"Ada apa?" tanya Soni sambil mengecup pipi Rana.
Rana menggeleng pelan. Mengusap punggung tangan Soni yang menggenggam tangannya. Duduk di sebelah Rana, tidak sedetik pun tatapan Soni teralih dari wajah sang kekasih.
Soni tidak tahu kenapa tiba-tiba Rana meminta bertemu pagi-pagi begini. Bukannya ia tidak senang akan bertemu Rana, tetapi Soni jelas tahu ada sesuatu yang mengganjal di hati kekasihnya itu. Untungnya saat ini mereka sama-sama off, jadi baik Rana ataupun Soni tidak akan mengganggu pekerjaan masing-masing.
"Ehm, kamu sudah sarapan?" tanya Soni karena Rana tidak kunjung buka suara.
Saat Soni hendak beranjak ke dapur dengan niat membawakan beberapa camilan, Rana langsung menahan. Menggeleng lantas menatap Soni dengan senyum tipis.
"Aku udah sarapan sebelum ke sini," jawab Rana.
"Oh, oke." Soni lekas mendaratkan bokongnya kembali. "Mau aku buatin teh? Kamu nggak kelihatan baik. Kamu sakit?"
"Hm ... boleh." Rana kemudian buru-buru menambahkan, "Aku baik-baik aja."
"Ya udah, kalau gitu aku buatin tehnya dulu."
Kali ini, Rana tidak lagi menahan Soni. Wanita itu membiarkan kekasihnya menuju dapur demi menyiapkan teh untuk mereka berdua. Tidak butuh waktu lama bagi Soni untuk menghidangkan teh. Satu teko kecil dengan dua cangkir teh berwarna biru dongker, kini sudah tersaji di atas meja.
Dengan telaten Soni menghidangkan teh ke cangkir masing-masing. Aroma khas teh kamomil, langsung terhidu. Rana tersenyum tipis karenanya. Soni benar-benar memikirkan Rana. Bahkan saat ini pun, teh kamomil menjadi pilihan Soni. Padahal Rana tahu, Soni kurang menyukai teh kamomil. Laki-laki itu menyimpan teh kamomil hanya karena Rana menyukainya.
"Terima kasih," ucap Rana pelan, nyaris berbisik.
Dalam diam, Rana menyesap tehnya. Aroma teh kesukaannya, mampu membuat Rana sedikit rileks. Meski begitu, keraguan di hatinya masih mengganjal. Rana tidak tahu harus bagaimana memulai percakapannya dengan Soni.
Tanpa sepengetahuan Rana, diam-diam Soni tengah memperhatikannya. Walaupun tidak mengatakannya secara gamblang, Soni tahu apa alasan Rana tiba-tiba mengajak untuk bertemu. Jantung Soni saat ini sebenarnya Tengah berdetak tidak karuan. Menanti-nanti sekaligus cemas dengan apa yang akan Rana katakan.
Namun, ketika Soni tidak sengaja melihat cincin pemberiannya di jemari Rana, mau tidak mau ia pun tersenyum. Apa pun yang akan Rana katakan padanya, Soni tahu setelahnya mereka berdua akan baik-baik saja. Hubungan mereka akan baik-baik saja.
"Son," panggil Rana. Dengan perlahan Rana meletakkan kembali cangkir tehnya. Kehangatan dari teh yang baru ia sesap, masih tertinggal di kedua telapak tangannya.
Jantung Soni bertalu hebat hanya dengan sebuah panggilan dari Rana. Namun Soni benar-benar menunggu kata selanjutnya dari Rana. Karena hal ini merupakan sesuatu yang Soni tunggu-tunggu setelah sekian lama.
"Iya? Kenapa, Na?" Soni meletakkan gelas tehnya. Kali ini, ia duduk dengan tubuh yang menghadap lurus pada Rana.
Rana masih terdiam. Terlihat sekali jika wanita itu sedang gugup dan meragu. Karenanya, Soni langsung meraih jemari Rana untuk ia genggam. Seolah memberi tahu Rana bahwa ia tidak masalah dengan langkah selanjutnya yang akan wanita itu ambil.
Memejamkan matanya beberapa detik, Rana mengumpulkan keberaniannya sekali lagi. Entah ke mana perginya kebulatan tekad yang sudah susah payah Rana miliki tadi sebelum memutuskan untuk pergi ke apartemen Soni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Kembali
RomanceRana dan Nando saling mencintai. Namun sayang, keputusan untuk menikah di usia muda membuat emosi mereka belum sepenuhnya terkendali. Alhasil, pernikahan yang disinyalir bahagia itu pun harus berakhir. Setelah bercerai, Rana dan Nando memutuskan kom...