Para manusia gabut menghabiskan waktunya di ruang tengah. Mashiho dan Jihoon sedang memasak makan siang sambil sesekali menjulid. Hyunsuk Yoshi duduk tenang di sofa, memperhatikan bocah-bocah yang sedang bermain game VR yang sudah dimodifikasi oleh Doyoung. Kalau Junkyu pastinya sedang tidur di kasur empuk Mashiho.
"Coba mbak kunti, Dam!" sahut Jaehyuk semangat.
Yedam yang sedang memakai alat VR di kepalanya mengangguk kecil. Di layar televisi, tampak seorang karakter lelaki tampan sebagai ava yang dimainkan oleh Yedam. Latar permainan ada di sebuah sekolah angker, dengan nuansa gelap dan mencekam. Mereka sedang bermain game VR bergenre horor, awalnya.
Ava Yedam menghampiri sesosok kunti yang sedang mengamen di atap sekolah. Yedam mengayun alat konsol pada kedua tangannya, mengarahkan ava untuk membelai rambut kunti di depannya.
"Ekhem! Permisi mbak, sendirian aja."
Kunti tersipu malu, "Hihihiiyy, ini kan nungguin masnya. Saya capek dighosting sama yang buat game."
"Yaudah sayang, sini mas nyanyiin." balas Yedam.
Ava Yedam mengambil alih ukulele yang dibawa kunti, lalu memberikan postur flying kiss kepada kunti. Muncul lope lope dari mata kunti, hingga layar menampilkan bintang tiga.
Jeongwoo yang cringe sudah seperti orang kesurupan di belakang, sedang Jaehyuk dan Haruto sibuk memperebutkan siapa yang akan memainkan level berikutnya. Ya begitu lah kalau game VR horor dibumbui tangan dan mulut halus Doyoung. Btw, itu masih level pertama ya.
DoySahi sibuk meneliti mayat Asep di gudang. Awalnya Asahi berniat mengambil darah mayat tersebut, namun darah Asep membeku lebih cepat daripada yang ia kira. Doyoung juga bingung, nadi yang awalnya menebal kembali seperti semula tanpa bekas. Kalau dilihat sekarang, Asep terlihat seperti mayat manusia normal.
Asahi memindahkan alat rontgen nya ke bagian-bagian tubuh mayat. Ia hanya bisa menghela napas, lelah karena tak menemukan apa-apa. Doyoung yang sedang meneliti bagian gigitan di leher juga menggeleng pasrah. Mereka belum berani melakukan otopsi, takut infektan zombie masih aktif.
"Kalo gini caranya kita harus nyari mayat yang fresh, Bang."
Asahi melepas kacamatanya, "Gua gak yakin, kita gak tau darahnya bakal beku kapan."
"Estimasi gua sekitar sembilan jam, sih."
"Tau darimana lo? Jangan asal, nanti gua udah niat nyari mayat taunya lo ngawur lagi."
"Gua pernah baca gitu di dokumen ortu gua, orang sejenis kejang-kejang atau keinfeksi tahan sampe sembilan jam gitu."
(Untuk mengingatkan lagi, semua materi yang ada di cerita ini gak nyata ya)
Asahi mengangguk. Mereka berdua melepas sarung tangan serta peralatan lainnya, lalu bersih-bersih sejenak. Setelah itu mereka bergabung dengan yang lainnya untuk makan siang.
"Bang Sahi kusut amat mukanya." komen Jeongwoo.
Asahi hanya mengangguk malas dan ikut duduk di kursi yang kosong diikuti Doyoung.
"Gak nemu apa-apa, Woo." jawab Doyoung.
Mereka makan siang dengan tenang. Entahlah, mungkin sedang tidak ada yang ingin mereka bicarakan. Bahkan para perusuh hanya diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Asahi yang heran juga tidak berniat bertanya. Nikmati saja selagi bisa, pikirnya.
"Ekhem, sepi amat." sahut Yoshi.
"Lagi males ngomong aja Bang, heheh..." balas Jeongwoo seadanya.
Namun setelah itu hening lagi. Yedam yang selesai pertama segera mencuci piringnya dan menuju balkon atas. Tak lupa, ia pamit ke yang lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Train to Buset
Mystery / ThrillerTrain to Busan (Treasure Ver.) "Lo bercanda kan, Bang?" "Bang, gua nemu data zombie di Kota Mindset." "Lo ada rencana?" Entah cobaan apalagi yang menghampiri remaja labil yang hidupnya sudah dipenuhi banyak cobaan. Rasanya mereka ingin gila saja. Ba...