Hari kedua Sunghoon bekerja sebagai dokter yang sibuk memeriksa pasien gawat darurat karena sebuah kecelakaan maut. Dengan detail Sunghoon mengobati pasien yang pingsan dengan bantuan suster yang sedikit panik. Namun kondisi menegangkan itu usai dalam selama 2,5 jam menjalani proses robeknya hidung yang sudah terbelah menjadi dua akibat kecelakaan tersebut."Syukurlah operasi berjalan lancar" ucap suster yang berada di amping Sunghoon.
"Iya, dan yang paling mengejutkan pasien masih kuat meski mengalami kecelakaan berat hingga hidung nya terbelah" jawab Sunghoon setelah mengingat kembali cerita pasien yang ia tangani.
"Benar dok"
"Kalau begitu saya kembali ke ruangan, suster tolong awasi perkembangan pasien kemudian berikan ke saya" ucap Sunghoon lalu pergi.
"Baik, dokter"
Sunghoon pergi menuju ke ruangannya sendiri, berjalan dengan postur tubuh yang tegap membuat orang menoleh dan mengagumi betapa tinggi dan tampan nya Sunghoon. Sunghoon berjalan dengan tangan nya yang dimasukan ke dalam saku jas nya. Namun dari sebuah ruangan ada seorang perempuan yang berjalan mundur sembari bercanda dengan temannya yang di dalam ruangan dan akhirnya menabrak Sunghoon hingga kedua nya hampir saja jatuh.
"Maaf dok..." Ucap perempuan itu semakin memelan ketika melihat Sunghoon.
"Iya" jawab Sunghoon, lalu membernarkan posisi tak nyaman keduanya lalu pergi.
Sedangkan dia atau Adeline diam membeku melihat punggung Sunghoon yang berjalan semakin menjauh.
"Kan? Jangan bilang lo juga jatuh ke dalam pesona seorang dokter muda dan berbakat Baek Solon kaya yang lain?" Ucap teman Adeline.
"Dia... Dokter yang gantiin dr. Ricard?" Tanya Adeline dengan tatapan kosong.
"Iya, lo... Kenapa sih Line?" Tanya teman Adeline yang merasa aneh dengan reaksi Adeline.
"Ngga papa" kemudian Adeline pergi ke tempat seharusnya ia di tugaskan.
"Sudah lama juga" gumam Sunghoon lalu melepaskan kaca mata lalu mengucek matanya.
Sunghoon menghela nafas, lelah.
"Bahkan seberusaha sekeras apapun aku buat ngelupain dia, aku masih aja ngga bisa" ucapnya sambil tersenyum miris.
"Dari pada membuang waktu, mari kita pikir kan rencana"
Sunghoon membuka laci mejanya yang terdapat pistol, pisau, dan racun di dalamnya. Kemudian ia mengambil sarung tangan jempol dan telunjuk untuk mengambil racun.
Racun yang ia beli dari Noa persis setelah satu hari racun itu di rilis. DC3, botol itu merupakan botol ke 5 dari yang ia punya sekaligus terakhir, sangat disayangkan Noa masih menghentikan produksi barang populer ini karena sebuah tragedi yang menyangkut sahabatnya.
Baik Sunghoon maupun Solon menyukai reaksi barang kecil berisi 5ml ini. Saat DC3 ini masuk kedalam tubuh, efek pertama adalah syaraf tubuh yang tidak bisa bekerja dan mengalami kejang, kemudian barang itu menyatu dengan jalan nya darah yang menuju ke jantung. Jadi ketika dokter memeriksa korban, hasil yang muncul adalah serangan jantung. Lalu dimana DC3? Menyatu dengan darah.
"Tapi aku perlu korban..." Ucap Sunghoon.
Lalu pikiran nya tiba tiba mengingat seorang wanita di depan kantor direktur saat itu.
"Bakal jadi berita bagus sih" ucap Sunghoon sambil tertawa kecil membayangkannya.
"Oke, kita pake rencana itu, paling solon juga bakal setuju" ucap Sunghoon lalu menulis pesan di note ponselnya agar Solon bisa membacanya ketika tubuhnya bertukar.
Jam kerja Sunghoon sudah selesai, ia mengemas barang nya lalu absen pulang dan pergi ke basement. Persis saat ia keluar dari lift ada Adeline yang berdiri dengan tatapan tajam, seolah dia memang sedang menunggu dirinya disana. Sunghoon berjalan mengacuhkan Adeline, tentu saja perempuan itu makin kesal dengan dirinya dan mengikuti Sunghoon menuju ke mobilnya.
Namun sebelum benar benar sampai Sunghoon berhenti lalu berbalik, mendapati Adeline yang masih menatapnya tajam seperti didepan lift tadi.
"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Sunghoon.
"Harusnya dari tadi kamu ngomong itu" cibir Adeline.
"Kan kamu yang diam saja" bela Sunghoon tak mau kalah.
Adeline makin kesal hingga tak sadar memanyunkan bibirnya.
"Aku nggak nyangka, kita bakal ketemu kaya gini..." Ungkap Adeline.
"Tapi... Apa tujuan kamu dateng ke sini sama seperti sebelumnya?" Adeline menatap Sunghoon dalam hingga tak sadar lelaki itu hampir saja terlena.
"Aku juga ngga nyangka kamu koas di sini"
"Dan kamu yang masih sama seperti sebelumnya"
"Bodoh?"
"Cantik"
Adeline terdiam, bibirnya kaku, matanya terus melihat ke arah lain agar pipinya tidak makin memerah.
"Aku boleh ngga—
"Adeline!!" Panggil Sungchan.
Baik Adeline maupun Sunghoon menoleh ke arah Sungchan dibelakang mereka yang sedang berlari kecil menghampiri mereka.
"Selamat sore dok" sapa Sungchan.
"Sore, kalo sudah saya pamit" Sunghoon menundukkan kepalanya 45 derajat kemudian pergi menuju mobilnya.
"Mau pulang bareng?" Ajak Sungchan.
"Engga, aku bawa mobil" ucap Adeline acuh lalu pergi menuju mobilnya terparkir.
Meninggalkan Sungchan begitu saja, bahkan tega melakukan itu. Harusnya dari kejadian seperti ini Sungchan sadar dan berhenti, tapi mari kita lihat keesokannya apa dia masih mengharapkan Adeline dan berusaha mengambil hatinya.
To be continued
🦋 © crxdia
KAMU SEDANG MEMBACA
Solon the assassin [3]
RandomCinta, adalah perasaan yang sulit dijelaskan dan mampu mengacaukan hubungan Sunghoon si pembunuh bayaran dengan Adeline si mahasiswi kedokteran. Sebenarnya ada apa dibalik hancurnya hubungan dua orang itu?