"Cowok cuek yang sedang jatuh cinta itu terlihat tak peduli sekitar namun sangat memperhatikan hal-hal kecil orang yang dicintainya."
🎸🎸🎸
"Stop! Kalian enggak boleh masuk kelas!"
Cassy menatap tajam ke arah Rigel. "Kenapa? Jangan mentang-mentang lo ganteng jadi lo bisa melarang kita, ya."
Reina mengusap puncak Cassy. Berusaha meredam emosi sepupu sekaligus sahabatnya itu.
"Bukan gitu, Cassy. Coba lo intip dari jendela," ujar Rigel.
"Jendela?"
"Iya, intip aja nanti juga lo paham."
Meski dengan berat hati, Cassy tetap melakukannya. Cassy lantas mendekati jendela kemudian berjinjit agar bisa melihat ke dalam kelas. Reina yang penasaran pun ikut melakukannya. Saat mereka berhasil melihat keadaan dalam kelas, keduanya spontan terkejut.
"Kenan sama Zebi? Kok bisa? Gila itu deket banget," ucap Cassy tak percaya.
"Makanya. Biarin mereka berdua dulu," ujar Rigel.
"Rigel bener, Cass. Mereka perlu waktu berdua. Lebih baik kita jangan dulu masuk. Jangan biarin anak lain juga masuk pokoknya," jawab Reina menyetujui larangan Rigel.
Saat mereka bertiga sibuk berdebat maka Zebira pun tengah sibuk berdebat dengan hatinya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kenan sedang menembaknya atau bagaimana?
"Ra, gimana? Apa boleh?"
Zebira tersadar saat suara Kenan kembali terdengar. "Ma-maksud lo apa?" tanyanya gugup.
Kenan menyeringai. Di jarak yang dekat ini, Zebira bisa melihatnya dengan jelas, dan itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Siapapun tolong bawa Zebira pergi sekarang!
"Gue mau lo jadi pacar gue. Apa lo mau, Ra? Jawab dengan jujur, Ra. Jangan bohongin perasaan lo lagi," jawab Kenan dengan santainya.
"Gu-gue enggak tahu, Nan," gugup Zebira.
"Kenapa lagi, Ra? Lo ragu?"
"Bukan."
"Terus?"
"Gue takut ditinggal lagi."
"Gue enggak akan ninggalin lo bahkan saat lo meminta itu. Gue akan pastiin kita selamanya layaknya mama sama papa. Gue janji, Ra."
Tatapan Kenan menyiratkan ketulusan. Zebira bisa melihatnya. Selama ini Kenan adalah orang yang selalu berpegang teguh pada janjinya.
"Ra, lo mau, kan?" tanya Kenan lagi.
Perlahan, tapi pasti akhirnya Zebira menganggukkan kepalanya membuat senyum Kenan tak tertahankan. Detik ini, dia dan Zebira resmi berpacaran. Meski tak seromantis pasangan lain setidaknya itulah cara Kenan agar bisa memiliki cintanya.
Kenan memperbaiki posisinya, dia berdiri tegap di depan meja Zebira. Zebira spontan bernapas lega karena itu. Kini posisi keduanya sudah kembali normal.
"Sekarang buka, Ra," ujar Kenan.
Dahi Zebira mengernyit. "Buka? Maksudnya apa?"
"Buka jaketnya. Gue enggak suka, Ra," jawab Kenan.
"Tapi gue butuh, Nan. Gue kedinginan kalau enggak pakai ini."
"Pakai punya gue. Sekarang gue pacar lo. Kalau butuh apa-apa minta sama gue."
Zebira berusaha menahan senyumnya. Bisa-bisanya Kenan semudah itu meluluhkan hatinya. Ya Tuhan, ada apa dengan dirinya?
Kenan mengusap kepala Zebira pelan. "Kalau mau senyum, senyum aja. Jangan ditahan. Lo tambah cantik kalau senyum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis [ Completed ]
Teen Fiction#PamungkasAgasaDKKSeries+GenerasiAgasaDKKSeries Kehilangan sosok bunda sejak dirinya dilahirkan bukanlah hal yang mudah untuk Zebira lalui. Bergelimang harta tak lantas cukup untuk menggantikan sosok bundanya yang telah pergi. Belum lagi cintanya ya...