26. Skripsweet

4.7K 469 24
                                    

Satu tahun setelah dapat restu Papa Jo...

Sudah seminggu Marvin tak menemui Hera. Gadis itu jadi uring-uringan sendiri. Hera sadar bahwa menjadi mahasiswa di semester akhir adalah masa terberat saat kuliah, apalagi kini mereka sudah menyusun skripsi. Hera masih stuck di Bab 4. Sudah tiga hari ia berhenti menyentuh laptopnya karena rasa penat yang begitu menekannya, ditambah kangen pacar makin membuatnya galau.

Kini gadis itu tengah duduk rapi di depan ruang administrasi menanti Nana yang sedang bimbingan skripsi. Ia memainkan game masak-masakan di handphonenya sambil sesekali menyapa orang yang lewat di depannya. Beberapa saat kemudian ia merasa bosan. Hera menutup aplikasi gamenya, membuka ruang obrolan antara dirinya dengan Marvin. Matanya menatap nanar pada centang biru yang tak terbalas. Ia melotot saat status online pada profil Marvin muncul, buru-buru Hera menelepon lelaki itu.

"Marvin!"

"Iya kenapa Ra?" Hera mengerucutkan bibirnya.

"Kamu dimana?"

"Aku lagi ngerjain skripsi sama Leksi di ruang himpunan. Ada apa?"

"Aku kangen~" Marvin terkekeh.

"Kamu dimana? Aku gak bisa lama-lama ya kalo mau ketemu."

"Gak usah deh. Belom apa-apa udah bilang gitu. Nanti aja kalo kamu udah gak sibuk." Jawab Hera kesal.

"Aku sibuknya masih lama loh. Targetku wisuda periode pertama Hera. Kamu gimana skripsinya?" Gadis itu mendengus kesal.

"Jangan ngomongin skripsi dulu deh. Nyebelin banget sih kamu! Aku tuh pusing mikirin skripsi, ditambah kangen kamu, ini kamu ingetin skripsi lagi. Dah lah matiin aja. Gak jadi kangen."

Hera menekan tombol merah. Ia mendengus kesal, rasanya ia mau menjerit dan menangis keras. Lelah sekali rasanya berhari-hari cuma duduk depan laptop, revisi berkali-kali. Kalau ditanya soal skripsinya bawaannya Hera mau menangis. Gara-gara stress Hera sampai belum kedatangan tamu bulanan.

Dari kejauhan Nana tiba-tiba muncul dengan wajah sumringahnya. Hera segera mengatur ekspresi wajahnya, sebab ia tahu apa yang akan Nana ucapkan setelah ini.

"Ra! Gue sidang minggu depan!" Pekik Nana girang. Gadis itu berlari memeluk Hera. Hera memeluk Nana erat ia ikut senang ketika sahabatnya akhirnya berhasil menyelesaikan skripsinya.

"Gue seneng banget waktu Pak Bagio bilang suruh daftar sidang Raa~" Nana menangis. Perjuangan berhari-hari lembur dari pagi ketemu pagi, akhirnya tinggal selangkah lagi namanya menyandang gelar S.T.

"Gue ikut seneng Naa, gue pasti akan nyusul!" Air mata kedua gadis itu mengalir deras. Nana yang bahagia, begitu juga Hera namun ada rasa irinya sedikit.

"Kita makan-makan gak suh nanti Ra? Sekalian sama Aruna juga. Akhirnya gue nyusul Aruna sidang."

Hera mencebikkan bibirnya. Kalau dipikir-pikir, tinggal dia yang belum beres skripsi diantara sahabatnya. Dia jadi makin merasa tak memiliki passion di jurusannya sendiri. Rasanya mau menangis di pangkuan mamanya, tapi kalau pulang pasti diledek Hezki. Hezki walaupun hobi main game saat kuliah, skripsinya cepat sekali beresnya. Diam-diam sidang saja. Di hari Marvin pertama kali ke rumahnya itu, ternyata alasan Hezki cepat-cepat balik ke kamar setelah makan malam adalah mau mengerjakan skripsi Bab 5. Pokoknya Hezki sombong sekali pada Hera, mana setelah wisuda dia langsung dapat kerja di perusahaan yang bonafit.

"Gue tahu lo pasti makin stress ya? Gue temenin Ra. Dulu kita sama-sama masuk ke jurusan ini kan janjinya mau wisuda bareng. Gue gak akan daftar wisuda kalo lo belum lulus." Ucap Nana sambil mengusap pundak Hera. Hera mencebikkan bibirnya, ia menangis lagi.

Teknik Mencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang