ALISA [11]

151 13 2
                                    


Sampai detik ini kamu masih menjadi alasanku untuk tidak mencintai yang lain.

HAPPY READING🍬
.
.

Alisa menatap dirinya di cermin kamarnya tepat di atas meja rias miliknya. Ia melihat kantung mata yang hitam dan wajah yang pucat.

"Sial kenapa gua lupa!" Gerutunya sedari tadi.

Bisa-bisanya alan masuk ke kamarnya. Ia ingat betul kejadian tadi malam dimana dirinya di bantu alan untuk menuju lamarnya. Dan sialnya dia tertidur di gendongan alan. Mau ditaroh mana mukannya jika begini!.

"Asu emang" Alisa mengacak-ngacak rambutnya. Tanggannya bergerak membuka kulkas kecil yang berada  persis di samping meja rias.

Mengambil satu makanan yaitu kembarannya Beng-beng, Max beng-beng. Makanan kesukaan alisa sejak SMP, awal dimana dirinya jalan berdua dengan Cinta pertamanya.

"Gua kangen lu la"

Satu gigitan terasa sangat enak.

Dua gigitan mengingatkan tentang cinta pertamannya.

Tiga gigitan terbayang wajah bahagia dirinya dengan para sahabatnya.

Keempat gigitan bayangan dimana dirinya hampir di perkosa oleh pacar pertamanya.

"Argggg! Sialan pergi lu dari pikiran gua!" Teriak alisa histeris.

"IANNNNN! GUA BUTUH LU!"

"Gua sayang sama lu ra"

"Setidaknya kalo lu hamil gak akan ada yang pisahin kita"

"Cukup tuhan kita yang beda ra! Jangan sampe semua orang pisahin kita!"

"Cukup desahin nama gua ra"

"Ahh sayang"

Kejadian serta suara lelaki yang ia hindari sejak 2 tahun lalu, terngiang-ngiang di otaknya. Pikirannya kembali ke kejadian 2 tahun lalu, kejadian yang selama ini ia hindari. Traumanya kembali lagi, bahkan karena kejadian itu dirinya tidak bisa di sentuh dengan lekaki. Bahkan saudara nya pun selalu izin jika ingin memeluknya.

"ARGGGG! PERGI!" Tangan alisa bergerak menutup telingannya dengan kaki yang di angkat di atas kursi santainya.

"Pergi bajingan! Gua gak mau!"

"Hiks tolong, tolongin ara!"

"Iannnn tolongin Zeesa! Esa takut ian!"

"TOLONGGGG"

Bruk

Tubuh alisa terjungkal kebelakang karena dirinya tidak bisa diam diatas kursi. Tubuhnya bergerak ke kanan dan kekiri mengindari bayangan sentuhan lekaki bajingan itu.

Air mata alisa terjatuh dengan derasnya di pipi, ia mundur terus mundur hingga pojok kamarnya. Matanya meram dengan keadaan yang acak-acakan.

Alisa benci keadaannya sekarang. Mempunyai trauma yang hanya di ketahui oleh kembarannya dan oma,opanya saja. Tidak ada yang bisa membantunya saat ini. Sebisa mungkin dirinya menyesuaikan dirinya sendiri agar bisa tenang dengan sendirinya.

"Hiks alisa takut! Tolong! Ian, esa takut, zee takut ian"

Drtttttt

Alisa tergelonjak kaget saat Handphone di kantongnya bergetar. Tangan merogoh dengan posisi tangan kirinya memeluk lututnya.
Memencet tombol hijau lalu menempelkan di telingannya. Ia butuh kehangatan, ia butuh ketenangan. Tanpa ia lihat, dirinya langsung mengangkat tanpa memperdulikan siapa pelakunya.

AlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang