PART 9 (1)

55 0 0
                                    

.


Ditempat lain, diwaktu dan malam yang sama, Adam bersama seorang pria paruh baya dan seorang wanita dengan wajah keibuan itu duduk dimeja makan bergaya Eropa klasik.

Dengan wajah datar dan ekspresi dinginnya, Adam melahap makan malam yang disiapkan wanita berambut hitam panjang dengan wajah awet muda yang duduk tepat didepannya itu. Sesekali Adam melirik sinis wanita yang sudah dua tahun ini menjadi istri dari pria paruh baya yang duduk disebelah Adam yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Yah. Wanita didepannya ini adalah istri dari ayah Adam, atau lebih tepatnya istri ke duanya.

"Kamu gak ada yang mau diomongin ke papi?" Herman membuka suara sembari menatap putranya itu.

Adam tak menjawab, dia hanya melirik Herman sekilas.

Herman menghela nafas kasar melihat Adam tak menanggapi pertanyaannya.

"Kamu tau, sekarang semua orang di grup WhatsApp sedang membicarakanmu dan gadis itu. Apa kamu tak punya niatan untuk menjelaskan tentang semua masalah ini kepada papi Dam?!" Herman mulai sedikit meninggikan suaranya menatap Adam tajam. Dia kesal dengan sikap Adam yang diam saja saat diajak bicara olehnya.

Mendengar suara Herman yang sedikit meninggi itu, Adam menghentakkan sendok dan garpu yang sedari tadi dia pegang itu keatas piringnya hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"Sejak kapan papi tertarik dengan masalah Adam?!" Adam menoleh dan menatap Herman tak kalah tajam.

"Apah?" Herman tak percaya dengan pertanyaan Adam barusan.

"Enggak. Adam cuma penasaran aja, kenapa papi tiba-tiba mau tau tentang masalah Adam? Bukannya selama ini, bagi papi gak ada yang lebih penting dari pada 'wanita ini'?" Adam mengalihkan pandangannya ke Maya, istri kedua ayahnya sekaligus ibu tirinya sendiri.

"ADAM! JAGA BICARA KAMU! BERANI-BERANINYA KAMU MEMANGGIL MAYA DENGAN SEBUTAN SEPERTI ITU! MAYA INI ISTRI PAPI, DAN BAGAIMANAPUN, DIA JUGA IBU KAMU!" Herman naik pitam. Sudah kesekian kalinya Adam memanggil Maya dengan sebutan 'wanita ini', sebutan yang sangat tidak pantas dilontarkan oleh seorang anak kepada ibunya, walaupun itu ibu tirinya.

Adam menarik sudut bibirnya dan tersenyum smirck.

"Adam gak punya ibu pi." Mata Adam masih menatap lurus ke arah Maya yang terlihat menunduk dalam.

"Adam cuma punya mami. Dan mami Adam udah meninggal 3 tahun yang lalu. Itupun karena ulah papi. Apa papi lupa?" Adam kembali mengalihkan tatapannya kearah Herman. Tatapan mata yang dingin namun tajam dengan wajah tanpa ekspresi itu terlihat begitu menyimpan luka yang teramat dalam.

Tepat 3 tahun yang lalu, Herman dan Herlina, kedua orang tua kandung Adam, mereka berdua sepakat untuk bercerai. Herlina, ibu kandung dari Adam Saputra, pergi meninggalkan rumah Herman dan kembali ke rumah orangtuanya di Pati, Jawa Tengah.

Herlina hanya pergi seorang diri, dia pergi tanpa membawa apapun dari rumah mantan suaminya itu. Bahkan dia meninggalkan Adam putra tunggalnya yang saat itu berusia 15 tahun begitu saja tanpa berpamitan dan tanpa mengatakan apapun. Karena saat Herlina pergi dari rumah Herman, saat itu Adam masih berada disekolah. Dan ketika Adam kembali, Adam tak dapat menemukan ibunya, ibunya telah pergi meninggalkan dia seorang diri bersama ayahnya.

Sebenarnya Adam sempat memberontak kepada Herman dan bersikeras untuk menyusul ibunya ke rumah sang nenek di Pati. Tapi karena saat itu perceraian kedua orang tua Adam yang memang penuh dengan konflik panas terutama perselingkuhan. Ketegangan jelas terasa diantara Herman dan Herlina. Karena masih dipenuhi rasa amarah yang teramat sangat, Herman pun dengan tegas melarang Adam untuk pergi menemui ibunya setidaknya sampai 3 bulan ke depan.

Tapi meski hubungan Herman dan Herlina yang dipenuhi amarah dan kebencian, tak ada perebutan hak asuh atas anak tunggal mereka yakni Adam. Karena Herlina sendiri yang mengusulkan bahwa Adam akan tetap tinggal dengan ayahnya. Bagi Herlina, kehidupan Adam akan jauh lebih terjamin jika bersama ayahnya yang merupakan salah satu orang terkaya di DKI Jakarta itu. Sementara Herlina, dia memutuskan untuk kembali ke kehidupan lamanya di kota masa kecilnya itu.

Singkat cerita, setelah 2 bulan berlalu, pukul 11 siang, telefon dikantor Herman berdering. Ibu dari Herlina atau bisa dibilang nenek Adam di Pati menelfon dan mengabarkan bahwa Herlina, putrinya, sekaligus ibu kandung Adam, telah meninggal dunia diakibatkan kecelakaan maut yang terjadi tepat dilampu merah ditengah kota Pati tak jauh dari rumah mereka.

Dari kantornya, Herman segera berangkat ke sekolah Adam dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya Adam itu. Saat itulah Adam hancur lebur. Janji ayahnya yang mengizinkan Adam bertemu dengan ibunya setelah 3 bulan berlalu ternyata kini tak ada gunanya. Tanpa sempat pulang ke rumah untuk ganti baju, Adam dan Herman langsung segera berangkat ke Pati untuk memberi penghormatan terakhir kepada Herlina dan mengantarkan Herlina ke peristirahatan terakhirnya.

Seorang anak berusia 15 tahun yang masih memakai seragam biru putih lengkap dengan dasi dan tas gendongnya itu terlihat menangis tersedu-sedu diatas pusara sang ibu tercinta. Rasa sesak dan sakit didadanya terasa begitu menyiksa. Adam tak pernah menyangka bahwa ibunya akan pergi selama-lamanya meninggalkan dia seorang diri dengan begitu cepat. Ditambah lagi dengan keadaan seperti ini.

Isu tentang kecelakaan maut yang terjadi lewat tengah malah itu dikabarkan akibat ulah dari lelaki yang duduk di kursi pengemudi didalam mobil bersama ibunya Adam itu. Lelaki yang diberitakan adalah kekasih baru dari ibunya Adam itu ternyata menyetir dengan keadaan mabok berat, sehingga mengakibatkan kecelakaan maut yang menewaskan dirinya dan ibunya Adam.

Dan banyak isu-isu lain yang mengatakan bahwa sebenarnya perceraian antara kedua orang tua Adam itu disebabkan oleh ibunya Adam sendiri, Herlina lah penyebabnya. Dia sudah lama berselingkuh dengan pria yang kini mati bersamanya.

Tapi Adam membantah semua isu itu. Dia tidak terima ibunya disebut-sebut sebagai wanita tukang selingkuh. Bagi Adam, Ibunya bukanlah wanita murahan seperti itu. Dan karena inilah, karena kematian ibunya dan semua berita inilah, Adam justru semakin membenci ayahnya sendiri.

Menurut Adam, bukan ibunya yang berselingkuh, melainkan Herman, ayahnya yang telah berselingkuh dan mengkhianati cinta ibunya. Terlebih setelah satu tahun ibu kandung Adam meninggal, Herman memutuskan untuk menikah dengan seorang wanita yang merupakan teman lama Herman dan Herlina saat kuliah. Wanita yang kini duduk tepat didepan Adam. Wanita itu bernama Maya, sang istri kedua dari Herman dan ibu tiri dari Adam Saputra.

Adam sungguh membenci ayah dan ibu tirinya itu. Bagi Adam, ayahnya adalah penyebab dari kematian ibu kandungnya sendiri, sementara Maya, ibu tirinya itu, dia adalah wanita yang tidak lebih dari perebut suami orang.

Sungguh sangat menjengkelkan bagi Adam, mau tak mau setiap hari dia harus duduk bersama kedua orang itu dimeja makan dan makan malam bersama. Tapi tak apa. Adam tinggal menunggu beberapa bulan lagi, dan tepat setelah kelulusannya, Adam akan pergi jauh dari kedua orang itu. Dia akan kuliah di luar negri jika perlu.

Herman terdiam sambil menatap Adam dengan tatapan mata yang tak bisa diartikan. Sungguh dia tak tau harus berkata apa. Kesalahpahaman masih membuat hubungan antara dirinya dan Adam renggang. Adam masih menyalahkan Herman untuk kematian ibu kandungnya sendiri, tanpa Adam tau apa yang sebenarnya terjadi.

Melihat Herman diam tak bisa kata-katanya itu, Adam pun hanya tersenyum getir. Malang sekali nasib Adam, dia harus menyaksikan perceraian kedua orang tuanya, hingga meninggalnya ibu kandung Adam sendiri. Ditambah sang ayah menikah lagi, wah... Apa bagi Tuhan itu semua belum cukup membuat Adam menderita? Kenapa Tuhan masih menghadirkan seseorang seperti Alexa untuk mengusik hidup Adam? Benar-benar menyebalkan bukan?

"Lagian Adam gak bikin masalah apa-apa kok. Gadis itu duluan yang bikin masalah ke Adam." Kata Adam membuka suara.

"Maksud kamu?"

BAD SENIOR [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang