32.Epilog

114 5 2
                                    

"ko Ate.... istirahat dulu...." teriak seorang laki laki di lapangan Klenteng tempat Ate dan kelompok Barongsai berlatih sore itu

"Ko? he's not even Chinese...." ujar suara itu tidak mengerti

laki laki yang diajak bicara hanya tersenyum mendengarnya "dia gak mau dibedakan .... biar nyampur ... nyatu dan gak .... nonjol sendiri.... " jelasnya

"kulit coklatnya udah cukup nonjol ... gak dibedain juga udah beda.... " cebik sang lelaki berkacamata hitam itu

" disini kami melakukan apapun agar perform kami baik .... jadi fokusnya bukan lihat perbedaan.... " ujar Laki laki yang diajak bicara sambil memutar mata kemudian meraih handuk kering dan menghampiri Ate....

" kenapa? " ujar Ate ngos ngosan sambil menghanduki tubuhnya dan meminum air mineral yang dibawa kawannya itu

" laki laki itu nyariin Koko .... entah kenapa vibenya gak enak.... " ujar sang teman...

Ate sejenak memandang ke sudut lapangan yang terlindung Pepohonan besar

" it's okay .... biar aku temui dia... terimakasih" ujarnya segera berlari menuju Pria yang dimaksud

**************

"sudah beres semua To?" dua pasang Mata di hadapan Ditto memandanginya haru .... dua sepupu sekaligus dua sahabat terbaiknya ... mereka yang selalu ada dan menjaga Ditto walau di tengah kesibukan mereka sebagai Mahasiswa tahap Akhir masih selalu menyempatkan waktu untuk menemuinya ... bahkan mengantarkannya siang ini ke Bandara

Ditto mengangguk "Papa sudah menunggu di lounge dan Mama .... terlalu kesal untuk mengantarku ke Bandara..." ujarnya masam ...

Brando tertawa mendengar kata kata sepupu kecilnya "lo tenang aja ...Tante Sundari Would be Fine .... selama dia terikat dengan Askara... dia akan baik baik saja....err lo gak lupa bawa obat lo kan? "

Ditto tertawa sesaat " kata bokap takut gak masuk screening Bandara sana .... nanti sampe langsung cari apotik terdekat aja.... "

Kenneth memutar mata mendengarnya ..." lagian sakitnya Ditto belum final ... minum obat takutnya malah memperlemah kondisinya" jelasnya dingin .... Brando semena mena menempeleng kepala Kenneth

"Preventif bego....." kesalnya kemudian

Kenneth tersenyum seraya mengusap usap dahinya yang baru saja mendapat tempelengan dari Brando "Preventif preventif... lo mulai kedengaran kayak Tante Sundari.... lo yakin lo Askara? bukan Probosentono?" cemberutnya ...

Ditto terdiam ... sejenak melongok melewati pundak kedua sepupunya.... " apa yang lo harapkan? Mauliate lari ngos ngosan samperin lo? " ujar Kenneth kesal .... Brando hanya bisa memandangi Ditto dengan pandangan bersimpati

"Sejenak berharap ada keajaiban...." lirih Ditto sambil tersenyum pahit .... Brando menepuk nepuk bahu kurus namun kokoh Pramuditto

" biarin elu pulih ... dia pulih.... udah waktunya kalian melanjutkan hidup" ujarnya bijak seraya memeluk tubuh sepupunya itu...

" makasih Ndo.... " lirih Ditto perlahan

" lo harusnya makasih sama gue juga karena gue balikin lo ke logika yang seharusnya" cerocos Kenneth ketika memeluk Ditto yang akan segera boarding ...

"iya terimakasih Ken ... walaupun gue masih percaya apa yang gue percaya ... paling gak sekarang gue rasional..." senyum Ditto pahit

Ken menepuk pipi Sepupunya itu "lo harus sehat... rasional ... dan percaya kalo dia emang buat lo ... dia pasti buat lo..." senyumnya seraya mencubit hidung Ditto lembut .... mereka bertiga tak sadar tertawa tawa

the eternity origins : Bogor BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang