PART 3 (2)

53 1 0
                                    

"Lho! Aku udah ngomong langsung tadi sama kamu kok"

"Kapan?!" Alexa terkejut.

"Tadi! Aku ngomong kok sama kamu, 'kalo diajak ngomong itu dijawab, jangan diem aja!' Lah kamu malah nyelonong aja gak nengok, gak njawab, gak ngapa-ngapain. Nah lho! Salah siapa coba?!"

"Kapan ka Adam bilang kaya gituh?! Aku gak denger!"

"Ya tadi pas kita papasan! Kalo kamu gak percaya, sana tanya sama pak Ahmad (tukang kebun sekolah), dia tadi denger kok aku ngomong kaya gituh"

"Ya tapi aku gak denger!"

"Ya itu salah kamu! Kenapa kamu gak denger!"

"Tunggu dulu! Perasaan dari tadi aku terus deh yang salah, ka Adam bener terus gituh?!"
Alexa menatap Adam penuh kebencian. Selalu saja begini. Adam tak pernah mau disalahkan.

"Ya emang kamu yang salah!"

"Oke.. anggap aja aku yang salah. Tapi ka Adam juga salah. Kenapa ka Adam ngechat kaya gituh di grup , terus juga bikin status di media sosial yang kata-katanya intinya gini, 'seberapa baik akhlaknya seorang manusia, bisa dilihat dari bagaimana cara dia menghargai orang lain.' Aku tau kok itu status ka Adam buat nyindir aku kan?!"

"Gak. Itu bukan buat nyindir kamu. Kalo kamu kesindir ya berarti kamu ngerasa kamu salah dong ya kan hahaha" Adam tertawa. Yah.. dia tertawa mengejek Alexa yang merasa tersindir dengan status miliknya.

Alexa diam. Dia tak tau harus berkata apa. Keberaniannya kini perlahan melemah. Rasa gugup dan gemetar mulai menjalar ke seluruh tubuh Alexa. Dia tak tau bagaimana cara dia mematahkan semua perkataan Adam. Beradu mulut dengan pria keras kepala dan tak mau kalah seperti Adam Saputra memang bukanlah hal yang mudah. Alexa akui dia kesulitan untuk membela dirinya sendiri.

Hening...

Tak ada suara yang keluar dari mulut Alexa dan Adam. Keduanya terlihat masih terus menatap satu sama lain dengan tatapan mata tajam menusuk.

"Baperan kamu" Adam membuka suara.

"Baperan?! Aku? Baperan? Hahahaha gak salah ka? Bukannya Ka Adam ya yah baperan? Cuman gara-gara aku diajak ngomong terus aku diem aja, ka Adam sampe kesetanan kaya gituh. Sepenting itukah aku sampe ka Adam gak terima aku diemin Kaka?" Alexa kali ini menatap Adam dengan senyum miring yang manis. Keberaniannya kini sudah kembali.

Adam terkejut, yah.. tunggu dulu. Kata-kata Alexa ada benarnya juga. Apa-apaan ini? Kenapa dia marah -marah hanya karena Alexa mendiamkannya? Lagian emang apa pentingnya Alexa menjawab dan tidak menjawab saat diajak ngomong olehnya. Harusnya kan dia tak masalah. Tapi kenapa dia kesal?

Meski begitu, tidak bisa. Adam tak akan membiarkan Alexa menang dengan kata-katanya barusan.

"Ini bukan seberapa pentingnya kamu atau gak pentingnya kamu. Ini soal kesopanan, kamu kaya gituh itu gak sopan tau, diajak ngomong sama kakak senior yang lebih tua kok diem aja. Kalo kamu kaya gituh itu artinya gak menghormati yang lebih tua."

Alexa diam. Sungguh laki-laki didepannya ini pintar sekali mencari pembenaran.

"Asal ka Adam tau. Seumur hidup aku, aku gak pernah bersikap kaya gini ke orang lain, apalagi ke orang yang lebih tua. Aku bersikap kaya gini ke ka Adam ya karena ka Adam dulu yang bersikap kaya gituh ke aku. Ka Adam diemin aku, ya udah aku diemin balik. Ka Adam bentak aku, ya aku bentak balik. Bahkan kalo ka Adam berani mukul aku sekarang... Aku berani kok mukul ka Adam balik! Aku gak takut! Aku tadi udah bilang, aku memperlakukan orang sama seperti gimana dia memperlakukan aku. Kalo aku bersikap gak baik ke ka Adam, bersikap gak sopan, bersikap kurang ajar ke Kaka, itu artinya ada yang salah sama sikap Kaka ke aku. Dah gituh aja."

