Sepanjang perjalanan Alya benar benar mengatupkan bibirnya rapat rapat. Kedua tanganya bersedekap. Wajah badmood kentara sekali di wajah putri mahkota itu. Sedangkan Ziz beberapa kali tertawa bersama Alzam. Atau Ziz yang berapi api ketika membahas club bola kebanggaanya. Ternyata Alzam tidak sekaku itu. Lelaki 26 tahun itu nampak antusias menanggapi cerita Absurd adik bungsunya. Atau mungkin karna mereka sama sama mengidolakan club sepak bola yang sama? Sedangkan Alya, meskipun sama tomboy nya, club bola kebanggaanya tetaplah negara sendiri.
Merasa sejak tadi tak bersuara, Alzam melirik Alya yang diam saja menatap jalanan yang sedikit padat di siang itu.
"Tumben diem? Habis baterai ya?" Cletuk Alzam mengeluarkan senyum miringnya yang menyebalkan.
Mendengar pertanyaan itu, Alya hanya memutar bola mata nya malas. Alya sungguh ingin lekas sampai di pondok Ahla, adiknya. Memberikan dan menyampaikan titipan Abi nya tercinta, lalu pulang ke rumah. Bukanya harus berada di sebuah ruang sempit yang memperpendek jarak mereka. Alya malas sekali melihat tampang sok keren Alzam. Karna malas, Alya memutuskan untuk tidak mengeluarkan se patah kalimat pun.
Lalu Alzam terkekeh. "Bagus, diem aja ntar sampe rumah ya?! Biar damai dikit dunia gue."
Lelaki bernama Alzam arif bilhaq itu benar benar ingin tertawa saat ning tengil itu hanya membalas nya dengan dengusan. Tidak dengan mendebat nya seperti biasa. Baguslah, batinya tertawa.
"Ini masih lurus aja nih arah nya?" Tanya Alzam lagi saat menjumpai perempatan yang diapit pasar tradisional.
Karna kesal, Alya menegapkan tubuh, lalu menatap Alzam geram. "Lurussss, mentok, terus belok kiri. Ada laut, nah nyemplung deh kamu. Kelar!"
Dua detik setelahnya tawa Alzam meledak. Bukan hanya Alzam seorang tentu saja. Melainkan juga suara Ziz yang sama menggemanya.
"Apanya yang lucu sih?!" Alya bertanya dengan nada sedikit meninggi. Namun sepertinya itu tidak berpengaruh apapun.
"Mba Al lucu banget. Muka nya merah kayak kepiting rebus. Gak kuat ya duduk di sebelah mas Alzam?"
Setelah mendengar kalimat Ziz, rasanya Alya yang ingin menyemplungkan diri nya ke laut sekarang juga.
HUFT.
☀️☀️☀️
Akhirnya Alya bisa bernafas bebas ketika mobil yang di tumpangi nya berhenti di depan pondok Ahla, adik nya yang juga kakak dari ning Ziz tentu saja. Rindu juga dia dengan anak perempuan kedua Abi yang paling feminim itu. Diantara Alya, Ahla dan Ziz, hanya Ahla seorang anak Abi yang paling pintar merias diri. Paling sehati sama Ummah dalam membuat resep resep menu baru, Hanya Ahla yang tidak suka bola, dan Ahla yang selalu menjuarai lomba makeup di acara agustusan pondok.
Alya bergegas turun dari mobil, disusul Ziz dan kemudian Alzam yang membantu nya membawa dua kardus sedang berisi makanan dan pesanan Ahla.
"Mbak Alya." Keluar lah seorang gadis anggun yang tersenyum lebar menyambut kedatangan Alya dan Ziz. Alya bergegas mendekat, memeluk tubuh adiknya itu sayang.
"Gimana kabar nya? Krasan?" Tanya Alya tersenyum. Kali ini Alzam seperti melihat orang lain dari diri Alya. Gadis yang biasanya tomboy dan suka ugal ugalan itu, kali ini bersikap dewasa. Beberapa kali Alya memberikan wejangan kepada Ahla agar lebih fokus lagi mondoknya dan lain lain. Dan Ziz yang menceritakan hal hal Absurd, seolah mengadu. Lalu mereka bertiga tertawa. Padahal posisi mereka masih berada di depan gerbang pondok putri.
Lalu sudut mata Ahla menangkap seorang lelaki ber kemeja maroon dan sarung batik, lengkap dengan pecinya yang berwarna hitam. Ahla tiba tiba tersenyum aneh menatap Alya.
"Loh, disuruh kesini sama Abi Ummah, kok malah datengnya sama calon suami sih mbak yu?"
Ucapan ngeledek Ahla rupanya berhadiah satu jitakan empuk di kepala. "Calon suami gundul mu, itu santri baru, yang di utus Abi buat nyupirin kesini. Ora genah blas!"
Mendengar jawaban Alya yang ngegas , Ahla jadi tertawa. Pasti mbak yu nya ini punya dendam kesumat. Buktinya ketika menceritakan supir dadakan itu dengan sorot mata yang mengeluarkan api.
"Mbak mu itu super tengil, ning." Ujar Alzam yang tengah menyandar pada pintu mobil sambil melipat kedua tanganya didepan dada.
Ahla dan Ziz tertawa seolah membenarkan. Sedangkan Alya melotot ke arah Alzam, lalu mendengus kesal.
"Lah, gak ada yang ngajakin situ ngomong. Gak ada kabel nya kok main nyambung nyambung aja!" Seloroh Alya kesal. Dan tentu saja itu memancing tawa dua orang yang kini bertambah satu menjadi lebih keras.
Apanya yang lucu?!
"Jadi perempuan itu harusnya yang anggun, ning Alya yang mulia. Yang ramah, yang gak hobby melototin orang. Kasian nanti suami nya kena marah sama pelototan terus tiap hari." Ujar Alzam lagi. Seperti nya dia merasa senang melihat Alya mencak mencak dan kepalanya keluar asap seperti itu.
Hampir saja Alya memajukan langkah untuk menghampiri Alzam. Tapi tanganya di cekal oleh adik nomer dua nya yang super anggun. Ahla tertawa sambil geleng geleng, menatap ekspressi hampir meledak milik kakak pertamanya. Sedangkan Ziz tentu saja mengambil hape dan bersiap merekam adu mekanik yang mungkin akan terjadi sebentar lagi.
"Lah situ kan calon suami nya mbak Al." Ceplos Ahla ngasal dengan menaik turunkan alisnya menatap Alya yang semakin melotot sambil berseru.
"AMIT-AMIT, JANGAN SAMPE."
Sedangkan Alzam menghela nafas, dan memijit pelipis nya yang mendadak pening.
Hadeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH PILIHAN ABI
Novela JuvenilNamanya Alya mahira salma, cucu seorang ulama besar dijawa tengah. putri seorang kyai yang sama masyhurnya. tidak seperti kebanyakan putri kyai lainya yang kalem dan lemah lembut, Alya justru menunjukan perilaku dan sikap berbeda, yang membuat semua...