PART 7

59 1 4
                                    

.

Sesampainya di rumah, Alexa segera masuk kedalam kamarnya lalu berbaring di atas kasur single miliknya itu dan menatap langit-langit kamar sembari terus berfikir tentang apa yang akan dia lakukan esok hari.

Berita keluarnya Alexa dari anggota OSIS dan juga konflik panas antara dirinya dan sang ketua OSIS Adam Saputra, ternyata menyebar begitu cepat dan menjadi trending topik disemua grup WhatsApp SMA Adidarma termasuk grup staf guru sekolahnya itu. Bahkan berita tentang Alexa dan Adam ini sudah terdengar hingga ke telinga Kepala Sekolah SMA Adidarma.

'ddddrrrrrreeeettttttt....'

'ddddrrrrrreeeettttttt....'

'ddddrrrrrreeeettttttt....'

Ponsel Alexa tak henti-hentinya bergetar. Sedari tadi sepertinya puluhan pesan dan panggilan masuk berurutan memenuhi aplikasi WhatsApp miliknya. Untung saja Alexa sudah terbiasa menghidupkan mode hening diponselnya, sehingga dia tak perlu pusing dengan suara notifikasi tanpa henti yang mungkin saja terjadi.

Alexa menghela nafas kasar. Dia meraih ponselnya yang dia lekatan terbalik dibawah tempat tidurnya itu dan mulai membuka kunci layar.

Jangan kira saat itu notifikasi diponsel Alexa sudah berhenti, notifikasi itu masih terus berlanjut.

Alexa membuka aplikasi WhatsApp nya dan seketika Alexa membulatkan matanya lebar-lebar.

Demi Tuhan. Ratusan pesan masuk dari 3 grup organisasi SMA Adidarma dan juga tentu saja dari Nina sahabat Alexa sendiri. Nina bahkan mengirimi Alexa pesan beruntun tanpa henti yang tak kalah banyaknya dengan chat beruntun di 3 grup organisasi SMA nya itu.

Tapi ada yang menarik perhatian Alexa. Notifikasi pesan dari sang biang kerok dari masalah ini. Adam Saputra. Yah... Dia mengirimi satu pesan ke nomor Alexa.

"Urusan kita belum selesai!"
Bunyi pesan dari ketua OSIS arogan itu.

Alexa tersenyum getir. Bisa-bisanya Adam mengiriminya pesan seperti itu. Sungguh sangat lucu.

Baru saja Alexa hendak mengetik untuk membalas pesan dari Adam itu, tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk dari nomor yang tak dikenal mengalihkan perhatian  Alexa.

Alexa membuka pesan dari nomor tak dikenal itu.

"Debat sama orang yang gak peka itu susah. Kamu salah, pasti akan kalah. Dan jika kamu benar pun, kamu akan tetap kalah!" Bunyi pesan itu.

Alexa mengerutkan keningnya tak mengerti, dia langsung mengetik balasan untuk pesan itu dan bertanya.

"Maaf, ini siapa ya?" Balas Alexa.

Alexa menunggu satu menit, dua menit, hingga beberapa menit kemudian, tapi tanda centang pada pesan itu masih sama, tak berubah, masih menunjukkan centang satu. Yang tandanya nomor itu sedang tidak aktif.

Alexa terdiam. Tunggu dulu! Kenapa pesan itu seperti seolah sedang menasehatinya?

Alexa mencoba membaca kembali pesan dari nomor itu berulang kali sembari berusaha memahami apa maksudnya.

Tanpa butuh waktu lama, Alexa tersadar. Dia menemukan poin dari pesan misterius itu.

"Apa-apaan ini?! Kenapa nomer ini seolah tau apa yang lagi guwe alami? Siapa sih ini orang?!" Semua pertanyaan itu muncul dibenak Alexa hingga membuatnya overthinking.

Saat pikiran Alexa sedang mencoba berfikir keras siapakah orang yang mengirimkan pesan misterius itu padanya. Tiba-tiba...

"Dek... Bantuin ibu masak yuk"

Suara lembut wanita terdengar dari luar kamar Alexa. Tanpa pikir panjang, Alexa segera bangkit dari kasurnya, berganti baju dan pergi memenuhi panggilan sang ibu.

