Taufan kesal pada abangnya itu karena terus membela Halilintar dia bahkan orang asing didalam hidupnya tapi entah kenapa Gempa terus saja memperhatikannya.
"Eh ada Taufan!"
Taufan menoleh dan ternyata itu adalah Daniel dan gengnya yang sering membully Taufan. Taufan memang bersahabat dengan siapa saja tapi untuk Daniel dia selalu membully Taufan alasannya karena dia tidak menyukai Taufan.
"Daniel," ucap Taufan takut-takut karena belakangan ini dia bebas karena Daniel sakit tapi sekarang nampaknya dia sudah sehat dan sekolah kembali yang berarti Taufan akan dibully kembali.
Taufan hendak lari namun dihadang oleh Wiliam dan Nendo teman dari Daniel dan memegang kedua tangannya.
"Apa sih salahku samamu kenapa kamu terus membullyku," ucap Taufan.
"Karena apa ya karena aku tidak menyukai senyuman itu menjijikkan tau," ucap Daniel ia lantas meninju tepat di hidungnya, Taufan pun menutup matanya namun beberapa saat Taufan tidak merasakan sakit sama sekali.
"Kupikir senyumannya manis makanya banyak yang suka kau hanya iri," ucap seseorang membuat Taufan tercengang.
"Lepasin," ucap Daniel lalu menatap tajam orang itu.
"Santai saja aku juga tidak ingin bertengkar kok aku cuma memberi tamu sesuatu bahwa membully itu tindakan yang salah."
"Kau hanya murid baru disini kau tau apa hah!" Ucap Daniel mencengkram kerah orang tersebut.
Orang tersebut hanya tersenyum saja pada Daniel membuat Daniel tambah murka.
"Aku bukan murid baru tapi murid pertukaran pelajar."
"Menyebalkan rasakan ini."
Daniel hendak meninju orang tersebut tapi tangannya dihentikan oleh seseorang.
"GEMPA!!"
"Menjauh dari mereka berdua!" ucapan Gempa nampaknya membuat Daniel dan teman-teman takut sampai mereka lari terburu-buru.
"Kalian tidak papa kan?" tanya Gempa pada keduanya.
"Nah sekarang kau sudah bersama saudaramu aku pergi bye," ucap orang itu pergi sambil memasang headphonenya.
"Tunggu!!" Taufan terlihat menarik lengan orang itu membuat orang itu heran.
"Terima kasih," ucap Taufan.
"Kau sebenarnya tersenyum atau menangis."
"Aku hiks...tertawa...hiks."
Gempa tersenyum selama ini tidak ada yang berani membela Taufan ketika dibully Daniel hanya dirinya lah yang selalu melindungi adiknya itu tapi hari ini ada seseorang yang membela adiknya itu dari pembullyan.
Daniel yang melihat kejadian itu tidak senang ia meninju dinding dengan pelan.
"Lihat saja kalian Taufan,Gempa dan kau juga Halilintar."
💠💠💠💠
"Berhentilah memandangku seperti itu," ucap Halilintar risih ketika Taufan terus menatap dirinya.
"Kau sangat keren tadi aku tarik kembali ucapanku selama ini ternyata kau orangnya baik juga," ucap Taufan menatap Halilintar dengan kagum bahkan terdapat binar dimatanya.
"Dia memang begitu mudah kagum pada siapa saja," ucap Gempa ikut bergabung.
"Kau mau jadi abangku tidak," ucap Taufan tiba-tiba.
"Surrrupp." Halilintar bahkan sampai menyemburkan air minumnya lalu menatap Taufan yang menatapnya polos.
Halilintar tidak habis pikir ia kan hanya menyelamatkan bocah tengil inu dari pembullyan bukan kenapa dia sampai-sampai menggangumi itu adalah hal yang biasa bukan.
Halilintar menatap Gempa bahkan Gempa juga ikut-ikutan menatap dirinya dengan binar dimatanya.
"Ada apa sih sebenarnya dengan kalian!" ucap Halilintar lalu segera berdiri dan berlari duo Gemfan segera mengejar Halilintar.
Namun saat mereka berlari sebuah pot jatuh dari atas gedung sekolah tepat dibawah Gemfan tepaksa Halilintar berhenti dan berbalik segera mendorong Gemfan.
Crack...
"Oh ya ampun."
Semua para murid berkumpul dan menatap trio ori dimana Halilintar melindungi keduanya dengan cara memeluk bahkan Gempa dan Taufan tanpa sadar membalas pelukan tersebut.
Hangat! Itu lah yang ada dipikiran keduanya.
"Kalian baik-baik saja kan." bagaikan Abang yang khawatir pada adiknya itu lah sekarang sedang berlaku pada Halilintar.
Keduanya mengangguk membuat Halilintar lega ia kemudian menoleh ke ara pot lalu menatap ke atas bagaimana bisa pot jatuh dari atap sedangkan diatap tidak ada tanaman.
"Kalian baik-baik saja?!" tanya Maripos panik segera mendekat.
"Kami baik-baik saja," ucap kedua saudara kembar itu sementara Halilintar berusaha menetralkan detak jantungnya yang berpacu dengan kencang sekali.
Inilah yang terjad jika dia tidak meminum obat jantungnya sama sekali pasti penyakit jantungnya akan cepat kumat.
Gempa menatap Halilintar yang memegang dada sambil menutup matanya.
"Lintar kau baik-baik saja?" Tanya Gempa.
"Aku baik-baik saja kok," ucap Halilintar berbohong padahal ia masih merasakan sakit didadanya tepat dijantungnya.
-Bersambung-
Jangan lupa vote 🌟, Comment 💬, Follow 💫, dan masukan ke reading list📖 kalian ya agar kalian tidak ketinggalan cerita 📚 terbaru dari Author.
_____Selamat membaca_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother (Tuntas)
Science FictionBertemu dengan dua insan yang memiliki wajah serupa dengannya ternyata membawanya kepada kebenaran yang tidak terduga terlebih setelah Ia bertemu sosok dia yang ingin membunuh dirinya darah dagingnya sendiri. Edit cover by : chenligh_