The Distance

655 52 3
                                    

* W A L I Y H A *

Sangat sedih rasanya mengetahui bahwa ini adalah hari terakhir Zayn tinggal di Bradford. well maksudku bukan terakhir kalinya dia kesini, hanya untuk saat ini ini adalah hari terakhirnya, di akan pergi menjalankan tournya di benua Eropa dan tentu saja juga di Amerika. apa kalian mengerti maksudku? tidak? well tanyakan pada authornya saja..

Tapi aku juga tak bisa membohongi diriku bahwa ini bukanlah yang kusedihkan untuk saat ini, Zayn berkata bahwa mungkin dia tidak akan pulang untuk beberapa bulan ke depan, mungkin 7-8 bulan lagi dia baru pulang. so apa kalian mengerti apa yang kusedihkan? ya Zayn tidak akan ada di sampingku saat hari ulang tahunku. Tapi tentu aku tidak boleh egois kan? ini juga sudah menjadi cita-cita Zayn sejak kecil.

Entah ini hanya perasaanku saja atau memang ini benar-benar terjadi, aku merasa Zayn sekarang menjaga jarak denganku. ya dia menjahuiku sejak kami pulang dari rumah Harry beberapa hari yang lalu. Dia tidak berbicara denganku banyak, setiap aku menyapanya dia hanya tersenyum tanpa mengucap satu patah katapun, dia tidak pernah mampir ke kamarku lagi hanya untuk bertanya bagaimana hariku di sekolah. dia tidak pernah bercanda-tawa denganku lagi. Entah apa yang pernah aku lakukan padanya, sehingga membuat dia menjadi sedingin es denganku. Sakit?? Tentu saja. siapa yang tidak sakit hati diperlakukan kakakknya seperti itu? kakak yang dulu memberikan kasih sayangnya yang sangat tulus sekarang sirna begitu saja.

Dia sukses. ya dia sukses membuatku menangis setiap malam. dia sukses membuatku tidak nafsu makan. Dia sukses membuatku suka melamun saat di sekolah. dia sukses. sukses dalam segala hal. Cairan bening mulai keluar dari tempatnya-lagi . Entah ini sudah keberapa kali aku menangis dalam empat hari ini. ya empat hari yang sangat membunuhku, empat hari yang sangat menyiksa batin dan pikiranku. Zayn tidakkah kau menyadari apa janjimu dulu? maaf aku telah mengingkari janjiku supaya aku tidak menangis-lagi. tapi justru kaulah yang membuatku menangis. Angin malam berhembus dengan dinginnya, musim dingin akan digantikan dengan musim gugur (ah sumpah ngarang) , aku sekarang hanya terduduk di balkon kamarku sambil menangis. ya hanya menangis yang bisa kulakukan, tak peduli bagaimana dinginnya malam dan tak peduli jam berapa sekarang.

--------------------------

Sinar-sinar matahari mulai masuk melalui celah jendela sampai menembus kulitku. Menguap dan menggeliat di tempat tidurku. itulah yang kulakukan sekarang. Melihat jam, jam 9 pagi. uh untunglah hari ini aku tidak sekolah, mengingat bahwa sekarang adalah hari sabtu dan dapat kurasakan bahwa badanku terasa panas dan kepalaku juga pusing, mungkin efek karena aku hanya berdiam diri di balkon sampai pukul satu malam- eh maksudku pagi. Ah biarlah aku sakit, lagian tidak akan ada yang memperhatikanku lagi. Well sebenarnya pasti ada cuman kalian pasti tahu maksudku. aku hanya ingin Zayn. ya aku hanya ingin Zayn untuk kembali lagi seperti dulu.

Setelah aku membasuh wajahku dan menggosok gigi, aku kembali ke kamarku. Aku sedang malas untuk keluar kamar apalagi mengingat bahwa Zayn akan pergi. uh dia bahkan tidak melakukan hal apapun denganku ketika dia akan pergi, tidak seperti dulu. Aku menghidupkan laptopku, menekan aplikasi Skype. hanya satu orang yang mengerti dengan keadaanku saat ini.

"Hey Fizzy!!" Sapaku senang ketika sudah ada fizzy-adik Louis telah tampil di layar laptopku.

"Hey Wals!! How are you?" Sapanya tak kalah senang sambil memakan coklat.

"As usual" ucapku murung

"What happen?"

"You know, Zayn. dia semakin menjauh dariku, padahal hari ini dia akan pergi, tapi tak sedetikpun dia menghabiskan waktunya denganku" Ucapku dengan bibir bergetar. sial kenapa aku selalu saja menangis saat mengucap nama Zayn? seberpengaruh itukah dia padaku?

Sister (Zayn Malik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang