Sudah sekitar 6 bulan aku hidup tanpa the boys, tanpa dijaga dan ditemani oleh mereka. Walaupun awalnya aku sangat sedih tapi sekarang sudah mulai terbiasa. Kurasa aku juga sudah mulai mandiri. Aku enam bulan ini tinggal bersama Fizzy. The boys yang menyuruh kami untuk tinggal bersama. Kadang kita tidur di Flat Zayn dan terkadang kita juga tidur di Flat Louis. Aku semakin mempunyai banyak teman. I mean my real friends. Ya seiring berjalannya waktu, satu sekolah telah menyadari identitas ku dan juga Fizzy. Tentu saja banyak orang yang mendekatiku dan juga Fizzy dengan embel-embel kita bisa menjadi teman yang baik. Namun tentu saja aku dan Fizzy tidak sebodoh itu, mereka hanya ingin dekat dengan the boys melaluiku. Sungguh munafik bukan?
Dan tak banyak juga cewek-cewek yang hate Directioners, dan pada akhirnya mereka membenciku, dan tak jarang juga aku mendapatkan bullies. Holy crap i really hate bullying
"Hey kau gadis jelek! Masih berani sekali kau menginjakkan kakimu disekolah ini" Teriak salah satu gadis terpopuler di sekolah ini, dia cantik sih cuman tertutup oleh kejelekannya. Ugh bitchy
"Memang ini sekolahmu? Terserahku dong!" Jawabku dengan sarkastik, memang dia pikir dia siapa? berani-beraninya mengusirku.
"Cih berani kau sama aku" Ucapnya sambil berdecak pinggang.
"Cih emang lo siapa?" Tanyaku tak kalah sinis dan mengikuti cara berbicaranya.
"Dasar kau teroris. punya kakak teroris saja sudah sok"
"What did you say? say it again!" Ucapku dengan penuh amarah. Mendekat kearahnya dengan mata melotot dan tanganku yang sudah siap untuk menamparnya. Biarlah aku terkena masalah. Tapi aku sungguh tidak terima apabila keluargaku di hina.
"Kakakmu seorang T.E.R.O--"
PLAKKK
Satu tamparan sukses mendarat di pipi (yang dikira mulus) kirinya. Sungguh aku sudah naik pitam. Semua orang yang sedari tadu bersorak-sorak diam seketika. Dia memegangi pipinya dengan tangannya,pipinya memerah dan bercap jari tangan, yang tentunya itu adalah jari tanganku. Memang beberapa minggu ini beredar berita bahwa Zayn adalah seorang teroris hanya karena dia seorang muslim.Aku sebagai adiknya tentu saja sangat marah pada waktu itu, ya sampai sekarang juga sih. Bukan berarti Zayn Muslim terus dibilang bahwa dia teroris. Memang ada yang salah dari agama Islam? rasanya aku ingin sekali mencabik-cabik tubuh orang yang telah membuat berita itu di internet.
"Kau!!" Ucapnya marah sambil menunjuk arahku, aku tak takut, tidak sama sekali. Aku malah semakin melotot ke arahnya dengan berdecak pinggang.
"APA? AKU TAK TAKUT DENGANMU BITCH!.sekali lagi kau berkata seperti itu, aku tidak segan-segan untuk menguliti kulit wajahmu yang sok kecantikan itu" Ucapku dengan sangat sarkastik.
"You are totally BITC-"
"Ada apa ini?" Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba terdengar suara laki-laki dengan suara beratnya. Aku menoleh dan mampuslah aku. datanglah bapak kepala sekolah yang sedang berjalan di koridor. Ya karena posisi kita di koridor.
"Dia menamparku pak" Ucap gadis menyebalkan ini sambil menunjuk ke arahku dan menunjukkan bekas tamparan tadi ke pak kepsek.
"Dia yang mulai duluan pak" Ucapku tak kalah sinis.
"Tidak pak! dia yan-"
"KALIAN BERDUA KE KANTOR S.E.K.A.R.A.N.G!" Ucap pak kepsek dengan nada naik 2 oktaf dengan memberikan penekanan di setiap katanya. Okay kami berdua seketika terdiam. Semua orang sudah bubar dari koridor sejak pak kepsek datang. Ya mereka tak ingin terlibat dalam masalah.
Aku hanya mendengus kesal dan mengikuti pak kepsek ke ruangannya. di koridor, aku bertemu dengan Austin yang sedang jalan berdua dengan Fizzy. Oh iya apa aku sudah pernah mengatakan kepada kalian tentang hubungan Fizzy dan Austin? Kurasa belum ya. Okay jadi mereka berdua sudah resmi berpacaran sejak mereka di Seattle. Ya kesempatan itu digunakan baik oleh Austin untuk menyatakan cintanya pada Fizzy. Dulu aku mengira kalau Austin menyukaiku, namun aku salah, ternyata dia menganggapku sebagai adiknya. Dan aku bersyukur akan hal itu, karena aku juga sudah menganggap Austin sebagai kakakku. Tunggu kenapa kita malah membahas Austin dan Fizzy?