Ini tidak mungkin. Alya merasa nafas nya di tarik paksa, lalu kesadaranya kembali ke permukaan. Disaat semua orang menatapnya penuh rasa bersalah. Alya tidak tahu apa yang harus dia katakan, kalimat seperti apa yang mampu mendiskripsikan bagaimana perasaanya sekarang. Ummah menangis sambil mendekap tubuh Alya erat erat.
Gadis berusia 21 tahun itu menarik nafas nya dalam. Mba Robia yang sejak tadi memijit telapak kaki nya dengan minyak kayu putih itu pamit undur diri. Di susul oleh mbak Dini setelah memberikan segelas teh hangat kepada Ummah, dan Ummah menuntun Alya untuk meminumnya pelan pelan.
"Maafkan Abi mu, ndok." Kyai Nidhom lebih dahulu bersuara. Suara beliau sangat pelan. Rasa bersalah tersorot dari mata beliau yang nampak berkaca kaca.
Bunyai Ifah mengusap air mata nya berkali kali sambil mengelus kepala anak pertamanya itu sayang.
"Kamu udah enakan?" Tanya beliau. Meskipun masih sesak, Alya mengangguk. Mata nya menelusuri sudut kamar, mencari seseorang yang tadi membuat jantung nya hampir berhenti berdetak. Tidak ada, dan Alya menghela nafas lega. Bagaimana pun dia belum siap bertemu Alzam lagi. Masih begitu banyak pertanyaan yang hinggap di kepala, Alya butuh jawaban dan alasan mengapa Abi tega menikahkanya diam diam. Meskipun dalam islam sah sah saja seorang wanita dinikahkan tanpa mengetahui siapakah suaminya terlebih dahulu.
"Kamu maafin Abi kan, nak? Abi janji bakal jelasin dan jawab semua pertanyaan kamu." Tangan Abi terulur, mengusap rambut Alya lembut.
Tapi Alya seakan kehilangan seluruh tenaganya, dia lelah sekali. Segala kemungkinan kemungkinan, dan kejadian beberapa hari kebelakang membuat kepala Alya berdenyut sakit.
"Alya mau tidur, bi, mah." Hanya itu suara lirih yang bisa Alya katakan.
Abi dan Ummah saling tatap, lalu mengangguk dan mencium kening nya bergantian. Kemudian Abi membisikan kalimat yang membuat Alya terdiam.
"Tidak ada orang tua yang jahat di dunia ini, Al. Semua orang tua ingin yang terbaik buat anak nya. Abi sayang Alya." Bisik Abi lalu melangkah keluar dengan menutup kembali pintu cokelat itu.
Setelah pintu tertutup rapat, Alya meringkuk. Mata berbulu mata lentik itu terpejam, lalu air mata yang tadi ia tahan kini merebak. Gadis itu menangis tanpa suara. Padahal Alya selama ini bermimpi, bahwa kelak ia akan menikah dengan seseorang yang ia cintai dan mencintainya. Bukan dengan kejadian kejadian yang mengejutkan seperti ini.
☀️☀️☀️
Setelah kejadian luar biasa mengejutkan itu, hidup Alya berubah. Tidak ada yang ingin Alya bahas soal Alzam. Bukanya tidak mau menerima kenyataan, Alya hanya belum siap dengan rangkaian kejadian dan jawabanya. Alya mencoba hidup seperti biasanya saja, meskipun hati kecil nya mengatakan bahwa sekarang status nya adalah 'seorang istri'. Ya, istri dari seorang Alzam arif bilhaq. Lelaki yang Alya sendiri tidak begitu tau asal usulnya, Selain bahwa Alzam adalah anak seorang pejabat negeri yang merupakan sahabat karib Abi saat mondok dipesantren dulu.
Begitu pula Abi, beliau sama sekali tidak membahas apapun. Atau mungkin beliau menunggu kesiapan Alya mengetahui semuanya dan mengulang pernikahan? Alya tidak tahu. Alya hanya berusaha kembali berjalan di kehidupan normalnya. Meskipun sudah tiga hari ini Alya tidak melihat Alzam. Dan rasanya dia juga belum siap untuk kembali bertemu dengan lelaki itu setelah tahu status mereka sekarang.
Mata Alya terpejam mencoba menikmati bait bait Alqur'an yang telah ia hafal. Menikmati silir angin dari jendela yang ia buka tepat di depanya sekarang. Meskipun fokusnya terganggu oleh satu nama :
ALZAM.
"YA ALLAH." keluh Alya menghembuskan nafas kesal. Dia tak mungkin kembali memulai drama menangis bukan? Toh Alya juga sedang berusaha menerima kenyataan, meskipun seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH PILIHAN ABI
Teen FictionNamanya Alya mahira salma, cucu seorang ulama besar dijawa tengah. putri seorang kyai yang sama masyhurnya. tidak seperti kebanyakan putri kyai lainya yang kalem dan lemah lembut, Alya justru menunjukan perilaku dan sikap berbeda, yang membuat semua...