"Sabar itu nggak ada batasnya, kalo ada batasnya berarti nggak sabar."
-Gus Dur-"Mau es buah, jus, atau kolek, Bi?," Tanya Abida seraya memperhatikan keadaan sekitar.
"Kamu maunya apa?"
"Habibi maunya apa?"
Mereka sama-sama tertawa. Khair memasukkan kunci motornya dan menggandeng tangan Abida menuju tukang es buah.
"Kita beli ini aja."
"Tapi aku maunya kolek," bisik Abida takut terdengar dengan penjualannya.
"Oh, yaudah. Kolek aja kalo gitu."
"Tapi kamu mau es buah?"
Khair menggeleng. "Nggak jadi. Aku mau bibir kamu aja."
Perempuan itu menunduk. "Kenapa nggak beli dua-duanya aja?"
"Takut gak habis."
"Kan bisa disimpan di kulkas?"
Cowok itu terdengar berdecak. "Beli kolek aja. Nanti suap-suapan."
Sekon berikutnya Abida tersenyum sempurna di balik niqabnya.
•|•
Hari-hari berlalu. Makin hari Abida dan Khair makin lengket. Tapi kini tinggal sehari lagi cowok itu akan berpisah dengan istrinya.
Khair mendengus beberapa kali melihat Abida yang sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.
"Kenapa nggak habis lebaran aja?"
"Banyak yang harus diurus di sana."
"Aku juga."
Abida mendelik. "Kan beda. Kamu diurus sama keluarga kalo aku orangnya kan udah kebiasaan apa-apa sendiri."
"Nanti lebaran pulang, kan?"
Cewek itu tersenyum teduh. "Jahat banget kalo nggak pulang."
Abida menghela napas. "Kenapa di saat kami khitbah aku bukannya ta'aruf dulu malah langsung proses akad?"
"Aku gak mau menyalahgunakan ta'aruf nantinya. Aku memang nikah sama kamu tapi ta'arufnya melalui keluargamu."
Abida mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa aku gak tau?"
"Loh? Kenapa harus tau?"
Istrinya terlihat menahan kesal. "Waktu itu kan aku calon kamu! Aku juga berhak tau sepenuhnya."
"Kan udah sama-sama liat CV ta'aruf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahala Surgaku✓
Spiritual"Aku akan meminta sekali kepada Allah supaya jannah menyatukan kita, lagi." Khairul Khan. Lelaki yang populer karena terkenal dengan berbagai macam prestasi buruk itu mustahil tidak ada yang kenal dengan dirinya seintro sekolah.Tingkah ajaibnya yang...