14- GARA-GARA SALAH UCAP

2.6K 297 2
                                    

Kesalahan terburuk kita adalah ketertarikan kita pada kesalahan orang lain.

"Udah semua, Ning?"

Abida memasang niqabnya seraya menoleh lalu mengangguk.

Khair menghela napas resah. "Ning, Farel ikut..."

"Lalu?"

"Ya Allah... Kamu masih nanya kenapa?!" Cowok itu menghampiri istrinya seraya duduk di kursi rias.

"Si cowok itu suka sama kamu!"

Mendapati penuturan Khair, Abida refleks menengok. "Ngaco kamu!"

"Seribu dowerrr kalo kata Abi, mah!"

Abida lantas tertawa mendengarnya. "Mending sekarang kita berangkat."

Khair dengan cepat mengambil tangan istrinya seraya merangkul pinggangnya dengan posesif.

"Pokoknya kamu punya saya, Bidadari.... Punya saya. Titik! Inget itu!"

Abida melepas rangkulan tersebut lalu mengambil tasnya dan beberapa tentengan lainnya diikuti oleh Khair. Perempuan itu berjalan duluan dan Khair tetap setia berada di belakangnya.

Pemuda itu melotot lucu seraya menelan salivanya. "Bidadari?"

Abida menengok. "Kenapa?"

Muka cowok itu sudah memerah. "Kamu haid?"

"Eh?!" Abida terkejut. Perempuan itu menaruh beberapa tentengan lalu melihat baju bagian belakangnya yang terdapat bercak darah.

Pipi perempuan itu memerah sempurna seraya menatap Khair yang sedang memperhatikannya.

"Khair....." Abida menampilkan senyum tipisnya. "Bisa beliin saya pembalut?"

"Kok saya?!"

Mendengar penuturan refleks dari Khair, Abida hanya tertawa kecil. Perempuan itu mengambil selembar uang dari dompetnya lalu menyodorkannya kepada suaminya.

"Bisa beliin nggak? Tolongin.... Itu saya ketinggalan di rumah sedangkan saya belum beli."

Khair mendorong uang itu seraya menganggukkan kepalanya meski merasa bingung. "Pake uang saya aja, saya suami kamu." Ada jeda. "Gimana bilangnya?"

"Kamu nggak malu?"

Cowok itu terdiam. "Cuma beli itu doang, kan? Ngapain malu? Kan nggak ngutang."

Kontan Abida membasahi bibirnya seraya mengelus keningnya pelan. "Yaudah kalo dipikiran kamu itu." Ada jeda. "Bilang aja, beli pembalut tapi bukan Softex."

Khair menggaruk pelipisnya. "Tunggu sini. Tetep berangkat sama saya! Nanti kamu diculik sama si Farel Farel itu!"

"Ya Allah, Habibi...."

•|•

Sepanjang perjalanan menuju Minimarket, Khair selalu menggumamkan kata tersebut berulang-ulang hingga orang-orang yang berada di sekitarnya tak jarang banyak yang menatapnya aneh seraya menahan tawa. Meski lirih tapi tetap bisa didengar.

Pahala Surgaku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang