan bouquet bunga kering pemberian Marvin di atas meja belajarnya.

"Ih jangan dibuang papa yang itu, sengaja dikeringin buat jadi pajangan."

"Ya dirapiin. Sampai capek papa kasih tahu kamar itu harus rapi, jadi yang lihat dan pakai tuh biar nyaman."

"Iyaaa nanti dirapiin, udah papa keluar dulu. Biar aku cari sendiri aja." Jo mendengus sebal. Kepalanya pening lihat kamar anak gadisnya berantakan begitu.

"Kamu berangkat kerja, kamar harus bersih pokoknya."

"Iya papaa~ MAMA! Suaminya rese nih, bawa keluar dulu!" Jo mendelik.

"Gak usah main handphone, beresin dulu!"

"Iyaaa." Pria itu menatap putrinya datar, lalu perlahan berjalan keluar untuk membantu istrinya mencari ijazah anaknya di lemari milik keduanya.

Hera mengunci pintu kamarnya, lalu ia merogoh ponsel di kantong celananya. Ia lempar ke samping tubuhnya, kemudian gadis itu memejamkan mata berusaha mengingat-ingat dimana ia meletakkan dokumen sepenting itu.

"Masa sih ketinggalan di kos? Perasaan gak pernah dibawa ke kos kok."

Ketukan pintu kamarnya membuat Hera menghela nafas kasar. Kalau sampai itu papanya, pokoknya Hera bakal ngambek.

Gadis itu berjalan pelan membuka pintu kamarnya, ia bernafas lega. Untung mamanya yang berdiri disana.

"Nih udah ketemu, kamu salah masukin map. Waktu selesai scan dulu, kamu balikinnya ke Map Bang Hezki. Untung mama yang nemu, bukan papamu." Hera meringis.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang