THE GROOM 💦 16

634 77 5
                                    

Minho menunduk saat berada di depan pria itu. Pria tinggi yang membuat hidupnya bahagia sekaligus sengsara seperti ini.

"Apa mau mu?" Tanya pria itu dengan ketus. Untuk pertama kalinya Minho mendengar nada bicara Jeongin yang seperti itu.

"Jeongin bagaimana kabar mu?" Tanya Minho sambil menatap pria itu sambil tersenyum semanis mungkin.

"Kau lihat aku baik-baik saja" kata pria itu. Setelah itu suasana hening lagi.

"Jeongin maaf aku tidak bisa menjaga anak kita. Dia sudah tiada" kata Minho tiba-tiba. Jeongin nampak tak bereaksi apa-apa.

"Aku sudah tahu, apalagi yang kau inginkan?" Tanya Jeongin.

Minho meneguk salivanya, tangan Minho lalu memegang tangan Jeongin.

"Apa kau masih mencintai ku?" Tanya pria itu sambil menatap kata Jeongin. Mendengarnya Jeongin nampak tertawa renyah.

"Cinta? Bagaimana ya" kata pria itu. Wajah Minho nampak sangat berharap saat itu.

"Asal kau tahu Minho, kau itu sangat mirip dengan Lina. Pasti kau sudah tahu dia kan? Karena itu aku menyukai mu dan menganggap mu sebagai penggantinya" kata Jeongin pada pria itu.

"Jika aku tidak mirip dia, apa kau juga menyukai aku?" Tanya Minho dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak, hanya Lina yang aku cintai" kata pria itu. Minho lalu menunduk saat itu. Hatinya benar-benar sakit mendengar semua yang pria itu katakan.

"Tapi aku mencintai mu, aku mencintai Jeongin" kata Minho sambil menatap pria itu. Dengan cepat Jeongin langsung mencekik leher Minho.

Hal itu membuat Minho kehabisan napas dan mulai memberontak.

"Berhenti mengatakan cinta, cinta ku sudah mati dan tidak ada yang akan bisa menggantikannya" kata Jeongin pada pria itu dengan frustasi.

"Ya memang aku menyukai mu, tapi kau diam-diam menikmati kehidupan mu dengan pria itu. Jadi matilah seperti Lina dan anaknya yang sudah aku lenyapkan" kata Jeongin yang mulai kehilangan akal sehatnya.

Minho jadi lemas karena sulit bernapas, dia mencoba untuk mendorong Jeongin agar melepaskannya.

Tapi dalam sekejap cengkraman itu terlepas.

"Aku sudah merekam apa yang kau katakan, jadi sekarang ayo ke penjara" kata Chan pada Jeongin.

Senyuman miring itu terlihat di wajah pria dengan marga Yang itu.

"Ternyata kalian bersekongkol" kata pria itu saat polisi membawanya pergi dari sana.

Chan lalu menghampiri Minho yang masih terengah-engah di lantai. Wajah Minho sangat pucat dan air matanya mengalir deras saat itu.

"Ayo pergi" kata Chan sambil mengagendong Minho ala bridal keluar dari sana.

"Untung saja mereka baik-baik saja" kata dokter yang menangani Minho.

"Janinnya bagaimana?" Tanya Chan pada dokter.

"Baik dan sehat, rapi sepertinya ibunya agak stres" kata sang dokter. Chan lalu menatap Minho yang terbaring di bad dengan selang oksigen di hidungnya.


💦💦💦



"Kau mau ke mana?" Tanya Minho saat melihat Chan pergi malam itu. Pria itu memakai setelan yang sangat rapi seperti ingin pergi ke acara formal.

"Ke pesta" jawab Chan dengan singkat tanpa menatap pria itu. Minho lalu memberanikan diri untuk mendekat ke arah pria itu.

"Boleh aku ikut?" Tanya Minho dengan wajah yang agak cemas. Sebelum Chan menjawab dia melihat tangan pria itu, jari-jari tangan Minho terlihat bergetar.

"Kau ke rumah ibu saja" kata Chan. Minho kemudian langsung mengangguk mengiyakannya.

Mobil pun berhenti di depan rumah itu, tanpa berpikir panjang Minho keluar dari sana dan berjalan pergi ke luar.

"Tidak sopan" katanya saat melihat pria itu langsung pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.

"Minho" kata wanita itu saat melihat Minho berdiri di depan pintu. Pria manis itu entah kenapa nampak cemas dan berkaca-kaca.

"Bibi boleh aku menginap? Aku takut di rumah Chan sendirian" katanya sambil memegang tangan wanita itu. Melihat Minho yang nampak sangat ketakutan membuat wanita itu iba dan langsung membawanya masuk ke dalam rumah.

Minho nampak diam saja saat wanita itu mengajaknya nonton TV bersama di ruang tamu. Tatapan Minho begitu kosong dan wajahnya sangat pucat.

"Kau kenapa nak?" Tanya wanita itu sambil mendekat ke arah Minho. Minho tiba-tiba tersadar dan langsung menggeleng.

"Maaf mengatakannya, tapi apa yang Chan lakukan pada mu? Saat aku melihat mu aku kira dia sudah menemukan orang lain, tapi aku sadar sikapnya benar-benar bukan seperti Chan yang dulu" jelas wanita itu.

"Apa yang kau lihat itu benar, aku bukan siapa-siapa" kata Minho. Wanita itu menghela napas lalu mencoba membujuk Minho menceritakan semuanya.

Karena terlalu terbebani, Minho akhirnya menceritakan semuanya pada wanita itu sambil menangis. Alangkah terkejutnya wanita itu saat mendengar cerita Minho.

"Aku tidak tahu anak ku bisa melakukan itu" kata Wanita itu sambil mengusap punggung Minho untuk menenangkannya.

"Jangan katakan padanya, kau hanya perlu diam" kata Minho sambil mengusap air matanya.

"Jangan takut aku ada bersama mu" kata wanita itu sambil mengusap rambut Minho.

Malam pun tiba, saat Minho lebih mulai tenang wanita itu membawanya ke kamar untuk istirahat.

"Aku tidak mau tidur di kamar Chan" kata Minho menolak saat wanita itu membawanya.

"Terus mau tidur di mana? Di rumah ini hanya ada dua kamar" kata wanita itu pada Minho.

"Aku tidur di ruang tamu saja bibi, tidak masalah" kata Minho. Wanita itu menghela napas kemudian dia mengangguk. Jika dia tetap memaksa Minho, dia takut jika Minho semakin tertekan.

"Baiklah, jika ada sesuatu panggil saya aku" kata wanita itu sambil mengusap rambut Minho dengan lembut.

Karena menangis lama membuat mata Minho menjadi panas dan perih. Rasa kantuk itu semakin lama semakin berat dan dia pun memejamkan matanya dan tidur di sofa panjang itu.

Samar-samar Minho mendengar suara orang yang memanggilnya. Karena rasa kantuk yang berat dia sampai tidak bisa bangun.

"Hai! Bangun" kata Chan sambil menepuk pipi Minho. Dia tak menyangka pria itu bisa tidur di sana.

"Bangun! Aiss bagaimana jika anak ku terjepit" kata Chan saat melihat Minho tidur di tempat sempit itu.

"Bangun! Kau ini merepotkan" kata Chan lagi. Tiba-tiba dia melihat mata pria manis itu terbuka.

"Pergi aku mau tidur di sini" kata Minho  dengan parau. Dia lalu kembali memejamkan matanya. Chan menjadi kesal dia lalu membopong pria itu dan membawanya naik ke lantai dua.

"Berat sekali kau" omel Chan sambil menggendong Minho.

Saat sampai di lantai atas, Chan benar-benar terkejut saat melihat sang ibu berdiri di atas sana.

"Dari mana kau?" Tanya wanita itu pada sang anak.

"Ini hantu atau ibu?" Tanya Chan saat melihat wanita itu.

"Mau aku pukul kau?" Kata wanita itu sambil berkacak pinggang.



TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

THE GROOM  || BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang