Aleta Quenby Elvina (end)

13.2K 1.4K 7
                                    

"By,"

Panggilan lembut bernada rendah itu membuat bahu Aleta semakin bergetar. Tidak hanya isak tangis, tapi juga ratapan mulai keluar dari bibirnya.

Ia begitu merindukan Agung sampai pria itu terasa nyata di dekatnya. Bagaimana bisa Agung sampai sebegitu kuat mempengaruhi hidupnya sampai saat ini? Bahkan setelah perceraian mereka yang meninggalkan luka untuk Aleta.

"Aku di sini," bisik Agung.

Aleta menggeleng kuat. Ia menutup telinganya, lalu berteriak keras untuk menghalau suara yang mengganggunya itu.

Agung nyata. Ia bukan khayalan Aleta semata. Pria itu menatap dengan gamang bagaimana Aleta saat ini. Wanita yang masih sangat ia cintai itu sama hancurnya dengan dirinya.

Apakah perceraian mereka bukan solusi yang tepat? Apa perceraian mereka malah membuat keadaan semakin memburuk? Agung hanya ingin Aleta bahagia lepas dari pria cacat sepertinya. Tapi melihat Aleta seperti sekarang, Agung hancur.

"Maaf," bisik Agung sembari menarik kuat Aleta agar masuk ke dalam dekapan hangatnya.

Tubuh Aleta masih terguncang hebat karena tangisan yang semakin meledak. Ia merindukan dekapan hangat yang saat ini dirasakan tubuhnya. Kenapa mimpinya semakin terasa nyata?

"Maaf karena udah egois," kata Agung dengan air mata yang ikut mengalir deras.

Agung hancur mendengar isak tangis pilu dari Aleta. Andai saja ia bisa sedikit lebih sabar menunggu waktu yang tepat untuk bicara dengan Aleta tentang kesehatannya, mungkin hubungan mereka tidak akan menyakitkan seperti sekarang.

"Maaf, Sayang," isak Agung.

"Mas..."

Suara Aleta bahkan tidak terdengar begitu jelas karena tertelan oleh tangisannya. Agung mengecup puncak kepala Aleta dengan sayang, lalu mengangkat tubuh wanita itu ke dalam gendongannya.

Agung membawa Aleta ke sofa, kemudian ia duduk dengan Aleta di atas pangkuannya. Agung membiarkan Aleta menangis selama yang wanita itu inginkan. Agung harus menjadi pihak yang lebih kuat saat ini. Ia tidak boleh terlihat cengeng karena kondisi mereka saat ini.

Aleta membutuhkan Agung dan pria itu harus bisa menenangkan serta memberi rasa aman pada Aleta, mantan istrinya.

Cukup lama Agung mengelus punggung Aleta, kini ia membiarkan Aleta menarik diri dan mengusap pipi basahnya. Aleta tampak sangat berantakan. Wajahnya merah dengan mata yang sembab.

"Aku ikutin kamu ke sini," ucap Agung saat Aleta menatapnya.

"Aku gak mau kehilangan kamu, By," kata Agung kemudian.

Aleta masih sesenggukan sedikit meski air matanya sudah berhenti mengalir deras. Ia menatap Agung dengan gamang dan perasaan aneh. Apa benar yang ada di hadapannya saat ini mantan suaminya itu?

"Tapi kita udah kehilangan satu sama lain," gumam Aleta dengan sedih.

"Kita rujuk ya?" ajak Agung.

Aleta menggeleng, "aku mandul. Aku gak bisa kasih Mas anak. Kita udah nikah lima tahun dan aku--"

"Aku yang mandul," potong Agung.

Aleta terdiam. Apalagi ekspresi Agung begitu sedih dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gak ada yang salah sama kamu. Yang salah di diri aku. Aku--"

"Mas periksa?" tanya Aleta penasaran.

Agung mengangguk. "Tiga tahun kita nikah aku baru tahu ada yang salah sama aku. Aku udah jalanin perawatan rutin. Tetap belum membuahkan hasil, kan? Bahkan udah lima tahun."

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang