17💎

1.9K 406 43
                                        

"Su-suara kamu... kamu Jihoon?"

"Siapa lo?" ulang Jihoon.

Wanita itu mendekat, bohong jika Jihoon tidak mengenalnya.

"Oh, lo."

Hyunsuk dan Yoshi mengernyit heran, raut Jihoon terlihat dendam.

"Saya Bunda kamu, Jihoon."

"Masih inget punya anak ternyata."

"Selama ini Bunda susah-susah nyari kamu, Ji-"

"Susah kan? Makanya gak usah dicari."

Setelah itu hening, pasangan ibu anak itu tak ada yang berniat membalas.

Yoshi menepuk pundak Jihoon pelan, "Gua gak tau lo ada masalah apa, tapi dia tetep nyokap lo Ji. Coba omongin baik-baik dulu."

Jihoon memutar bola mata malas, menatap wanita itu datar. Hyunsuk yang jengah pun mendorong Jihoon agar lebih dekat dengan oknum yang mengaku Bundanya.

"Ck! Ada yang mau lo omongin?" ucap Jihoon pelan.

"Hoon, sopan dikit anjirlah."

"Gua bakal sopan ke orang yang emang pantes buat di sopanin. Lo gak curiga? Dia kerja disini loh, jangan-jangan dia yang buat virus zombie."

Hyunsuk Yoshi terdiam berpikir, pernyataan Jihoon ada benarnya juga. Hyunsuk menggenggam erat pistolnya, Yoshi pun memasang posisi sigap.

"Kamu sebenci itu sama Bunda, Ji?"

"Ya menurut lo aja."

Bunda Jihoon, sebut saja Jimin, menghela napas berat.

*Shin Jimin AOA ya, maaf ortunya random:)

"Bunda mau bicara berdua sama kamu, boleh?"

Yoshi segera menarik Hyunsuk, namun mereka tetap waswas memperhatikan setiap gerakan Jimin dari jauh.

Jihoon menatap Jimin malas, menunggu nya memulai pembicaraan.

"Bunda sadar salah, Ji. Maafin Bunda ya?"

"Ga usah minta maaf sama gua kalo gak berubah mah."

"Bunda bakal cerai sama ayah."

Jihoon mengernyit kesal, "Gua gak pernah minta lo berdua cerai."

"Bukannya begitu mau kamu? Jinan yang udah buat keluarga kita rusak Ji, dia yang pertama kali ngide buat ikut usaha narkoba, semua usaha haram itu dia yang mulai-"

"Terus sekarang lo mau cerai biar apa? Biar kalo ketauan lo gak ikut di penjara? Buat bersihin nama lo? Pas ayah bangkrut lo dukung dia buat lakuin usaha haram itu. Dari dulu loh, lo cuma mentingin diri sendiri. Lagian kalo lo emang cerai, gua lebih milih ikut ayah. Lo terlalu egois."

"Ini demi kebaikan kamu, Ji."

"Terserah."































.


.


.


































Jaehyuk membuka tutup ventilasi lalu melihat keluar.

"Gelap banget Wan, gak keliatan."

"Ya pake senter hape kan bisa."

"Lah iya anjir."

Jaehyuk meraih ponselnya di saku dan segera menekan fitur flashlight. Ia mengarahkannya keluar, memastikan keberadaan mereka sekarang. Beruntungnya abang kuli tadi tidak berbohong, mereka telah sampai di lorong awal Jaehyuk memulai masalah.

Train to BusetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang