Jika kalian suka cerita ini, sebelum membaca diharapkan menekan tombol bintang, komentar pada cerita ini dan follow akun ku sebagai timbal balik agar cerita ini lebih maju. Thank you! — 🦋.
Adeline berjalan menuju kelas dengan lesu, semua orang menatap nya dengan rasa kasian. Rada sedihnya kini bukan hanya ditinggal oleh ayahnya, orang yang ia cintai pun pergi dengan orang lain. Terlalu mesra jika dianggap sebuah teman, sudah pasti mereka lebih dari teman.
Sepanjang pelajaran Adeline menumpukan kepalanya dengan tangan, dirinya tidak terlalu minat mendengarkan materi yang diterangkan dosen walaupun ia memperhatikan nya. Padahal sebenarnya ia melamun, melamun kan Solon.
Dan bagaimana bisa hal ini terjadi padanya, hal yang tak pernah ia bayangkan.
Saat tengah makan dikantin pun kondisi Adeline masih sama, membuat Haewon menatap Adeline dengan cemas. Kemudian menghela nafas kesal, rasanya Adeline tak sesedih ini kemarin. Sepertinya memang ada masalah lain, tapi apa?.
"Beneran gak mau cerita?" Tanya Haewon sekali lagi, masih berharap sahabatnya mau membagi masalahnya.
Adeline yang tengah mengaduk makanan nya karna tidak nafsu makan, berhenti dan menatap Haewon dengan tatapan kosong. "Beneran, gakpapa won" ucap Adeline lirih, seperti orang yang tidak bersemangat.
Haewon mendecak, tawaran nya ditolak lagi. Lantas ia melirik kearah lain sambil mengunyah makanannya, kemudian ia menatap sosok seseorang yang mungkin bisa membuat Adeline bahagia lagi. Lantas Haewon tersenyum seringai memikirkan ide bagus yang terlewat di kepala nya.
"Solon!" Seruan Haewon membuat adeline tersentak.
"Won?! Ngapain?!" Bentak Adeline sambil berbisik, tentu saja agar tidak didengar orang lain.
Orang yang di panggil Haewon seharusnya melenggang pergi malah berhenti dan menolehkan kepalanya mencari asal suara sampai akhirnya melihat kearah sang gadis yang memanggil dirinya bersama temannya yang sedang menundukkan kepalanya untuk menghindari interaksi.
"Sini kek anjing" jawab Haewon tak sabar, ketika Solon hanya diam menatap mereka ditempat.
Tanpa menjawab Solon datang dengan posisi badan tegap membuat aura karisma nya makin keluar dan para wanita disana langsung jatuh dalam pesona lelaki itu.
"Tolong hibur Adeline dong, dari tadi sedih mulu" pinta Haewon, sekalian menjalankan misinya agar temannya lekas jadian.
Solon menatap Adeline yang masih menundukkan kepalanya untuk bersembunyi dari Solon.
"Kayanya dia malah gak nyaman" ucap Solon yang mengerti akan situasi Adeline, pasti karna Daisy juga hingga membuatnya seperti ini.
"Gue minta tolong banget lo, ni anak soalnya udah kehilangan semangat hidup banget" ucap Haewon sedikit didramatisir. Jika saja Solon tidak disini, Adeline pasti akan memukul kepala Haewon dengan kencang.
Tapi dari sisi Solon, Haewon ada benarnya juga. Ia pasti sangat kehilangan sosok ayah karna dirinya, mati matian Sunghoon berbicara dengan Solon lewat batin karena itu ia banyak diam.
Lo sendiri yang bilang kan, kalo kita bahaya buat Adeline?.
Dan lo tega biarin dia kaya gini disaat orang yang dia sayang juga pergi?.
Solon, lo sendiri inget kan kata Daisy?.
Kita harus menjauh dari Adeline dan pergi dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solon the assassin [3]
RandomCinta, adalah perasaan yang sulit dijelaskan dan mampu mengacaukan hubungan Sunghoon si pembunuh bayaran dengan Adeline si mahasiswi kedokteran. Sebenarnya ada apa dibalik hancurnya hubungan dua orang itu?