#EngeneKuat #EngeneMentalBaja
"Adeline, hari ini gak bisa dihubungin kenapa ya?" Ucap Sunghoon yang tengah bersandar pada sofa kamar kos nya yang luas.
Setelah kejadian semalam, Adeline
tidak dapat dihubungi. Kotak makan berwarna baby blue yang berisi cake Red Velvet belum diserahkan kembali pada sang pemilik, Sunghoon sengaja mengembalikannya besok dengan cara seperti ini untuk timbal balik.
Lagi pula kelas Adeline akan menjadi kekasihnya, ia ingin tampil lebih baik dihadapannya.
Tapi sudah jam 2 siang dimana perempuan itu harusnya sudah pulang dari kampus namun Adeline malah tidak dapat dihubungi, padahal Adeline tidak pernah seperti ini. Apa ada yang terjadi pada calon kekasihnya?.
"Buset hoon? Cringe banget anying calon kekasih" sewot Solon yang merasa jijik saat membaca pikiran Sunghoon.
"Diem deh lo! Kali ini soal cinta jadi lo bukan ahlinya mending diem, lo cuma bisa bunuh orang" balas Sunghoon tak kalah sewot.
"Iya deh yang mau punya pacar, dari pada bingung sampe uring uringan mending lo samperin kebawah, bego"
"Malu gue hehe"
"Tolol"
Ragu, apa ia memang harus ke bawah menghampiri Adeline atau membuat janji terlebih dulu untuk mengembalikan kotak makan.
"Lo orang nya kalo udah excited gak bisa nunggu, mending lo pergi sekarang" saran Solon yang kembali bersuara.
"Oke deh" Sunghoon menyetujui saran Solon, ia menggunakan parfum terlebih dahulu sebelum turun ke bawah menemui Adeline.
Kini Sunghoon sudah sampai didepan kamar kos Adeline sambil membawa kotak makan ditangan kiri, sedangkan tangan kanannya untuk mengetuk pintu tapi baru saja menempelkan baku jari tangan Sunghoon pada pintu Adeline tapi mengapa hati Sunghoon malah berdebar kencang membayangkan Adeline dengan tampilan rumahan yang selalu cantik keluar dibalik pintu ini.
"Buruan loverboy, gue cape nunggu nya" Lagi lagi Solon menginterupsi Sunghoon hingga membuatnya kesal.
"Berisik lo"
"Serah lo deh"
Setelah mengumpulkan keberanian, Sunghoon akhirnya mengetuk pintu beberapa kali, tapi... Tidak ada respon dari dalam. Akhirnya Sunghoon mengetuk pintu lagi, namun hasilnya tetap sama.
Sunghoon menghela nafas panjang dihadapan pintu itu.
"Solon?" Sapa seseorang dibelakang Sunghoon dengan baju serba hitam.
"Nyari Adeline?" Tanya Dania penghuni sebelah Adeline.
"Iya"
"Adeline gak di kosan dia lagi pulang kerumah, ayah nya meninggal" ucap Dania memberikan kabar.
"Ya tuhan... Turut berduka cita"
"Gue juga dikasi tau sama bapak kos, cuma dia yang dikasih tau. Gue sama yang lain mau kesana, lo mau ikut gak?" Tanya Dania menawarkan ajakan.
"Boleh, gue ganti bentar ya"
"Sip kita tunggu di parkiran"
"Oke"
Kesedihan terasa juga pada Sunghoon, apalagi hal itu bersangkutan dengan Adeline. Jadi setelah berganti baju serba hitam dengan cepat, Sunghoon lekas kebawah dan pergi bersama dengan teman kosan lain yang berjumlah 12 bersama dirinya.
Sesampainya disana, Adeline berada didepan pintu menyapa orang orang yang akan datang dengan wajah sendu dan suara parau yang ia keluarkan saat menyapa tamu datang, menahan air mata nya agar tidak keluar lebih banyak didepan orang orang.
"Adeline, kita turut berdukacita ya" ucap Dania mewakili segenap teman teman yang datang.
"Thanks, silahkan duduk di dalem nanti gue nyusul kalo kakak gue udah dateng buat gantiin" lagi lagi senyum yang dipaksa itu diliat Sunghoon.
Semuanya pergi kedalam meninggalkan Adeline di depan pintu tapi tidak dengan Sunghoon yang sedari tadi berdiri dibelakang mereka, kini Sunghoon berjalan mendekat di hadapan Adeline.
Ketika hendak mengucapkan sepatah kata Adeline justru malah memeluknya dengan erat dan mengeluarkan tangisan yang tahan nya.
Disela tangisan nya Adeline berkata "papa pergi sebelum aku ngucapin maaf, hiks... Papa s–sama aku ju–ga gak pernah akur, aku jadi ngerasa bersalah hiks..." Ucapnya terjeda jeda karna sesegukan akibat menangis.
Sunghoon membalas pelukan Adeline, membiarkan perempuan itu menangis di bahunya dengan kencang agar ia merasa nyaman.
"Adeline?" Panggil seorang laki laki berpakaian sama dengan Adeline.
Lekas keduanya melepaskan pelukan nyaman yang menghangatkan hati.
"Biar kakak aja yang gantiin kamu masuk sama— dia" ucapnya sambil melihat ke arah Sunghoon sedikit aneh, bagaimana tidak melihat adiknya berpelukan dengan seorang laki laki.
Tapi bertanya dalam keadaan seperti ini tidak pas, apa lagi Adeline merasa sangat bersalah pada ayahnya karna selama 2 tahun ini tidak pernah akur dan memutuskan tinggal sendiri di kosan.
"Iya" Adeline masuk kedalam diikuti Sunghoon yang berjalan dibelakang nya.
Saat duduk di salah satu bangku disamping Adeline, saat ia menatap kedepan melihat peti berisi jenazah ayah Adeline diatas podium dengan foto disebelah nya membuat Sunghoon teramat kaget jika ayah Adeline yang meninggal adalah
Yohan Monaco.
Lelaki yang ia bunuh dengan pistolnya sendiri kemarin, ini sebuah takdir atau apa?.
To be continued
🦋 © crxdiahaduh pyusiink
KAMU SEDANG MEMBACA
Solon the assassin [3]
De TodoCinta, adalah perasaan yang sulit dijelaskan dan mampu mengacaukan hubungan Sunghoon si pembunuh bayaran dengan Adeline si mahasiswi kedokteran. Sebenarnya ada apa dibalik hancurnya hubungan dua orang itu?