27💎

1.8K 383 148
                                        

ayo ngaku siapa yang oleng gara gara foto dedek?

++ woi tadi fotonya ga masuk😩😩

gak dedek sih, aku seumuran Junghwan hehe









alurnya aku cepetin ya biar gak kelamaan, sorry kalo ngerasa kecepetan atau agak gimana























Beberapa hari setelah chapter sebelumnya.

Kini mereka telah sampai di Kota Keset -tempat ayah Jaehyuk bekerja- setelah melewati zombie di kota sebelumnya. Rumah dinas ayah Jaehyuk, sebut saja Junhoe atau June, terletak di sebuah desa kecil yang sangat sepi. Daerah ini sudah habis diburu zombie. Singkatnya, seluruh warga desa yang tidak tahu-menahu apapun yang terjadi di dalam kota hanya bisa pasrah ketika daerah mereka didatangi makhluk itu. 

Beruntungnya, orang tua Jaehyuk sedang berada di pusat kota ketika invasi zombie di desa. Dua hari lalu mereka mengabari Jaehyuk jika mereka sudah sampai dengan selamat di Kota Buset, dan berharap anaknya itu bisa segera menyusul.

Jaehyuk tersenyum mengingatnya. Ia memutuskan untuk bangun ketika menyadari jika teman sekamarnya, Asahi, sudah tidak berada disampingnya.

"Bang, udah bangun?" ucap Haruto yang kebetulan lewat.

"Baru sih, pada kemana? Sepi amat?"

"Ya masih pada tidur. Gua juga mau tidur lagi, bye!"

Jaehyuk hanya mendengus maklum dan menuju dapur untuk minum. Omong-omong, mereka menginap di rumah dinas Junhoe dan rumah kepala desa yang bersebelahan. 

"Keluar deh."

Jaehyuk melangkah keluar dari rumah sederhana itu. Masih di depan pintu, matanya menangkap dua sosok manusia yang sedang berbincang ringan.

"Ck, bucin!"

"Emm princess, kita pindah aja yuk. Di deket sini ada hawa-hawa jomblo."

"Doyoung bangsat." umpat Jaehyuk lalu bergegas pergi, meninggalkan dua insan tadi yang tampak tidak terganggu dan kembali melanjutkan acaranya.

Doyoung dan Yujin. Semalam duo tengil menangkap mereka bermesraan di dapur, mau tak mau mereka gopub hubungan mereka yang sudah berjalan 4 tahun walau diawali perjodohan.

Jaehyuk berjalan tanpa arah dengan was-was. Mengingat kesalahan besar yang pernah ia buat karena kecerobohannya. Ah, ia merasa sangat bersalah. Coba saja saat itu kaki nakalnya tidak membawa dirinya menuju gedung K-unith, mungkin ia dan teman-temannya tidak perlu melewati kesialan itu.

"Hahh... Jun, kalo gua nyusul lo gimana?"

Jaehyuk menghentikan langkahnya, beralih menatap Jihoon yang sedang termenung di sisi bukit. Ia memutuskan untuk bersembunyi di balik semak, tak ingin mengganggu ketenangan abangnya itu.

"Tapi gua masih harus ngelanjutin tugas dari lo kan ya? Hahah... lucu lo. Seakan-akan pas itu lo tau kalo lo bakal mati."

Jihoon mendengus lelah, lalu kepalanya ia angkat untuk menghadap langit. Saking terlarut dengan pikirannya, ia bahkan tak sadar jika sedang diperhatikan oleh beberapa temannya.

"Lo tau Jun? Kayaknya gua harus cari orang buat nerusin akal-akalan lo itu."

Jihoon menghela nafas, "Bukannya gua gak pengen, tapi gua juga ngerasa hidup gua gak bakal lama."

"Tungguin gua yak, mungkin... entar lagi kita bakal ketemu."

Asahi terdiam di balik pohon. Tak berniat bersembunyi, ia hanya berdiri santai sembari mendengarkan Jihoon. Di belakangnya ada Mashiho, yang sedari pagi buta sudah membangunkannya karena merasa aneh dengan teman sekamarnya. Sedang Jaehyuk masih berjongkok rendah sambil melihat Jihoon. Ia bahkan tak menyadari keberadaan Asahi dan Mashiho di dekatnya.

Train to BusetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang