November 2014
Rana menatap layar ponselnya dalam diam. Entah hari ini sudah berapa kali Rana menatapi layar ponselnya yang sama sekali tidak menampilkan notifikasi yang ia inginkan. Padahal hari sudah malam, tetapi tidak ada satu pun kabar berbentuk sebuah pesan yang ia terima dari Nando.
Menghela napas panjang, Rana memilih tiduran di atas sofa. Namun matanya masih tidak lepas memandang ponsel yang masih bergeming di atas meja. Padahal hari ini adalah ulang tahunnya, tetapi entah kenapa Rana merasa begitu lelah.
Sepulang kuliah, Rana langsung pulang ke rumah. Hari ini wanita itu memang hanya mempunyai satu mata kuliah. Baru saja Rana membuka pagar, saat ia mendengar deru mesin mobil yang sudah familiar di telinganya.
Menoleh ke belakang, Rana langsung menyunggingkan senyum saat menyadari tebakannya benar. Di hadapan Rana kini berdiri sang ibu mertua yang kedua tangannya penuh dengan barang bawaan.
Memang sudah menjadi agenda rutin bahwa wanita yang sudah melahirkan Nando itu akan mengunjungi kediaman anak dan menantunya di Bandung, minimal satu bulan sekali. Rana menyambut sang ibu mertua dengan sukacita. Tidak lupa ia memberikan pelukan hangat kepada wanita yang sudah tiga bulan ini menjadi mertuanya itu.
"Mama kenapa nggak bilang-bilang mau ke sini?" ucap Rana sambil menuntun Dhea memasuki rumah mereka.
Ferga yang menjadi sopir Dhea selama di Bandung, ikut masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobil di carport. Rana menyapa Ferga yang baru beberapa kali ia temui itu dengan anggukan singkat.
"Nggak pa-pa. Mama memang sengaja mau ngasih kamu kejutan."
Sebagai tuan rumah, Rana mempersilakan tamunya duduk di kursi ruang tamu. Tidak lupa pula Rana menghidupkan pendingin ruangan yang ia matikan selama pergi kuliah. Rana berbalik dan langsung menutup mulutnya tatkala melihat Ferga membuka salah satu kotak makanan yang ternyata berisi kue ulang tahun.
"Selamat ulang tahun, Rana. Semoga kamu bisa menjadi wanita yang lebih dewasa lagi dalam menjalani hidup. Dan juga, Mama berharap kamu bisa sabar menghadapi Nando," harap Dhea sambil membawa Rana ke dalam pelukannya. Tidak lupa pula ciuman di kedua pipi sang menantu.
Air mata perlahan menetes dari sudut mata Rana. Saking senangnya menerima kejutan dari Dhea, Rana sampai tidak bisa berkata-kata. Kejutan dari Dhea benar-benar tidak Rana sangka akan ia terima. Wanita itu begitu terharu dengan perhatian yang Dhea berikan kepadanya.
"Makasih, Ma. Rana senang banget dapat kejutan dari Mama," aku Rana jujur.
Dhea mengangguk, mengusap pelan jejak air mata di wajah Rana.
"Udah, jangan nangis. Kamu udah jadi istri Nando sekarang, otomatis kamu juga jadi anak Mama." Dhea tersenyum hangat kepada Rana. "Oh iya, Mama juga bawa lauk untuk kalian. Ada yang bisa langsung dimakan, ada juga yang untuk disimpan. Kalau kalian mau makan, tinggal dipanasin aja."
"Iya, Ma. Makasih."
Ferga tersenyum tipis melihat interaksi menantu dan mertua di hadapannya itu. Lelaki itu dengan sigap membawa lauk dan beberapa makanan beku ke arah dapur. Membantu Dhea serta Rana menyimpannya ke dalam kulkas.
"Kak Ferga mau minum apa? Yang hangat atau dingin?" tawar Rana pada sepupu Nando itu.
"Air putih aja, Ran," jawab Ferga dan kembali sibuk membantu Dhea menyusun makanan.
Rana mengangguk. Dengan telaten ia menyuguhkan air putih untuk Ferga dan secangkir teh hangat untuk Dhea. Tidak lupa pula Rana menyajikan potongan kue ulang tahun dari Dhea untuk mereka cicipi di siang hari itu.
Kunjungan Dhea ke kediaman anak menantunya itu cukup singkat dari yang sudah. Meski begitu, Rana cukup senang dengan kedatangan Dhea yang membawa makanan serta kue ulang tahun untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Kembali
RomanceRana dan Nando saling mencintai. Namun sayang, keputusan untuk menikah di usia muda membuat emosi mereka belum sepenuhnya terkendali. Alhasil, pernikahan yang disinyalir bahagia itu pun harus berakhir. Setelah bercerai, Rana dan Nando memutuskan kom...