Karena Adeline harus pindah semenjak menjalankan koas, jadi ia memutuskan pindah ke apartemen.
Dari kos kosan menjadi apartemen.
Alasan mengapa Adeline memilih tinggal di apartemen karena Adeline mendapatkan warisan dari sang ayah, tak lupa sepucuk surat yang menyayat hatinya. Disurat itu tertulis sebuah permintaan ayahnya sebelum meninggal yang berisikan harapan agar Adeline tetap selalu bahagia setelah menghadapi kesulitan karena Adeline memilih kabur dari rumah yang disebabkan oleh kehadiran ibu tirinya, sekaligus sebagai permintaan maaf ayah pada Adeline yang tak pernah terucapkan. Dan terakhir sejumlah harta warisan yang Adeline terima.
Jadi, ia memutuskan untuk membeli unit apartemen yang tak jauh dari rumah sakit tempatnya coas. Tentu saja yang harganya tidak terlalu mahal. Karena ia tak bisa menggunakan uang ini sekaligus, terlalu sayang.
Setelah bersiap, Adeline turun dengan tas bahu tak lupa jas dokter yang ia gantung di tangan kiri. Ia memasuki lift dan turun ke basemen namun sesampainya disana ia justru menemui senior nya yang baru keluar dari mobilnya.
"Senior?" Panggil Adeline kebingungan.
"Oh? Udah keluar rupanya, ayo berangkat bareng?"
"Senior ngapain kesini?" Tanya Adeline tanpa menjawab pertanyaan nya.
"Lewat?"
Adeline tau itu hanya alasan, meskipun melewati apartemen Adeline karena dekat rumah sakit, jalan pulang rumah Sungchan tetap lawan arah dengan apartemen nya.
"Nggak usah senior, aku bawa mobil sendiri kok" tolak Adeline.
"Aku bakal anterin kamu pulangnya juga, tenang aja. Gimana? Mau?"
"Engga"
Adeline melangkah pergi ke tempat mobilnya parkir.
"Adeline, come on!" Protes Sungchan sambil menahan tangan Adeline agar tidak masuk ke mobil.
Sudah kesekian kalinya lelaki itu melakukan act of service untuk nya, perempuan mana yang tidak luluh karena perlakuan dan perhatian nya? Tentu saja hanya Adeline. Namun karena bukan Sungchan yang Adeline suka, semua hal itu jadi tidak berguna di mata Adeline. Justru Sungchan malah mengganggu nya dan membuat nya risih.
"Kamu beneran punya pacar, atau ngga bisa move on?" Tanya Sungchan kelewat serius.
"Ngga bisa move on" jawab Adeline dingin, lalu ia menarik paksa tangannya.
Adeline masuk kedalam mobilnya, lalu melaju pergi meninggalkan Sungchan yang masih terdiam ditempat. Satu kalimat itu berputar di kepala Adeline. Kenapa sesulit itu melupakan Sunghoon? Lagi pula sudah lama sekali keduanya tidak pernah bertemu. Bukankah seharusnya Adeline bisa melepaskan nya?.
"Harusnya bisa, tapi sekeras apapun gue berusaha gue selalu berhenti ditempat yang sama" ucap Adeline.
Jalanan yang lumayan padat karena masih pagi atau lebih tepatnya pukul 06:23 AM diisi oleh murid sekolah dan para pekerja.
Sedangkan jam masuk Adeline adalah jam 07:30, yang membuatnya memutuskan untuk berbelok ke arah kiri dimana seharusnya ia masih harus mengambil jalan lurus untuk sampai dirumah sakit.
Adeline mampir ke cafe shop tempat Sunghoon mengajaknya dulu.
"Ice latte satu, minum disini" ucap Adeline pada kasir.
Setelah mengurus payment, Adeline memilih duduk dipinggir jendela tempat dimana pertama kalinya ia dan Sunghoon duduk bersama di cafe ini.
"Ice latte" ucap barista, Adeline beranjak dan mengambil pesanan miliknya lalu kembali duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solon the assassin [3]
RandomCinta, adalah perasaan yang sulit dijelaskan dan mampu mengacaukan hubungan Sunghoon si pembunuh bayaran dengan Adeline si mahasiswi kedokteran. Sebenarnya ada apa dibalik hancurnya hubungan dua orang itu?