Adam diam.

"Oh ya, tadi ka Adam bilang status Kaka bukan buat nyindir aku ya? Terus buat nyindir siapa? Diri sendiri?" Tanya Alexa sembari tersenyum remeh.

Adam tersentak.
"Maksud kamu?!"

"Ya kan status ka Adam intinya bilang, tantang menghargai orang kan? Emang ka Adam gak sadar kalo ka Adam juga gak menghargai aku? Kerja kerasku selama jadi anggota OSIS emang pernah kelihatan dimata ka Adam? Enggak kan? Cuma gara-gara masalah aku gak piket sehari, terus ka Adam marah sama aku, itu kan sama aja ka Adam gak menghargai kerjaan aku selama ini kan? Cuman gara-gara aku diajak ngomong diem aja, ka Adam nyuruh aku buat bikin surat pengunduran diri, semudah itu? Apa itu disebut menghargai?"

"Kalo mau dihargai sama orang lain, kalo mau dihormati sama orang lain, belajar juga buat menghargai dan menghormati mereka. Jangan cuma maunya dihormati, maunya dihargai, tapi lupa menghormati dan menghargai orang lain. Kalo mau dimanusiakan, belajar juga memanusiakan manusia." Setelah mengatakan semua itu, Alexa terdiam dan berfikir, dia terkejut dan juga heran, darimana dirinya bisa mendapatkan kata-kata sebagus itu?

Mendengar ucapan Alexa, Adam diam seribu bahasa. Adam mencoba memutar otaknya mencari celah dari perkataan Alexa yang kali ini lumayan hampir sempurna itu. Adam tak akan membiarkan dirinya kalah dari gadis yang selalu saja berani menjawab perkataannya.

"Ya aku tau itu. Gak perlu kamu ajarin, aku udah tau kok. Tapi tunggu dulu deh! Kamu bilang aku gak menghormati dan menghargai kamu kan? Kalo aku gak menghormati dan menghargai kamu, buat apa aku masih mertahanin kamu disekolah ini? Masih mending lho kamu cuma tak keluarin dari OSIS, aku bisa ngeluarin kamu dari sekolah ini, tapi aku gak melakukan itu karena aku masih menghargai kamu sebagai siswi disini." kata Adam dengan PD nya.

Alexa tak percaya dengan apa yang dia dengar. Sungguh gila pria didepannya ini. Berani-beraninya dia mau mengeluarkan Alexa dari sekolah hanya karena masalah sepele ini. Alexa sungguh tak menyangka ada orang seperti dia.

"Kalo ka Adam mau ngeluarin aku dari sekolah ini ya silahkan! Aku gak takut! Masih banyak sekolah terbaik diluar sana yang mau nerima aku jadi salah satu bagian dari mereka."

"Kamu yakin?! Setelah kamu dikeluarin dari sekolah ini, terus kamu pikir sekolah-sekolah bergengsi diluar sana masih mau nerima kamu? Jangan mimpi deh! Informasi kamu bakal menyebar ke seluruh Jakarta dengan begitu cepat, mana ada sekolah yang mau nerima murid yang punya masalah langsung sama KetOS (Ketua OSIS) disekolahnya. Murid yang keras kepala dan susah diatur kaya kamu ini ya cocoknya sekolah di desa hahahaha" kata Adam sembari tertawa mengejek.

"Ahahahaha.. kalo aku keras kepala, terus ka Adam apa dong?! Aku itu sama keras kepalanya sama kakak kan?? Hahahaha, ka Adam mengakui itu bukan?" Kali ini Alexa lah yang tertawa geli, sungguh Alexa tak tahan melihat wajah Adam yang tiba-tiba berubah dan tawa Adam yang seketika sirna setelah mendengar perkataannya barusan. Sungguh lucu bukan? Yah.. mereka berdua sama, sama-sama keras kepala dan tak mau kalah.

"Udah?" Tanya Adam mencoba tak menghiraukan kata-kata Alexa barusan. Ya sejujurnya Adam mengakui benar, menang Alexa sama keras kepalanya dengan dirinya. Hanya saja jika dibandingkan dengan dirinya, Alexa jauh lebih tenang dan lebih banyak diam, tidak seperti dirinya yang mudah sekali tersulut emosi. Tapi tetap saja, mengiyakan kata-kata Alexa adalah pantangan hidup seorang Adam Saputra.

"Belum" jawab Alexa singkat. Masih banyak yang mau dia katakan kepada KetOS songong seperti Adam ini.

"Terus mau apa lagi?!"



BAD SENIOR [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang