Seperti biasa Minho memberikan makanan kucing untung kucing liar yang kebetulan lewat di rumah Jeongin.
"Ayo makan yang banyak" kata Minho sambil mengelus kepala kucing berwarna hitam itu.
"Meow" suara lembut nan lucu itu membuat Minho menoleh. Seekor kucing berwarna putih dengan corak hitam tiba-tiba berbaring di depan Minho.
"Kau pasti pendatang baru, ayo makan" kata Minho membawakan kucing manis itu makanan kering.
"Meow" suara kucing itu sambil menggeliat.
"Sepertinya kau hamil ya, perut mu sangat besar" kata Minho sambil menggelitiki perut kucing itu dengan gemas.
"Wah Kira-kira berapa ya anak mu nanti" kata Minho saat merasakan gerakan di perut si kucing. Dia lalu refleks memegang perutnya sendiri."Apa aku juga akan merasakan yang sama nanti? Apa mereka juga akan menendang ku dari dalam sini ?" Tanya Minho sambil memikirkan hal manis itu.
Tiba-tiba kucing itu semuanya berlari saat mendengar suara mobil Jeongin masuk ke pekarangan rumah.
"Minho kau masih belum siap-siap?" Tanya si pria tinggi itu sambil menutup mobilnya. Minho langsung berdiri dan menatap pria Jeongin kebingungan.
"Memangnya kita mau ke mana?" Tanya Minho. Jeongin langsung mencium bibir Minho sekali dan mengusap rambutnya.
"Acaranya sudah tiga minggu lagi dan kita belum punya pakaian pernikahan karena kau hanya tidur saja beberapa hari belakangan ini" kata Jeongin sambil mencubit pipi Minho gemas.
"Aku tidak tahu, akhir-akhir ini aku benar-benar merasa sangat lelah dan lemas" kata Minho.
"Itu wajar karena kau sedang hamil, jadi untuk hari ini saja kau keluar bersama ku. Setelah itu kau bebas tidur seharian" kata Jeongin pada calon istrinya itu.
"Semakin lama kau mulai berisi ya, dan perut mu terlihat agak kembung sekarang" kata Jeongin sambil memeluk Minho.
"Karena kau selalu memanjakan aku" kata Minho lalu mereka masuk ke dalam.
Jujur kepala Minho agak pusing sekarang, aroma baju baru itu membuatnya merasa sangat mual saat ini.
"Mau makan apa?" Tanya Jeongin sambil menggenggam tangan pria manis itu.
"Tidak ada, aku hanya ingin tidur. Kepala ku agak pusing" kata Minho. Jeongin lalu menyandarkan kepala Minho ke bahunya.
"Sebelum pulang kita ke dokter ya, mungkin dokter akan memberikan mu vitamin agar kau menjadi agak vit dan kita bisa USG juga" kata Jeongin. Minho hanya mengangguk sambil menutup padanya.
"Janinnya tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat" kata dokter itu sambil melihat layar monitornya. Kedua pria itu benar-benar tersenyum melihat gambar itu.
"Minho lihat bayi kita" kata Jeongin yang sangat bersemangat. Minho tidak bisa berkata-kata lagi, apalagi saat suara seperti detak jantung itu terdengar."Apa ini suara jantungnya?" Tanya Minho untuk memastikannya.
"Iya ini denyut jantungnya, sangat normal dan bagus" kata sang dokter. Seketika membuat mata Minho berkaca-kaca. Dia benar-benar merasa terharu dan ingin menangis saat ini.
"Dia benar-benar hidup" batin Minho sambil mencoba mendengarkannya lagi.
Di perjalanan Minho terus tersenyum sambil memandangi foto USG nya yang tadi.
"Kau terlihat tidak mengantuk sekarang" kata Jeongin yang benar-benar melihat perubahan pria itu.
"Aku sangat bahagia bisa melihat dia, aku akan menjaganya dengan baik" kata Minho yang mulai emosional.
"Kita akan menjaganya bersama jadi kau tak usah khawatir dan tetap jaga kesehatan mu. Dan seperti yang dokter katakan, jangan lupa makan" kata Jeongin sambil mengusap bahu Minho.
Hari pernikahan akan dilakukan dua hari lagi, hal tersebut benar-benar membuat Minho menjadi sangat gugup.
"Kau belum tidur?" Tanya Jeongin saat melihat Minho masih terjaga di ranjang mereka.
"Jeongin tiba-tiba aku ingin ke panti dan menginap di sana untuk dua hari ini" kata Minho pada pria itu. Jeongin sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk berjalan ke arah pria manis itu.
"Dua hari? Bukankah itu terlalu lama?" Tanya Jeongin.
"Entah kenapa, aku ingin bersama dengan ibu asuh ku. Dari sejak kecil, dia selalu menjaga ku hingga aku besar. Dia sudah seperti ibu kandung ku sendiri Jeongin. Aku mohon biarkan aku di sana, saat pernikahan aku akan berangkat dari sana" kata Minho sambil meyakinkan Jeongin.
"Hmmm bagaimana jika terjadi sesuatu pada mu?" Tanya pria itu.
"Tidak semua akan baik-baik saja, pernikahan kita akan berjalan dengan lancar. Aku yakin" kata Minho sambil tersenyum. Jeongin nampak luluh dia lalu mengangguk pelan.
"Baiklah, selagi kau di sana. Aku akan menyuruh beberapa penjaga ku untuk menjaga mu ya" kata Jeongin sambil mengusap rambut Minho.
💦💦💦
"Ibu" Teriak Minho saat sampai di depan panti itu. Seorang pria paruh baya nampak menoleh dan menatap kedatangan Minho.
Mata Tuanya tak bisa mengenali pria manis itu dengan cepat.
"Minho? Kenapa kau di sini? Bukanlah acara pernikahan mu akan segera dilakukan?" Tanya wanita itu sambil berlari ke arah pria manis itu.
"Aku dua hari ini ingin menemani ibu di sini, boleh kan?" Tanya Minho sambil berkaca-kaca.
"Tentu, ini rumah mu jadi kau bisa tinggal kapan pun" kata wanita itu sambil menangis. Dia tak mengira anak kecil yang dia temukan di depan panti itu sudah tumbuh dewasa dan akan menikah.
"Bibi saya titip Minho di sini ya, nanti jika terjadi sesuatu hubungi saya" kata Jeongin sambil menunduk memberi hormat pada wanita itu.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
35 komen untuk membuka Chap selanjutnya ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GROOM || BANGINHO ✔
FanficWAJIB FOLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA !! Sebuah dendam yang terjadi diantara dua sahabat baik, mengakibatkan semua orang yang tidak bersalah terkena imbas dan dampaknya. Warning -mature -bxb