Usai menggoda gairah masing-masing dengan cumbuan mesra, Anne melayani Bagas di meja makan. Ia memasak makanan kesukaan sang suami. Anne juga senang karena Bagas makan dengan begitu lahap. Bahkan hampir semua masakannya dinikmati pria itu dengan anggukan puas.
"Saya pergi sebentar," kata Bagas.
Mereka selesai menyantap makan malam, lalu kembali ke kamar. Bagas yang tadinya sibuk dengan ponsel dan laptopnya, seketika beranjak sambil berujar demikian.
Anne yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang sambil membaca beberapa pesan yang masuk ke ponselnya seketika mendongak. Ia mengerutkan kening. Tidak biasanya Bagas pergi lagi jika sudah tiba di rumah. Bahkan pakaian pria itu sudah berganti dengan pakaian tidur.
Apa benar ucapan Fina kalau Bagas memiliki wanita lain selain mereka berdua? Kalau iya, Anne rasanya ingin mengikuti jejak Fina saja. Karena Anne tidak sebaik Fina membiarkan suaminya beristri lagi.
"Ke mana, Mas? Ini udah jam sembilan," Anne beranjak dari kasur untuk mendekati Bagas.
"Ada urusan sebentar. Kamu tidur aja," suruh Bagas sembari mengecup kening Anne saat wanita itu berdiri di hadapannya.
"Aku ikut, boleh?" Anne berharap Bagas mengiyakannya.
"Kamu di rumah aja. Saya cuma sebentar."
Bagas berlalu setelah mengucapkan itu meninggalkan Anne yang kini berspekulasi yang bukan-bukan. Bagas pasti bertemu dengan wanita yang ada di foto tadi. Anne yakin sekali urusan pekerjaan tidak pernah pria itu layani di luar jam kerja.
Anne menatap layar ponselnya yang menyala. Ada satu notifikasi dari Fina. Wanita itu menulis sesuatu yang membuat kening Anne berkerut dalam.
"Ada masalah apa ya?" gumam Anne.
Anne melangkah tergesa menuju lemari. Ia mengganti pakaiannya, lalu meraih dompet serta kunci mobil. Ponsel yang ia lempar sebelumnya ke atas kasur lupa ia bawa karena begitu terburu-buru.
"Mas Bagas mau ngapain?" gumam Anne lagi.
Ia berkendara dengan pikiran yang begitu kacau karena banyaknya perkiraan-perkiraan di benaknya. Andai saja ia bisa bertanya pada Bagas tentang wanita di foto itu, mungkin ia tidak akan berpikiran negatif seperti sekarang.
Dan lagi, Anne belum sempat membahas apa pun, tapi Bagas sudah lebih dulu pergi entah untuk urusan apa dan ke mana.
Mobil Anne memasuki sebuah kawasan rumah mewah milik Fina. Kening Anne kembali mengernyit. Kali ini ia semakin bingung. Di depan sana ada mobil Bagas terparkir tidak karuan. Bahkan kendaraan itu masih menyala.
Anne keluar dari mobil, lalu mendekati mobil Bagas. Benar, mobil itu tidak berpenghuni. Bagas mungkin saja sudah di dalam bersama Fina. Tapi untuk apa? Bukankah malam ini jadwal Bagas bersamanya?
Mencoba menenangkan perasaannya, Anne menghela napas berulang kali. Ia melangkah masuk ke dalam rumah besar Anne. Ia juga tidak bersuara. Anne tahu kalau Fina tidak suka suasana berisik. Makanya ia masuk diam-diam dan tersenyum saat asisten rumah tangga menyapanya dengan ramah.
"Di belakang, Nyonya," jawab asisten rumah tangga Fina saat Anne bertanya di mana wanita itu berada.
Anne mendekati pintu belakang. Ia mulai mendengar suara Fina yang berulang kali membentak entah kepada siapa. Semakin dekat kaki Anne, semakin jelas terdengar kalau Fina juga terisak.
"Aku cemburu! Kamu kira selama ini aku benar-benar ikhlas di madu?! Enggak, Bagas! Jangan gila kamu. Wanita mana pun gak akan ada yang mau."
"Saya sudah kasih kamu semuanya. Bahkan persyaratan gila yang kamu ajukan. Sepuluh persen saham perusahaan saya kasih ke kamu. Kamu gak mau punya anak juga saya terima karena saya gak mau maksain kehendak saya sedangkan kamu gak suka. Kamu pikir saya pria macam apa yang gak mau anak?"
Anne menghentikan langkahnya tepat sebelum keluar dari pintu. Kedua tangannya terkepal erat. Jadi, Fina tidak benar-benar menyukainya? Kenapa wanita itu dulu begitu gencar ingin suaminya menikah dengan wanita sepertinya? Seharusnya Fina bisa menolak kalau memang tidak mau.
"Mama yang maksa aku izinin kamu nikahin Anne. Kata Mama saham lebih penting karena kamu juga gak punya waktu buat aku."
"Gak punya waktu? Jangan mengada-ngada, Fina. Saya sibuk. Kamu tahu dari awal hal itu. Saya sudah jelaskan juga sebelum menikahi kamu kalau saya gak bisa kayak suami wanita lain yang punya waktu 24 jam untuk keluarga. Kamu tahu juga kalau saya kerja untuk istri dan keluarga saya. Sekarang kenapa jadi mempermasalahkan hal yang seharusnya sudah kamu pahami?"
Anne tidak mendengar suara Fina menjawab. Hanya ada isakan dari wanita itu. Anne memutar tubuhnya untuk pergi dari sana. Tapi kembali terhenti saat mendengar lagi suara Bagas.
"Kamu pengaruhi Anne biar membenci saya. Kamu bilang saya selingkuh. Kamu juga tahu itu foto sebelum saya menikah dengan kamu. Bahkan--"
"Terus kenapa kamu masih mau sama aku, Bagas? Aku udah fitnah kamu ke istri kesayangan kamu itu."
"Saya rasa selama ini selalu adil buat kamu dan Anne. Bahkan jadwal saya menginap di sini lebih sering ketimbang dengan Anne. Apa yang kamu--"
"Kamu juga tahu aku yang bikin Anne keguguran. Kenapa kamu gak marah? Kenapa kamu gak kasih tahu Anne? Kamu takut kalau dia ninggalin kamu?" kekeh Fina dengan kejam.
Anne terhuyung hingga membentur pintu dan menimbulkan suara. Bagas yang bergegas mendekati pintu bersamaan dengan kaki Anne yang berlari pergi.
"Anne!" panggil Bagas.
"Aku sengaja suruh Anne ke sini. Dia berhak tahu semuanya. Kebusukan aku, kebusukan kamu. Biar dia tahu sesakit apa yang aku rasakan selama ini."
Bagas mengeraskan rahangnya. Ia memejamkan mata sebelum berbalik menatap Fina. Bagas tidak mau lepas kendali menampar wanita itu. Bagaimana pun, Fina masih istrinya.
"Kalau kamu memang tidak bisa menerima Anne," Bagas mengangguk pelan, "oke. Gak masalah. Malam ini, saya talak kamu. Kita cerai. Silakan kamu hidup bebas. Tanpa suami, tanpa anak. Bukannya tujuan kamu menikah dengan saya hanya karena harta? Tenang. Kamu bakal dapat semuanya yang memang pantas kamu dapatkan."
Bagas menoleh pada asisten rumah tangga yang termangu menatap mereka. Ia tidak sengaja lewat dan terbujur kaku mendengar ucapan talak yang majikannya berikan.
Bagas bergegas pergi dari sana bersamaan dengan Fina yang mengusap sudut matanya. Ia tersenyum tipis. Rencananya berhasil.
"Mama memang gak pernah salah. Cuma uang yang bisa bikin kebahagiaan. Bagas bukan apa-apa. Dan lihat, sebentar lagi aku yakin wanita tolol seperti Anne akan meminta cerai juga," gumam Fina.
"Nyonya baik-baik aja?" tanya asisten rumah tangga yang mendekat.
Fina menampilkan raut wajah sedih dan mengiba. Ia menepuk lengan wanita di depannya, lalu tersenyum pedih.
"Kamu jangan membenci Anne ya. Saya yang salah," ujar Fina.
"Nyonya gak usah bela Nyonya Anne lagi. Dia merebut suami Nyonya. Sekarang dia pasti bahagia. Wanita itu benar-benar jahat."
Fina tersenyum saja dan pergi meninggalkan wanita yang bekerja dengannya itu. Anne tidak akan pernah baik di mata siapa pun. Wanita itu tetap pelakor dalam rumah tangga Fina dan Bagas.
***
Lanjut?
Vote dong!
Komen juga!Lemes jadinya bestie🥲
Gak rame aku jadiin PDF aja nih si Anne🤣 #otakcuan
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...