Lagi pula Alexa juga sudah malas, dia malas untuk membaca atau membalas ratusan pesan yang masuk ke dalam ponselnya, bahkan termasuk pesan dari Adam ataupun Nina. Ditambah pesan misterius dari nomor telepon yang tak dikenal itu membuat Alexa semakin pusing. Ah sudahlah. lebih baik sekarang dia menghilang.




...




Dinda : "Van, Lan, menurut kalian, si Alexa orangnya gimana?"

Dinda mengirim pesan itu ke grup WhatsApp yang hanya beranggotakan dirinya, Vanya dan Lani.

Vanya : "Emang kenapa Din?"

Dinda : "Adam yang nanya, menurut kalian, Alexa itu orangnya kek gimana gituh?"

Lani : "Seriusan ka Adam yang nanya ka?"

Dinda : "Iya. Udah buruan jawab deh. Ini Adam nungguin."

Lani : "Iya ini guwe jawab ka."

Lani mulai mengatakan apapun yang dia pikirkan tentang Alexa. Tentu saja pikiran yang buruk.

Lani : "Guwe gak suka banget sama dia ka. Masa caper banget ke ka Adam. Apa-apa pengen deket-deket terus sama ka Adam. Dia lupa apa ka Adam kan udah punya pacar. Dasar kegatelan!"

Vanya : "Yaps! Betul itu Din. Guwe juga gak suka kalo liat Adam deket-deket sama bocah sok cantik itu. Sebel guwe kalo liat mereka becanda bareng. Lagian Adam juga ngapain sih becanda sama Alexa. Kaya gak ada cewek lain aja yang bisa diajak becanda."

Dinda : "Emang iya sih... Guwe juga gak suka. Guwe yakin, Alexa itu ngira Adam suka sama dia karena Adam sering becandain dia. Hahaha. Padahal mah Adam sendiri yang ngomong ke guwe, katanya dia juga ogah becanda bareng sama Alexa kalo gak demi mencairkan suasana. Bener-bener kelewat PD itu anak!"

Setelah membalas pesan itu, Dinda tersenyum mengejek Alexa. Akhirnya dia berhasil membuat banyak orang membenci Alexa, musuhnya yang sesungguhnya.

Lani : "Iya kePDan banget dia ka. Dia pikir dia cantik apa cuih!"

Vanya : "Gak cantik dia. Cuma sok cantik aja!"

Dinda : "Kirain cuma guwe yang mikir Alexa sok cantik. Hahaha. Ternyata elo berdua juga." Dinda tertawa.

Lani : "Dia (Alexa) gak cuma sok cantik. Dia juga sok tau, sok berkuasa, sok caper, sok carmuk, dan sok paling segala-galanya."

Vanya : "Eits! Jangan lupa Lan. Dia (Alexa) juga sok imut! iuhhhh... Jijik guwe ngeliat dia!"

Dinda : "Ahahahaha. Gak papa. Tenang aja. Sekarang itu bocah udah dikeluarin dari OSIS. Dan kita gak perlu tuh ngeliat muka songong dia lagi."

Lani : "Wah! Serius ka?! Hahaha rasain tuh Alexa! lagian dia berani-beraninya bersikap kaya gituh ke ka Adam. Dia kira ka Adam bakal baik-baikin dia gituh?! Hahaha ngimpi dia."

Vanya : "Adam jadi ngeluarin dia Din?"

Dinda : "Kata Adam, Alexa ngundurin diri karena chat Adam digrup itu lho. Ya tapi tetep aja sih menurut guwe, secara gak langsung sebenarnya Alexa lebih dulu dikeluarin sama Adam, bukan Alexa yang ngundurin diri. Toh kalo Adam gak ngomong kaya gituh digrup juga gak tau itu si Lexa bakal keluar apa enggak."

Vanya : "Bener sih. Hahahaha kasian deh. Pasti Alexa sekarang lagi pusing mikirin besok mau kaya gimana di sekolah. Secara satu sekolah udah tau semuanya."

Lani : "iya bener ka. Siap-siap dibully dia hhahhaa."

Vanya : "Gila sih... Kalo guwe jadi dia, udah malu banget guwe. Mending gak berangkat sekolah."

Lani : "iya, kalo guwe mah pindah sekolah. Udah keburu malu."

Dinda : "Tapi si Alexa itu gak tau malu. Liat aja, dia pasti besok bakal tetep berangkat sekolah kaya biasa dan seolah-olah gak terjadi apa-apa. Percaya sama guwe."




BAD SENIOR [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang