"boleh gak pakek efek gak sih pak?" ujar Margareth tak puas .... Soewito yang baru saja menyelesaikan lagunya terdiam memandang si gadis yang tampak tak puas
"kan biar meriah nak" ujar sang ayah mencoba membela diri ... Margie menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu sekaligus tempat mereka berlatih itu
"ini kuno pak ... dated .... kita perlu cara bermain dengan sedikit penyegaran...." frustasi sang putri ... sang ayah hanya terdiam ....
"Lemon Tea?" ujar suara lelaki yang baru saja berjalan dari arah dapur
"nah ... penyegaran....." keluh Soewito begitu saja sambil mengambil gelas dari nampan yang dibawa pemuda tampan itu
"te ... nampan sini .... lo coba keyboardnya" lugas Margie seraya merebut nampan berisi lemon tea yang dibawa Mauliate
"pikirin satu lagu crowd pleaser yang bisa bikin orang goyang ... tapi gak pakek efek dung tek dung tek dari keyboardnya ..." tantang Margie
"terajana...? " tebak Soewito ... Margie memutar matanya ...
"pikirin yang lebih sekarang Te...." ucap si perempuan ...
Mauliate memandang dua orang yang penuh harap sedang memandanginya .... dia kemudian menarik napas panjang ... dan mulai memainkan keyboard dengan settingan piano ...
Margie dan Soewito tak sengaja berpandangan dan mengangguk .... jari jari terampil Mauliate memainkan nada nada cantik dan lincah dari lagu cemburu milik Dewa yang albumnya baru saja rilis di Tahun itu....
**********
"aku pikir ... kita tambah lahan .... ulang tahun .... kalian tau ... sweet seventeen sweet seventeenan gitu...." ucap Margie setelah melihat permainan Ate ...."Gathering keluarga? Reuni?" Bapak menambahkan
"pemakaman...? " ujar Mauliate menambahkan
" mana ada pemakaman mau joget te? " tolak Bapa kemudian
"ya bukan buat joget juga pak... " timpal Margareth
" jelasin sama Bapak.... bapak gak ngerti.... " ujar si lelaki
"saat mereka berduka mereka butuh hal yang jaga atmosfir kan pak? kita bisa mainin instrumen yang jaga vibe mereka yang sedang berkabung... " Jelas Margareth...
Dahi Soewito sejenak berkerut " mereka biasanya ngaji atau setel lagu lagu rohani gitu bukan? " bingungnya
"kita gak ngomongin menengah lagi Bapak" lirih Ate
"lantas?" sahut laki laki tua itu
Margareth meminum lemon teanya
"upperclass pak... kita ngomongin upperclass" sahut sang gadis penuh semangat
" tapi apa kita bisa? " bingung laki laki yang lebih tua
Margareth mengangkat bahunya "asal kita singkirin itu dustek dustek organ gak jelas... kita akan terdengar lebih mahal pak" kesal Perempuan itu
"mungkin tidak perlu dihilangkan kak ... bisa dipakai di acara yang ... suka pake efek efek itu" ujar Mauliate dengan rikuh kemudian
"bener juga .... tujuan kita kan mbesarkan pasar ... bukan mengasingkan yang satu dan mengakrabkan yang lain" cerocos Margareth ...
" kita bisa buat ini konsepnya jadi akustikan ... ndak sekedar organ tunggal ... aku gitar kakak nyanyi... " ujar Mauliate bersemangat ...
" Bapak? " ujar Soewito yang tiba tiba merasa tersisih
" piano dan organ .... acara acara resepsi ... gathering.... atau reuni" ucap Margareth kemudian
" lawas semua ya? " Bapak tak sengaja terkekeh
KAMU SEDANG MEMBACA
the eternity origins : Bogor Biru
Любовные романыLari ... bukan hal yang istimewa... aku terbiasa hidup di jalanan ... Mamak. meninabobokanku di halte halte ... dan Bapak biasa bercanda denganku di kolong kolong jembatan ... Bapak dan Mamak menamakanku Moses Mauliate Nasution ... Moses karena aku...