"Tanpa mau mencoba mengenal kamu tak akan tahu bagaimana sebenarnya seseorang yang selama ini kamu tolak keberadaannya."
🎸🎸🎸
"Lo udah kasih novelnya ke Zebi, Nan?"
Kenan mengangguk. "Udah, Na."
"Terus Zebi gimana? Dia suka sama novelnya?" tanya Reina antuasias.
"Entah," jawab Kenan.
"Lho? Kok entah sih?"
"Papa yang ngasih bukan gue."
Reina terlihat memasang wajah kesalnya. "Kok gitu sih? Ah enggak asik lo mah, Nan. Kenan please jangan pura-pura lagi. Gue tahu lo juga peduli sama Zebi."
"Bahagianya mama lebih utama, Na. Udah enggak usah dibahas," balas Kenan acuh membuat Reina menghela napasnya berat. Keras kepala memang pria bernama Kenan itu.
"Enggak di rumah, enggak di sekolah, sama-sama bikin badmood!" keluh Zebira yang terdengar oleh Reina juga Kenan. Kedua remaja itu kontan menoleh ke arah Zebira yang datang bersama Cassy.
"Ra, are you okay?" tanya Reina.
"Enggak, enggak papa. Hati gue enggak kebakar kok. Lanjut aja. Lanjut," jawab Zebira sembari melirik sinis ke arah Kenan.
Cassy mengusap pundak sahabatnya itu. "Sabar, Ra. Cepet tua lho marah-marah mulu."
"Ya mau gimana ya, kemarin aja so-soan ngasih perhatian tahunya besoknya sama yang lain," sindir Zebira tepat sekali sampai pada si tujuan yang tak lain adalah Kenan.
Reina melirik Kenan yang nampak memasang wajah datarnya. Entah marah karena sindiran itu atau justru merasa bersalah. Kenan cukup sulit untuk ditebak.
"Keluar bentar yuk, Ra! Kayaknya lo perlu pendinginan dulu," ajak Cassy yang paham apa yang Zebira rasakan.
"Yaudah, ayo!" Zebira tak menolak, gadis itu langsung berdiri dan berjalan lebih dulu keluar kelas. Kemudian disusul Cassy di belakangnya.
"Tadi Zebi nyindir lo, Nan," ucap Reina selepas kedua sahabat itu benar-benar hilang dari pandangannya.
"Gue tahu," balas Kenan cuek.
"Lo sakit hati, ya?" tanya Reina.
Kenan menggeleng. "Gue ngerasa jahat sama Zebi. Gue bingung, Na. Gue harus apa?"
Reina yang tahu semua persoalan Kenan pun ikut prihatin. Dirinya pun tak tahu harus bagaimana menanggapinya. Semuanya terlalu rumit.
"Nanti kita bicara pelan-pelan sama tante Diana sama om Agasa, ya? Gue rasa ini salah, Nan," ucap Reina.
"Gue enggak yakin, Na," balas Kenan pesimis karena memang nyatanya memang akan sulit meyakinkan kedua orangtuanya itu.
***
"Semalem gue dimarahin bunda. Bukan marah sih lebih ke ngasih tahu, tapi emang guenya salah."
"Lo mau adu nasib sama gue?"
Cassy menggeleng. "Enggak sama sekali, Ra."
"Maaf," ujar Zebira menyadari kesalahannya.
"Enggak papa, gue paham lo lagi enggak baik-baik aja," balas Cassy yang selalu mengerti Zebira.
"Terus kenapa lo dimarahin sama tante Anya?" tanya Zebira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monachopsis [ Completed ]
Ficção Adolescente#PamungkasAgasaDKKSeries+GenerasiAgasaDKKSeries Kehilangan sosok bunda sejak dirinya dilahirkan bukanlah hal yang mudah untuk Zebira lalui. Bergelimang harta tak lantas cukup untuk menggantikan sosok bundanya yang telah pergi. Belum lagi cintanya ya...