"Sunghoon??" ucap Adeline ketika bangun dan tidak melihat Sunghoon berada disampingnya.
Kemudian ia lekas bangun dan keluar kamar, pergi mencari Sunghoon di setiap ruangan sambil terus menerus memanggil namanya. Hingga suara pintu yang dibuka terdengar di telinga Adeline membuatnya mengalihkan perhatian dan kemudian berlari menuju ke sumber suara.
Begitu melihat orang yang ia cari berada di depan pintu, Adeline segera memeluknya dengan erat karena takut kehilangan nya lagi untuk kedua kalinya, "Sunghoon kamu kenapa tinggalin aku sendiri??" tanya Adeline.
"Ini Solon, Sunghoon nya masih tidur." Setelah sekian lama, akhirnya Adeline bisa menemui sosok Solon yang membunuh ayah nya.
Karena ia yakin Solon yang membunuhnya tanpa perlu Sunghoon menjelaskan kejadian itu kepadanya, karena sifat dari keduanya sangat berbanding terbalik, bahkan dari segi pakaian dan raut wajah menyebalkan itu. Adeline sangat yakin Solon adalah pelakunya.
Setelan menatap wajahnya beberapa detik, Adeline segera melepaskan pelukannya.
"What's wrong?" tanya Solon kebingungan.
"Mana Sunghoon?" tanya Adeline tanpa memperdulikan Solon yang bertanya duluan.
Solon mengangkat senyuman nya membentuk seringaian, kemudian menarik rambutnya kebelakang.
"Now I'm the one here, not Sunghoon."
"Okay, so when will Sunghoon return to that body?" Adeline kembali bertanya dengan kalimat yang berbeda namun memiliki makna yang sama.
"Fuck..."
"Why you make me so mad?" ucapnya lirih.
Sorot mata Solon yang berubah tajam membuat Adeline badannya merinding seketika. "And when i get mad, i can do anything including hurting you," ucapnya.
"This is the reason why i like Sunghoon more than you, jerk!"
Mendengar itu Solon lekas mencekik leher Adeline dengan sorot mata nya yang tajam.
"S —Solonn.. lepas.." pinta Adeline sambil berusaha melepaskan tangan Solon yang mencekiknya.
"Yeah, keep begging"
"So —Solon, Solon please i —cant breath."
"Solon..."
Tepat ketika Adeline memanggil namanya, cengkraman Solon langsung dilepaskan hingga Adeline terjatuh saking lemas nya.
"Fuck you!" maki Adeline dengan nafas yang tersengal-sengal.
Solon mengangkat dagu Adeline dengan posisi jongkok untuk memudahkan keduanya saling bertatapan, tatapan penuh benci yang diberikan Adeline dan dibalas tatapan kosong oleh Solon. Kemudian ia pergi keluar meninggalkan apartemen.
Sudah sore hari, dan Sunghoon atau Solon masih belum pulang. Adeline sangat mencemaskannya karena tidak ada kabar sama sekali, ditambah ponselnya yang tidak bisa dihubungi. Karena mendekati makan malam, Adeline memutuskan untuk memasak makan malam untuk nya juga.
Ketika Adeline sedang menata makanan buatannya yang sudah matang, tiba tiba suara pintu masuk. Dengan semangat Adeline mengecek pintu dan senyum yang mengembang cerah.
"Sunghoon?"
"Still Solon"
Wajah Adeline berubah cemberut lagi, kemudian berjalan menuju meja makan dengan langkah kaki yang di hentakkan menandakan ia sangat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solon the assassin [3]
RandomCinta, adalah perasaan yang sulit dijelaskan dan mampu mengacaukan hubungan Sunghoon si pembunuh bayaran dengan Adeline si mahasiswi kedokteran. Sebenarnya ada apa dibalik hancurnya hubungan dua orang itu?