Jaehyun beranjak dari kamarnya untuk mencari Doyoung. Ia merasa khawatir karena wanitanya belum kembali ke kamar.
"Doyoung~aaa!"
"Neeee!" jawaban Doyoung terdengar dari suara dapur.
"Kenapa lama sekali?" Jaehyun mendapati Doyoung yang sedang menuang air putih di depan kulkas. Tentu saja Doyoung sudah mengenakan celana yang sudah ia cuci dan keringkan. Doyoung tidak mungkin tidur tanpa celana bukan?
"Mengapa kamu tidak menyiapkan air putih sebelum tidur Jae? Apa kamu tidak haus?" tanya Doyoung yang menuang air putih di gelas ke dua.
Hidup beberapa hari bersama Jaehyun membuat Doyoung menyadari kebiasaan apa yang Jaehyun lakukan. Makanan apa saja yang ia sering makan, kopi apa yang ia sering minum. Bagaimana Jaehyun merubah sikapnya menjadi dingin ketika berurusan dengan pekerjaannya dan hal kecil lainnya. Meskipun mereka masih sedikit kaku untuk berinteraksi namun mereka tetap berusaha untuk saling mengerti satu sama lain.
Khawatir yang Jaehyun rasakan kian memudar diganti dengan munculnya rasa lega disertai senyuman yang memperlihatkan dua lesung pipinya. Keputusan untuk menyuruh Doyoung tinggal bersamanya tidak akan pernah salah. Suasana rumah yang dulunya dingin kini mulai menghangat dengan keberadaan Doyoung. Kini orang yang pertama kali ia temui setelah bangun tidur bukanlah bibi maid yang berada di dapur menyiapkan sarapannya, melainkan wanita menggemaskan yang mirip kelinci.
♡
"Kita akan menikah minggu depan. Apakah kau keberatan?" Tanya Jaehyun yang sudah berbaring di ranjang.
Doyoung merasa bingung, bagaimana mungkin dia akan menikah dengannya sedangkan ia tidak yakin dengan perasaannya sendiri.
"Kamu sendiri bagaimana Jae?" Doyoung berbalik tanya.
"Aku tidak keberatan sama sekali, lagipula aku-" Jaehyun menghentikan perkataannya. Ia sedang mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya.
"a-aku memiliki perasaan padamu. Terlepas dari ramalan itu, aku justru sangat bahagia saat mengetahui bahwa takdirku adalah bersamamu." lanjut Jaehyun. Daun telinganya memerah. Rasanya Jaehyun ingin sekali menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.
"Baiklah, kalau begitu aku juga tidak keberatan." Jawab Doyoung yang pipinya juga memerah. Setidaknya dirinya akan hidup dengan baik bersamanya daripada hidup sendirian.
Jaehyun tidak mungkin salah dengar, namun ia ingin memastikan jawaban itu sekali lagi. Rasa ingin sembunyi dibalik selimutpun seketika lenyap. Jaehyun bangun dari posisi tidurnya dan duduk menghadap Doyoung.
"Kim Doyoung, bersediakah kau menikah denganku?" Jaehyun menatap kedua manik wanita kelincinya.
"eung! a-aku bersedia." Doyoung segera menundukkan kepala berusaha menyembunyikan kedua pipi yang saat ini sudah seperti buah tomat yang matang.
Jaehyun seolah mendengar sebuah kepastian akan jalan hidupnya. Sangat bahagia sampai ia tak menyadari bahwa kini dirinya sudah memeluk erat tubuh mungil itu. Pelukan itu berakhir sangat akward. Mereka belum sepenuhnya saling membuka diri. Tentu Doyoung sudah mengerti bagaimana bahasa tubuh Jaehyun saat malu seperti ini. Ia sudah hafal dengan perubahan warna daun telinga lelaki itu.
"Ceritakan padaku masa kecilmu. Dimana orang tuamu tinggal? kamu bahkan belum mengenalkannya padaku." Doyoung kini merebahkan diri di samping lelakinya. Doyoung sedang berusaha mencairkan suasana dan berusaha menggali latar belakang calon suaminya.
Mereka berdua melewati malam dengan saling bertukar cerita masa kecilnya.
"Doyoung~aaa, kau belum membalas perasaanku." Jaehyun menoleh ke samping. Doyoung sudah tertidur. Sedikit kesal karena rasa sukanya belum terbalaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIND HER || JAEDO (GS)
Fiksi PenggemarWarn : Mature Content, 18+ , GS. Jaehyun menemukannya di dalam situasi yang tak terduga. Mereka harus menemukan 3 batu asing yang harus dihancurkan untuk mematahkan ramalan kuno yang sudah ditetapkan. Akankah mereka berhasil melaluinya?