Maret 2020
Rana mendengkus, membiarkan ponselnya tergeletak di atas kasur, sedangkan ia berganti pakaian. Rana baru saja pulang ke apartemen saat sebuah panggilan video masuk ke ponselnya.
"Iya, Soni udah di Indonesia," sahut Rana, sedikit malas.
"Lo kenapa nggak nyusul?" tanya suara di seberang sana.
"I'm busy. Soni juga ngerti kok sama kondisi gue. Masa lo yang kakak kandung gue nggak bisa ngertiin sama sekali?"
Aldo di seberang sana berdecak. Tidak suka dengan jawaban dan nada bicara Rana.
"Lo kok kayak makin kurang ajar, ya, sama gue? Mentang-mentang lagi di barat, lo jadi agar lupa sama budaya timur apa gimana?"
"Apa sih, Kak? Marah-marah nggak jelas? Gue capek baru pulang. Ini aja belum mandi gara-gara lo nelepon."
Aldo kembali berdecak. Tak lagi membalas ucapan Rana. Entah sejak kapan sapaan aku-kamu yang biasa Rana tujukan untuknya, kini berubah menjadi lo-gue.
"Jadi, kapan lo balik?"
Rana meraih ponsel, lalu mengendikkan bahu.
"I don't know. After graduate, maybe?"
"Ya terus kenapa nggak cepet-cepet wisuda?"
"Hei, Brother! It's not easy."
"Kalau nggak easy, make it easy aja kenapa, sih? Udah nyaman lo di negeri orang? Pacar lo aja nggak betah dan malah seneng banget bisa balik ke Indo."
"Itu kan Soni, bukan gue," sahut Rana tak acuh. "Lagian emang Soni welcome di mana aja. Jadi bukan berarti dia nggak betah di London."
"Kalau lo?" tanya Aldo.
"Gue kenapa?"
"Lo betah di London? Nggak mau balik ke sini?"
Rana terdiam. Ia tahu ada maksud di balik pertanyaan Aldo. Meski terkesan tidak peduli, Aldo mengerti apa yang Rana rasakan tanpa perlu dinyatakan secara gamblang. Walau tetap saja, Aldo tidak bisa menebak isi hati Rana jika wanita itu tidak pernah mengatakannya.
"Gue betah-betah aja di sini. I'll be back, but not now. I promise," ungkap Rana.
"Well ... lo ...."
Kalimat Aldo menggantung. Ekspresinya membuat dahi Rana seketika mengernyit.
"Mau ngomong apaan, sih?"
Aldo menggeleng, menggaris senyum tipis.
"Nevermind. Nggak terlalu penting juga."
"Beneran?" Rana jadi sedikit khawatir, di samping penasaran karena Aldo tidak menuntaskan kalimatnya.
Tanpa menjawab, Aldo mengangguk.
"Ya udah, gue masih ada kerjaan. Buang-buang energi aja nelepon lo kayak gini."
"Dih, bilang aja kangen sama adek satu-satunya. Sok jual mahal pula," cibir Rana.
"Kangen gue terobati kalau adek gue satu-satunya itu nurut buat cepet pulang ke Indonesia. Bukan malah stay di negeri orang kayak nggak ada kampung halaman gini," sindir Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Kembali
RomanceRana dan Nando saling mencintai. Namun sayang, keputusan untuk menikah di usia muda membuat emosi mereka belum sepenuhnya terkendali. Alhasil, pernikahan yang disinyalir bahagia itu pun harus berakhir. Setelah bercerai, Rana dan Nando memutuskan kom...