"Kali ini aku sadar, kisah tentangmu ternyata hanya sebagian kecil dari kisah hidupku."
🎸🎸🎸
Tangis Zebira tak bertahan lama. Dia tak mungkin membuat ayahnya, temannya, dan semua orang yang melihatnya khawatir. Setidaknya di depan banyak orang dia bisa pura-pura kuat meski saat dirinya sendiri itu tak menjamin apa-apa.
"Waktu lo ke kamar mandi, ayah lo nyari," ujar Neira.
"Sekarang ayah dimana ya?" tanya Zebira.
"Tadi waktu gue beli sosis bakar ini. Gue lihat ayah lo di stand ini juga. Kayaknya masih ngantri deh. Udah sana samperin," jawab Reval yang baru tiba sehabis membeli sosis bakar kesukaannya.
Zebira mengangguk sebelum akhirnya gadis itu bergegas menuju stand sosis bakar yang Reval sebutkan.
Saat dirinya sampai di sana ternyata ayahnya memang ada namun tak sendiri ada om Devon, Naka, Agasa, tante Diana, Bianca, Cassy, Reina, Atta, dan jangan lupakan ada Kenan juga di sana.
Zebira menghela napasnya panjang. "Oke, gue bisa," ucapnya sebelum akhirnya kembali melangkah mendekati ayahnya.
"Ayah," panggil Zebira membuat Zemi otomatis menoleh.
"Ya ampun ini dia putri kesayangan Ayah yang tadi tampil keren," puji Zemi sembari menarik putrinya itu ke depannya. "Ayah bangga sama kamu, Sayang. Bangga sekali," tambahnya.
Dalam dekapan sang ayah, Zebira tersenyum bahagia. Kebahagiaan ayahnya memberikan ia kekuatan untuk lebih kuat menghadapi masalah percintaannya dengan Kenan.
"Ayah lagi beli sosis buat kamu. Tadi waktu sarapan kamu banyaknya dikit banget. Sekarang makan sosis ini ya sampai abis," ucap Zemi sembari melepaskan pelukannya.
Zebira mengangguk. "Iya, Ayah. Makasih ya."
"Sama-sama, Nak."
"Anaknya Ayah Devon emang paling the best tadi. Ayah kamu aja kalah kalau disuruh tanding main gitar," ucap Devon mengundang tawa semuanya kecuali anak-anak yang merasa tak mau berdosa.
"Devon jangan julid deh," tegur Bianca.
"Ayah mana bisa enggak julid, Tan. Orang hobinya itu mah," sahut Cassy.
"Anak lo aja mengakui, Dev. Terima aja," ledek Zemi.
Agasa menggelengkan kepalanya. "Udah tua. Sadar diri. Malu sama anak," ucapnya.
"Emang cuman lo, Gas. Cuman lo yang waras," balas Devon sebelum akhirnya tangannya merangkul Naka. "Sama lo juga. Jadi ingat dulu kita sering banget ngelawak."
"Itu sih lo ya, Dev. Gue enggak ikut deh," bantah Bianca merasa tak sejalan dengan Devon.
"Gue juga ah," ucap Diana ikut-ikutan.
"Enggak setia kawin banget sih kalian."
"Setia kawan, Dev. Kawan!" tegas Bianca meralat.
Yang menonton itu hanya tertawa kecil. Mereka cukup terhibur. Terlebih para orangtua yang merasa seperti kembali ke masa-masa SMA dulu. Masa-masa sekolah yang paling indah.
Dan tanpa Zebira sadari, di kejauhan Kenan dan Reina kompak menatapnya. Tatapan keduanya penuh arti yang tak bisa ditebak begitu saja.
***
"Iga bakar spesial untuk Zebira," ucap Bianca sembari menghidangkan iga bakar buatannya.
Siang ini, Zemi mengajak Bianca dan Atta untuk makan siang di kediamannya tentunya dengan Zebira karena acara ini diselenggarakan untuk mengapresiasi Zebira yang sudah memberikan tampilan terbaiknya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis [ Completed ]
Teen Fiction#PamungkasAgasaDKKSeries+GenerasiAgasaDKKSeries Kehilangan sosok bunda sejak dirinya dilahirkan bukanlah hal yang mudah untuk Zebira lalui. Bergelimang harta tak lantas cukup untuk menggantikan sosok bundanya yang telah pergi. Belum lagi cintanya ya...