THE GROOM 💦 15

630 75 2
                                    

Dengan kecepatan penuh, Chan mengendarai mobilnya di keramaian jalanan itu. Hal itu dikarenakan, CCTV tidak menangkap pergerakan Minho di rumah.

"Awas saja jika dia kabur" kata Chan yang benar-benar kesal saat itu. Tak sampai lima belas menit, akhirnya pria itu sampai di rumah.

Dari luar tidak nampak aktivitas pria itu di dalam. Dengan hati gusar Chan langsung berjalan menuju ke pintu depan.

Dia langsung menghela napas saat melihat pintu itu sama sekali tidak di kunci.

"Dia kabur" katanya langsung masuk ke dalam.

Saat sampai dia langsung menuju ke kamar Minho untuk memastikan bahwa pria itu.

"Sial!!" Gumamnya sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Aku akan mencarinya, awas kau Minho"  ujar Chan lalu dia langsung pergi keluar. Saat di tangga, dia mendengar suara berisik di sebuah ruangan di sana.

"Jangan-jangan mereka datang, ohh tidak" kata Chan yang kembali memikirkan hal lain. Dia langsung berlari ke sana ke tempat sumber suara itu.

Apalagi ceceran darah ada di beberapa bagian di lantai. Membuatnya semakin menegang.

Sumber suara itu berasal dari arah dapur, dengan pelan tapi pasti Chan mendekat dan berusaha masuk ke sana. Pria itu juga sudah membawa pistol sekarang untuk jaga-jaga.

Sebelum masuk Chan nampak mengintip, siapa saja yang ada di sana.


































Chan mengusap wajahnya, dia kira Minho kabur atau dibunuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan mengusap wajahnya, dia kira Minho kabur atau dibunuh. Melihat keadaan yang aman Chan memutuskan untuk pergi dari sana.

"Arghhh" suara itu terdengar dari dalam sana. Pria Bang itu langsung masuk dan melihat keadaan Minho.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Chan dengan wajah sinisnya sambil melihat Minho yang tengah menyesap ibu darinya.

"Kapan kau pulang?" Tanya Minho lalu dia mematikan kompor. Chan lalu mendekat dan menarik tangan pria itu.

"Jangan membuat anak ku celaka, lakukan pekerjaan dengan  hati-hati" kata Chan. Minho lalu mengangguk dan Chan mengobatinya.

"Makanlah, aku sudah memasak" kata Minho saat Chan ingin pergi.

"Kau saja" jawabnya tak acuh.

"Tapi aku.." kata Minho.

"Iya dasar cerewet" kata Chan lalu dia kembali ke meja makan.

Chan melihat masakan itu, terlihat sangat menggiurkan dan enak.

"Kau semua yang masak?" Tanya Chan sambil melahap nasi pertamanya.

"Iya" jawab Minho singkat. Dia nampak diam di samping Chan.

"Kenapa diam? Apa kau menambahkan racun di makanan ini?" Tanya pria Bang itu sambil menaikan salah satu alisnya. Dan dengan cepat Minho menyangkal dengan menggeleng.

"Aku takut mual lagi, makan saja" kata Minho.

"Awas ya kau" kata Chan yang mulai mencicipi masakan Minho.

"Ini makan" kata Chan memberikan sepotong ayam itu ke mulut Minho.

"Kunyah dan telan" kata Chan. Pria manis itu menurut dan dia langsung mengambil air.

"Lanjutkan saja ya, setelah itu aku akan cuci piring" kata Minho. Chan tak merespon dia langsung makan saat itu.

"Masakan ini mirip dengan masakannya" kata Chan yang tak sadar jika matanya berkaca-kaca setelah memakan sup yang di buat oleh pria manis itu.

Chan lalu menoleh dan menatap pria itu. Dia nampak menatap lurus ke depan dengan wajah pucatnya.

"Kenapa? Kau sakit? Wajah mu pucat" kata Chan pada pria itu. Minho lalu menoleh dan menggeleng.

"Tidak, aku hanya agak lelah" katanya tanpa menatap ke arah Chan. Chan mengangguk kecil, dia sangat berbeda dengan Lina pada saat hamil dulu.

"Darah apa itu di lantai" kata Chan membuka obrolan. Minho menengok ke arah yang di maksud.

"Astaga, maaf tadi aku keluar membeli daging dan sepertinya darahnya berceceran. Nanti aku akan pel" kata Minho.

"Jadi kau keluar tadi, lain kali kalau kembali kunci pintu" omel Chan.

"Maaf tadi aku cepat-cepat" kata pria manis itu. Dia lalu bangun dari sana mencoba memperbaiki semuanya.

"Jangan nanti aku yang bersihkan. Kau  pergi istirahat saja" kata Chan sambil memegang tangan pria itu.



💦💦💦


Saat Chan tengah memakai pakaiannya, tiba-tiba pintu kamarnya seperti ada yang mengetuk.

"Ada apa?" Tanya Chan dari dalam sana.

"Aku ingin bicara dengan mu" kata Minho yang memanggilnya dari luar. Chan lalu mengancingkan bajunya dan pergi menuju pintu.

"Kenapa? Jangan bilang kau ingin menggoda ku" ujar pria Bang itu dengan senyuman miringnya.

Minho nampak memegang tangannya sambil menunduk.

"Cepat katakan aku tidak punya waktu banyak" kata Chan dengan nada anak tinggal.

"Apa boleh aku bertemu dengan Jeongin?" Tanya Minho dengan ragu. Dengan cepat Chan langsung menutup pintu kamarnya.

"Tolong Tuan  Chan, aku ingin bertemu dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja di sini" kata Minho sambil menggedor pintu kamar Chan.

"Jangan macam-macam" kata Chan dengan nada kesal dari dalam.

"Sebentar saja, aku hanya ingin mengatakan bahwa anaknya sudah meninggal dan aku akan pergi darinya" kata Minho sambil membenturkan kepalanya ke pintu.

"Kau yakin?" Tanya Chan tiba-tiba.

"Aku yakin, karena setelah melahirkan aku akan pergi. Bukan ke panti atau padanya. Aku ingin memulai hidup ku tanpa masalah dan dendam lagi" kata Minho.

Chan lalu kembali membuka pintu saat mendengar itu.

"Baiklah besok aku akan mengantar mu padanya" kata pria itu. Minho lalu menunduk memberikan hormat lalu dia pergi dari sana.


TBC

Jangan lupa vote dan komen ya
35 komen akan membuat Chap berikutnya

THE GROOM  || BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang