01. The Helping Hands

410 7 0
                                    

"Lo gak tidur?" suara seorang perempuan mengagetkan Pemuda berpundak lebar yang sedang mengaduk nasi yang sudah tanak itu ...

sang Pemuda berbalik memandangi gadis berwajah bangun tidur itu dan tersenyum rikuh "hehehe sebentar tadi mbak Margareth ... maaf aku rada nggeratak ... masak nasi... " ujarnya seraya tersenyum lebar ....

"panggil gue Margie aja .... " ujar si gadis yang tak sadar memandangi bocah bongsor berkulit gelap itu ... rahang persegi dengan hidung kokoh dan bibir penuh .... tampak seperti terpahat kasar dan gagah ... namun tindak tanduknya amat halus dan sangat terdidik ... dia bisa saja terlihat seram dan galak ... namun sejak tadi yang dirasakan Margie hanya kehangatan dan keakraban

"lo bilang nasi?" kekeh Margareth ketika membuka tudung saji ...

si Pemuda tertawa sejenak "ya kali makan nasi doang..." senyumnya seraya meletakkan Tempat nasi di meja makan

"nasi putih .... oncom leunca... tumis kangkung .... tempe goreng .... sambel....." ujar Margareth terbelalak ... lalu memandangi Pria muda yang tersenyum lebar ....

"jadi Maulana .... elu dulu kerja di warteg?" bingung Margie seraya mengambil nasi yang sejak tadi mengepul menggoda ....

"tidak dan tidak " ujar Pemuda di seberangnya yang kini duduk mengamati Margie yang mengambil lauk pauk dengan bersemangat

Margie mengerenyit mendengar perkataan pemuda itu "kenapa dua tidaknya?" bingung gadis cantik itu

"tidak pertama ... namaku Mauliate ... bukan Maulana .... tidak kedua ... nggak ... aku gak kerja di warteg...." cengirnya kemudian

Margareth mengibaskan tangannya sesaat "ya maap ... bokap balik tengah malam buta dan gue udah terlalu ngantuk untuk nginget nama lo dan ... kalo nggak ngewarteg dulu lo ngapain?" ujar si gadis menyelidik

Mauliate terdiam sejenak .... "aku ... eh ... aku dulu bantu mamak kerja di pastoran ... bantu bantu apa saja ... jadi udah terbiasa masak..." jawabnya perlahan

"lo yakin?" selidik Margareth lebih lanjut

Mauliate mengangkat bahunya "mbak Margareth coba dulu masakanku ... kalo nggak enak ... baru boleh mikir aku bohong..." jawabnya hangat

"it's Margie ... Maul....." rajuk Margareth sesaat ... si Pemuda mengangguk dan tersenyum hangat

"kalo gitu it's Ate ... Mbak Margie...." sahutnya kemudian

"kak Margie ...." si perempuan mengkoreksi

Mauliate mengangguk angguk "siap kak Margie" lirihnya lembut

***********
"Bapak membiarkan anak itu di rumah sendirian?" ucap Margareth yang masih asyik memperbaiki Poninya di spion mobil ,pagi itu Ayahnya Pak Soewito seperti biasa mengantarkan putri semata wayangnya ke SMA negeri di daerah Ciomas  menggunakan carry bututnya

"yeah ...Bapak rencananya mencarikan sekolah untuknya setelah ini ...biar dia beres beres dulu di rumah ...." ujar Laki laki setengah baya itu seraya mengambil rokok dari kantongnya

Margareth mendelik dan melesakkan bungkus rokok itu kembali ke kantong poloshirt ayahnya

"nggak sekarang ...aroma cologne murahku nanti ketutupan bau gudang garam" sewot si gadis

sang ayah tertawa sesaat "kamu lebih mementingkan aromamu dibanding kegelisahan bapak?" ujarnya dalam tawa

Margareth mencibir "itu kecanduan nikotin ....bukan kegelisahan" manyunnya lucu

"kau kan tahu resesi belum berakhir ...dan resepsi lagi gak sebanyak dahulu ....mereka memilih akad atau pemberkatan saja ...gak pakek prasmanan mewah atau organ tunggal..." jelas sang ayah yang kemudian berbelok di perempatan ...

the eternity origins : Bogor BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang