04. Damba Banda

96 6 2
                                    

Banda

"Terong balado.... " Aku merasakan suaraku ber-echo di ruangan warteg yang panas dan sesak siang itu.... Tengah hari.... Waktu bagi kami...para budak Untuk mengisi sudut sudut lambung kami agar bisa kembali dipecut dan didera hingga nanti senja tiba

"terongnya tinggal satu...... " Ujar perempuan yang mengambil lauk dengan rikuh... Aku yang tersadar dari lamunanku kemudian spontan berucap  "Buat dia aja.... "

"Nggak mbak buat dia aja... " Kembali sebuah suara terdengar... Mataku bertabrakan dengan sepasang mata yang mengangguk ramah di sudut ruangan ramai itu....mata sang pemilik suara..... Aku hanya tersenyum sekedarnya

Mbak warteg kemudian mengangsurkan nasi serta sayur dan lauk pilihanku kepadaku yang segera menerimanya kemudian larut dalam perjuanganku menghilangkan lapar....  Tak kusadari sepasang mata itu seksama mengawasiku dari tempat duduknya... Lalu tersenyum penuh makna...

******
Mauliate

"Apa ini? " Bengongnya melihat bungkusan yang kusodorkan

"Nutrisari dingin... " Ujarku tak acuh seraya menyedot bungkusan plastik yang kupegang

"Mangga...? " Ujarnya setelah meneguk pelan

Aku memandangnya sejenak  terbengong melihat Matanya Indah... Kalau saja tidak terbersit duka yang amat halus di antara pandangan hangatnya

"Kenapa? Gak suka? " Lanjutku kemudia

Dia terkekeh dan mengangkat bahunya "terkejut aja... " Jawabnya singkat

"Dan kuharap kamu suka kejutan" Senyumku tulus  Dia tersenyum sesaat dan berbisik "ini gak jelek... Tapi buat apa? " Lirihnya

"Ucapan terimakasih untuk terongnya... " Jawabku kemudian...

"Itu cuma terong... " Ujarnya merendah

"Dan kau berkeras hanya makan dengan sayur" Ujarku tak setuju

Dia kembali terkekeh "kau mencuri pandang... "

"Aku merasa bersalah... " Ujarku membela diri

Dia kemudian mengacungkan plastik berisi cairan kuning artifisial yang tinggal berisi setengah  "Maka ini impas... " Jawabnya hangat... Aku tersenyum tak menyadari pipiku yang seolah berwarna merah...

"Jangan bengong... Habiskan teh manismu... " Ujarnya mendistraksi lamunanku

"Ini bukan teh... "

Dahinya berkerenyit "gula asem  " Jelasku dengan ceria... Dia lalu dengan semena mena menarik plastikku dan menyeruputnya... Kami macam dua bocah SD sedang menunggu angkot di halte siang itu

"Kau suka? " Tanyaku tulus... Dia sejenak berpikir....

"Aku terkejut" Senyumnya hangat

"Dan aku harap kau masih suka kejutan" Timpalku tertawa ....

dia terdiam memandangi jalan yang lalu lalang... "aku hanya akan naik angkot ...jalan sedikit....sampe rumah ...dan membusuk karena bosan seumur hidupku"  Ujar lelaki itu seraya memandangku

" well ...aku bawa motor ...kakakku tadi ngambek ....jadi aku sendirian...mau kubonceng?" tawarku kemudian

dia terdiam sejenak menimbang nimbang
"ayolah siapa tahu ada kejutan lain..." tawarku kemudian

aku menawarkannya menuju tempat motorku di parkir di depan warteg ...dia mengangkat bahu dan mengikutiku

**********

"kemana orang rumah?" suara Bariton pemuda tampan di sebelahnya memecahkan lamunan Banda ...nafasnya masih ngos ngosan akibat kegiatan mereka berdua barusan....

the eternity origins : Bogor BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang