"Tidaklah aku mencari ilmu melainkan hanya untuk diriku sendiri. Aku mencari ilmu bukan karena agar orang-orang membutuhkanku."
-Imam Syafi'i-"Kamu nggak mau nanya kenapa tumbenan beli makan malem-malem?," Tanya Khair seraya memperhatikan Abida yang sedang menata makanan.
Abida berhenti sejenak lalu berpikir. "Karena besok mulai puasa?"
Khair tersenyum, bertopang dagu. "Bukan."
"Terus?"
Khair tertawa. "Kamu lupa kalo seminggu lagi bakalan ke Aleksandria?"
Begitu kalimat tersebut terucap, Abida menegakkan punggungnya merasa terkejut. "J-jadi?"
"Jadi.... Lebaran nanti aku yang ke sana."
Abida menukik alisnya. "Nggak nyambung!"
Khair mendengus. "Sengaja biar kamu nggak ngantuk malam ini."
"Emangnya mau ngapain?"
Khair mengambil piring. "Makan dulu nanti aku jelasin."
Abida berdehem canggung lalu mulai duduk dan menyantap makanannya. Beberapa menit ke depan hanyalah suara dentingan sendok yang menghiasi keheningan untuk pasutri tersebut. Abida sesekali juga melirik ke arah Khair yang selalu menampilkan senyum kecilnya meski samar.
Sebenarnya ada apa?
Khair meneguk air minumnya lalu setelahnya tersenyum. "Suci, kan?"
"Hah?"
Abida benar-benar bingung pembahasan apa yang sedang mereka bahas.
"Ikut ke kamar!"
Khair berjalan terlebih dahulu diikuti Abida di belakangnya dengan raut bingung.
"Terus?"
Khair tertawa melihat wajah linglung istrinya. Cowok itu mendekat lalu mengamit tangannya.
"Kamu lagi nggak dapet, kan?"
Abida manggut-manggut. "Oh.... Itu...." Ada jeda. Perempuan itu menggeleng. "Enggak, kok. Kan, bulan ini udahan."
Khair memasang wajah antusiasnya. "Oke! Kalo gitu kita wudhu sekarang!"
Tak bisa memungkiri bahwa Abida masih bingung tapi dirinya pun tak menolak untuk diajak berwudhu.
Abida memasang mukenanya selepas berwudhu karena perempuan itu melihat Khair yang sedang memakai sarung.
"Khair...."
"Kita mau sholat apa?"
Cowok itu menggelar sajadah untuk dirinya juga makmumnya. Lelaki itu tersenyum sekilas.
"Niatnya usholli sunnatan lailataz zifafi rok'ataini lillahi ta'ala."
"Eh?!" Abida tersentak kaget. Pipi perempuan itu memerah sempurna.
Khair tertawa melihat itu. "Siap?"
Abida menggaruk pelipisnya merasa bingung. "Aku nggak bisa nolak, nanti dosa." Ada jeda. "Mau malam ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahala Surgaku✓
Espiritual"Aku akan meminta sekali kepada Allah supaya jannah menyatukan kita, lagi." Khairul Khan. Lelaki yang populer karena terkenal dengan berbagai macam prestasi buruk itu mustahil tidak ada yang kenal dengan dirinya seintro sekolah.Tingkah ajaibnya yang...