"Boleh aku minum?" Suara itu memecah keheningan antara mereka berdua. Minho masih melihat respon Chan saat itu. Pria itu masih nampak dingin.
"Brak" suara itu terdengar saat Chan membanting pintu kamar milik Minho membuat si manis menjadi takut dan memutuskan untuk tidur saja.
"Kenapa dia sudah pulang? Bukannya dua hari?" Gumam Minho sambil mengeratkan selimutnya. Tinggal di rumah Ibu Chan lebih menyenangkan menurut Minho daripada di sini.
Belum sempat Minho terlelap, tiba-tiba pintu kamar itu kambali dibuka. Hal itu membuat Minho refleks membuka mata dan bangun.
"Ini yang kau mau kan?" Tanya pria itu sambil memberikan sebotol air mineral itu pada Minho.
"Terima kasih" kata Minho setelah selesai meneguknya. Tanpa mengatakan apapun Chan langsung pergi dari sana.
"Dia benar-benar aneh" batin Minho. Tak mau ambil pusing pria itu langsung menaruh botol yang berisi air dan mematikan lampu untuk tidur.
"Dia kira dia siapa? Sial pria itu" batin Chan sambil duduk di ranjangnya.
Dia masih ingat saat Minho keluyuran di kamarnya dan mengambil album foto itu.
"Sabar Chan, di dalam dirinya ada anak mu" kata pria itu sambil menghela napas. Untuk menenangkan diri pria itu memutuskan untuk berendam air panas saja untuk merilekskan diri.
Sambil menunggu keran, Chan melihat-lihat ponselnya. Pria itu tersenyum membaca sebuah berita bahwa Jeongin nyaris dimasukan ke rumah sakit jiwa.
"Ini karma mu karena telah menghancurkan keluarga ku" kata Chan sambil tertawa renyah. Tak di sangka air hangat itu sudah memenuhi bak mandi. Chan langsung menaruh ponselnya dan masuk ke sana.
Air hangat itu benar-benar membuat Chan merasa lebih baik, serasa semua bebannya hilang dalam sekejap.
"Tidur sebentar sepertinya tidak masalah" kata Chan sambil menutup matanya.
Pria itu lalu menutup matanya dengan rapat, semakin lama dia semakin tenggelam dalam kenyamanan dan berhasil terlelap.
"PERGI!!"
"JANGAN BUNUH ANAK KU LAGI!"
"PERGI!"
"TOLONG!"
Suara keras itu mengagetkan Chan, dia langsung bangun dan berdiri.
Tanpa basa-basi pria itu langsung mengambil handuk dan berlari keluar dari sana. Chan benar-benar berlari kencang hingga sempat jatuh di tangga yang membuat kepalanya terbentur lantai.
"Sial" gumamnya dan kembali lari.
Saat sampai di lantai dasar, dia dengan sangat jelas mendengar suara tangisan dari Minho di kamarnya. Pria itu menangis sambil berteriak meminta bantuan.
Chan agak takut sebenarnya, apa mungkin orang suruhan Jeongin datang dan menganggu Minho. Tapi ini rumahnya, tidak ada seorang pun yang bisa macam-macam di arena pria itu.
Saat Chan membuka pintu, dia menghela napas. Bukannya orang tapi sepertinya Minho tengah bermimpi buruk.
"Tolong, jangan bunuh anak ku lagi" katanya sambil menutup kata dan menangis. Chan benar-benar kesal saat itu, dia kira darurat tapi pria ini sepertinya mengigau.
Sambil duduk di samping Minho, Chan berusaha menepuk tangan pria itu untuk menyadarkannya.
"Bangun kau!" Kata Chan sambil menepuk pipi Minho. Karena masih sama saja, dia langsung mengambil air yang ada di atas nakas di samping ranjang Minho dan menyiramkannya di wajah si manis.
Siraman itu akhirnya berhasil membuat Minho tersadar dan bangun.
Chan benar-benar terkejut saat pria itu langsung memeluknya dengan erat.
"Tolong jangan pergi, aku takut" kata Minho sambil memeluk Chan. Wajah dan tubuh bagian atas Minho sudah basah karena siraman dari Chan.
"Lepas jangan mengambil kesempatan untuk mendekati ku" kata Chan sambil mendorong Minho darinya.
Sambil mengusap air matanya, Minho menunduk.
"Kenapa kau membunuh bayi ku?" Tanya Minho tiba-tiba. Chan sebenarnya sangat malas menjawab tadi Minho menahan tangannya.
"Karena aku benci kau dan si brengsek itu" kata Chan.
"Aku tahu, dia telah membunuh anak dan istri mu. Apa bedanya kau dengan dia? Kau juga membunuh anak ku" kata Minho.
Mendengar itu membuat Chan kembali emosi, dia langsung mencengkram dagu Minho membuat pria manis itu menangis lagi.
"Karena nyawa harus dibalas dengan nyawa" kata Chan dengan tatapan tajamnya.
"Kalau memang begitu, kenapa kau tidak membunuh ku juga? Jadi kalian impas kan?" Kata Minho. Chan langsung mendorong Minho ke kasur hingga membuat kepalanya menghantam bantal.
"Karena kau mengandung anak ku" kata Chan yang langsung bangun dari sana.
"Kenapa? Kenapa kau menghamili ku? Kenapa harus aku? Bukankah aku pacar musuh mu, seharusnya kau melenyapkan ku bukan mengurung ku seperti ini" Teriak Minho sambil menangis.
Chan berusaha menahan emosinya, jika dia tidak ingat bahwa pria itu sedang hamil mungkin Chan tidak akan membiarkan pria ini hidup.
"Jangan membahas ini, tidur!" Teriak Chan sambil berjalan keluar.
"Brengsek!!" Teriak Minho dari dalam sana. Dia benar-benar sudah tidak tahan terkurung di tempat itu. Lebih baik rasanya dia mati daripada diam di sana lebih lama.
"Makan" kata Chan sambil memberikannya pada Minho. Pria manis itu nampak diam saja tanpa menjawab apapun.
"Apa aku perlu memaksa mu ? Beri makan anak ku" kata Chan pada Minho tapi Minho diam saja tak merespon sama sekali.
Hal itu semakin membuat Chan menjadi stres, dia lalu menaruh makanan itu dan keluar dari sana.
"Tidak perlu di kunci, aku akan diam di sini" suara itu terdengar saat Chan berusaha menguncinya dari luar.
"Aneh" katanya lalu dia pergi dari sana.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GROOM || BANGINHO ✔
FanficWAJIB FOLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA !! Sebuah dendam yang terjadi diantara dua sahabat baik, mengakibatkan semua orang yang tidak bersalah terkena imbas dan dampaknya. Warning -mature -bxb