Hargain karya mimin dengan cara vote and komen ya guys. Jangan lupa di masukin perpus kalian.
Gak perlu basa basi langsung aja ya.
Happy Reading♡
Tertawa hati - Awdella
.
.
.
.Alisa terbangun dari mimpi buruknya, mimpi yang selalu sama setiap harinya. Mimpi yang sangat ia hindari, masa kecilnya yang kelam, yang membuat dirinya selalu berfikir bahwa dirinya tak pantas ada, tak pantas untuk di lahirkan dan tak pantas untuk berada didunia ini.
Keringat yang berjatuhan satu persatu membasahi seluruh tubuhnya, keringat dinggin yang selalu datang setelah mimpi itu kembali lagi dan lagi. Ia menyibakan bed covernya lalu berjalan pelan menuju meja favoritnya. Menyalakan lampu kamarnnya dan mengambil cemilan kesukaannya, Beng-beng max.
Membukannya dan memakannya dengan nikmat, ia rindu masa dimana dirinya berkumpul dengan para saudaranya, dengan keluarga keduannya, dengan rumah keduanya, dengan semua yang bersangkutan dengan orang kesayangannya.
"Kenapa nasib gua kaya gini?"
"Gimana?" Tanya alisa kepada seseorang di sebrang sana
Ia menelpon seseorang untuk memastikan sesuatu.
"Awasi mereka semua"
tut
Alisa mematikan sambungan telponnya. Ia kembali berjalan menuju balkon kamarnya, membuka pintu balkon lalu duduk di ayunan yang ada disana. Melihat rumah sebrang yang mana lampu kamar itu masih menyala, ia melihat jam tanggannya sekarang sudah menunjukan pukul 10 malam tapi lampu kamar rumah sebelah masih saja nyala.
Tak perduli dirinya menatap ke langit-langit yang sangat indah.
"Haii, Kakak baik disana?"
"Apa kabar? kenapa harus kamu? kenapa gak aku aja yang duluan dari awal?"
"Sakit loh ngerasain ini sendirian"
"Kenapa gak berdua aja sih? hehe aku cape tau kak, kakak sini aku mau ikut atau mau tukeran aja? mungkin kalo kakak yang idup akan berbeda semuanya"
Alisa menatap sebuah bintang yang paling terang di antara bi9ntang-bintang dilangit. Tersenyum penuh kesedihan, penyesalan. Mungkin ia tak akan merasakan sakit seperti ini jika dirinya ada id atas.
"Sakit" Ucapnya dengan memukul dadanya yang kembali sesak, "Kak kangen sumpah, kenapa harus aku? kenapa harus aku yang idup gak adil?"
"Sakit kak sakit hiks"
Ia menghapus air matanya lalu mulai menenangkan dirinya, ia melirik jendela balkon sebrang terlihat ada anak laki-laki yang sedang berdiri entah sedang apa. Tak perduli dirinya kembali menatap langit-langit dan menatap sendu bintang yang sedang bersinar terang itu.
"Gak enak tau kak di bandingin dibedaain sama keluarga sendiri"
"Kita sama kak, sama dalam segi jenis, sama sama dapet kasih sayang. Tapi cara mereka berbeda kak, dia yang selalu dapetin kasih sayang dari mereka, dia yang selalu dapetin ucapan lembut dan sifat posesif dari para keluarga besar, dia yang selalu di perhatiin, selalu di angap seperti anak kecil, yang selalu di ingetin ini itu gak boleh ini itu. Dia, dia dan selalu dapetin semua perhatiian. Kenapa beda?"
"Sampe sekarang selalu binggung apa yang salah, apa aku nakal ya? ada lagi kak, keluarga kita lengkap, kasih sayang ada tapi kenapa aku selalu ngerasa kalo aku sendirian selalu ngerasa aku cuman punya diri aku sendirim kadang ngerasa cape, kadang serasa nyerah kadang juga kaya 'Ih apa sih realitinya kenapa brutal banget' Selalu berpikir yang ini itu, otak selalu penuh"
"Anehnya di luar zku ya cuek aja mayang wajah yang kaya gak ada apa-apa. Padahal otak selalu mikir apa nanti aku bakalan dapet apa yang aku mau? aku cita-citain?"
"Mungkin kalo aku sama dia terus ada apa-apa mungkin yang lebih diperhatiiin dia sih, kan seluruhnya ada di dia, Sama-sama cidera parah mungkin semuanya lebih perhatian ke dia buka aku. Sad banget ya nih idup terlalu gelap hehe. Kakak tau mereka siapa? SI kembar, fay dan fey." Oceh alisa sambil tersenyum manis ke arah langit.
Jujur cape, iya. Sakit, iya. Tapi apa boleh buat, dirinya hanya bisa tersenyum dan menyimpan luka yang selama ini ia tutupi.
Perlahan matanya terpenjam dengan posisi dimana dirinya tiduran di ayunan gantung, ia sempat pindah agar bisa tertidur nantinya.
Dari sebrang alan membuka pintu balkonnya dan melihat seorang gadis yang ia kenal cupu di sekolahan, sedang tertidur di balkon kamarnya. Ia tak menyangka gadis itu akan tertidur di sana, padahal sekarang sedang dingin-dinginnya.
Ia duduk sambil mengisap roko yang baru saja ia bakar, menatap penuh ke arah gadis yang tertidur tanpa kacamata, rambut yang di urai lepas, sangat cantik.
"Eh anjir apaan dah" Kagetnya saat sadar apa yang ia lakukan.
"Gila dingin gini tidur di luar" Gumamnya
"Kenapa lan?" Tanya seseorang yang tiba-tiba saja menepuk pundaknya pelan dan berhasil menganget kannya.
"Ketuk dulu apa" Kaget alan saat mendengar suara serta tepukan di pundaknnya.
"Ya maaf. Lagi pintu lu kebuka dikit gua masuk kaga ada orang yaudah gua ke balkon. Eh liat lu lagi mandang cewe gua di sebrang" Candannya lalu duduk di samping alan.
"Gimana? Cantik kan cewe gua? Yakin mau jadiin bahan taruhan? Cakep gitu" Lanjutnya meledek alan, siapa suruh main menerima taruhan gak guna itu.
"Cewe lu? Sadar kali bang lu gak punya pacar"
"Ya otw, lagi berusaha. Kan lu gak bakalaj dapet jadi gua aja yang maju"
Alan menatap abangnya kesal. Ia mematikan rokonya dan merebahkan dirinya di bangku panjang yang ada disana.
"Gak akan suka dia ama lu"
"Hahahaha, kita liat aja" Ucap alvero terkekeh
"Hm"
Alvero dan alan menatap alisa yang tertidur pulas. Benar-benar tenang bahkan sangat tenang dengan pintu balkon yang terbuka dan terlihat isi kamarnya yang serba hitam. Benar-benar berbeda dari gadis lainnya.
"Dia beda lan, gua suka sama dia. Gak tau kenapa liat dia kaya liat azel. Andai azel disini mungkin kita bakalan ngejaga dia sekarang" Curhat alvero
"Sampai kapan kita diem lan? Adek kita di culik dan kita gak tau dimana dia sekarang? Apa mungkin dia masih idup? Apa mungkin dia bakalan inget kita? Gua kangen lan, kangen"
Alan hanya diam merenungin apa kata-kata dari sang abang. Dirinya punya adik perempuan yang hilang sejak dirinya umur 4 tahun dan azel yang berumur 3 tahun. Mereka mungkin masih terlalu kecil tapi mereka tau, mereka paham semua itu.
Mau bagaimana lagi dirinya hanya bisa mencari dan terus mencari walau hasilnya tetap sama, gagal.
"Gua juga gak tau"
"Lan gua cuman mau lu akhiri pertaruhan itu. Jujur gua gak mau lu lanjutin hal bodoh itu, ngelakuin karna taruhan itu gak ada untungnya al. Nanti di saat lu suka balik sama dia gua yakin dia bakalan marah besar kalau tau dia jadi bahan taruhan"
"Jangan sampe nyesel al" Ucapnya lalu menepuk pundak alan dan pergi tanpa pamit.
Alan terdiam dan merenungi ucapan dari sang abang.
♡♡♡♡♡♡
Haiii guysss
Jangan lupa vote and like ya
Coment di bawah kalau mau next biar makin semangat ngtiknya.
Harap hargain mimin ya
Salam 'Rin'15.01.2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisa
Teen Fiction"Simpan, diam dan rasakan" Dia kembali, tapi bukan menjadi sosok Alisa yang murah senyum dan lemah lembut. Melainkan Alisa yang datar, cuek, dingin dan tertutup. Kejadian 2 tahun lalu membuat dirinya menjadi saat ini, dan selama itu juga dia menghil...